Senin, 01 September 2014

DESTINY chapter 2




Bab 2
Kematian yang tiba-tiba
            Naeun tiba di sekolah pukul 07.45 tepat, 15 menit lagi sekolah akan dimulai. Dengan headset di kedua telingannya dan rambut yang terurai panjang ia berjalan menyusuri koridor kelas hingga sampai di ruang kelasnya, kelas IIIA. Ia masuk tanpa suara dan langsung menuju bangkunya dekat jendela sebelah kiri nomor  dari 3 belakang. Bomi yang duduk di belakang Naeun kaget dan sangat senang melihat Naeun masuk sekolah.
“Naeun!” teriak Bomi begitu melihat Naeun masuk ruang kelas dan menuju tempat duduknya. “Naeun! apa yang terjadi pada mu? ponsel mu tidak aktif, kami ke rumah mu dan kau berkurung di dalam kamar. Ada apa dengan mu?” Bomi langsung mencerca Naeun dengan banyak pertanyaan. “Kalian ke rumah?” Naeun terkejut bahwa teman-temannya ternyata telah mengkhawatirkannya.
“Ya kami ke rumah mu” sahut Eunji yang duduk di bangku samping Naeun.
“Ceritalah pada kami apa yang sebenarnya terjadi, kau tidak pernah seperti ini Naeun”
Bomi memaksa Naeun untuk bercerita.
“Baiklah, aku akan cerita. Jadi” Naeun baru akan mulai bercerita namun guru Taeyeon sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran jam pertama.
“Selamat pagi anak-anak, silahkan buka buku matematika kalian halaman 75 bab trigonometri” ucap guru Taeyeon.
“Aish! Ini akan menjadi pelajaran yang sangat panjang!” keluh Bomi yang tidak sabar mendengar curhatan Naeun.
“Bersabarlah kawan!” Naeun tersenyum menyindir.

            09.25 tepat, Sepanjang pelajaran guru Taeyeon telah membahas trigonometri. Namun konsentrasi Naeun tidak sepenuhnya fokus pada pelajaran itu, ia sedang memikirkan kata-kata Kai saat pesta malam pergantian tahun baru. Ia mengingat-ingat kata Kai dalam otaknya berkali-kali dan berusaha mencerna, menjabarkan dan menyimpulkan
“Kita tidak akan pernah tau kan? Apa yang akan terjadi setelah pukul 00.00 tepat, bahkan kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi 15 menit lagi” . 09.30 tepat, bel istirahat berbunyi. Mendengar itu guru Taeyeon pun mengakhiri kelasnya dan pergi. Naeun pun langsung bangkit dari bangkunya dan pergi begitu saja meninggalkan kelas. Bomi dan Eunji bingung kenapa Naeun pergi begitu saja dan terlihat terburu-buru.
“Naeun! yaa! Kau mau kemana? Kau janji akan bercerita!” teriak Bomi berusaha menghentikan langkah Naeun, namun Naeun tidak mendengar itu semua.
“Kita ikuti saja dia!” ajak Eunji, mereka berdua pun berlari mengikuti langkah Naeun kemana ia pergi.
            Ruang kosong samping gedung sekolah kelas II. Itulah ruang yang Naeun tuju. Ruang kosong yang telah di sulap oleh Naeun dan teman-teman semenjak kelas I SMA. Di sanalah tempat berkumpul mereka, bisa di bilang inilah adalah basecamp. Dengan kasar Naeun membuka pintu itu, dan mengejutkan orang yang berada di dalam nya. Yura, Dasom dan Kai yang sedang tiduran di sofa. Yura dan Dasom melihat ke arah kedatangan Naeun. Namun Kai cuek dan tetap saja tidur dengan tangan menutupi wajahnya. Begitu melihat Kai sedang tidur di sofa, Naeun langsung saja menghampirinya.
“Bisakah kalian berdua pergi? Hanya sebentar, aku perlu bicara penting dengannya” ucap Naeun yang telah berdiri di samping sofa menatap Kai yang sedang tidur. Mendengar intruksi Naeun, Yura dan Dasom pun langsung keluar. Begitu keluar, Eunji dan Bomi sudah di depan pintu.
 “Naeun?”
tanya Bomi.
“Apa yang terjadi?” tanya Eunji, nafas mereka berdua terengah-engah karena habis berlari mengejar Naeun.
“Dia sedang bicara penting dengan Kai” ucap Yura.
“Apa yang mereka bicarakan?” Bomi penasaran.
“Kami di suruh keluar” jawab Dasom. Bomi dan Eunji pun kecewa.
            Kai masih saja tidur dan tidak menghiraukan keberadaan Naeun yang  berdiri di sampingnya. “Kai, bangunlah sebentar! Aku tau kau hanya pura-pura tidur!” ucap Naeun yang kini tengah melipat kedua tangannya di dadanya.
“Kai! Aku bilang bangunlah!” ucap Naeun kesal karena Kai mengabaikannya.
“Apa yang mau kau bicarakan?” jawab Kai dengan posisi tetap sambil tidur dengan tangannya menutupi wajahnya.
“Ucapan mu saat di pesta itu... apa maksud dari semua itu?” Naeun akhirnya to do point. Kai tidak langsung menjawab pertanyaan itu, ia bangun dan duduk. Ia berdiri dan menuju kulkas mengambil segelas minuman kaleng. Naeun melihat bagaimana Kai bangun, berjalan menuju kulkas, membuka kulkas, mengambil minuman kaleng itu dan meneguk perlahan minuman itu.
“Hanya itu yang menjadi pertanyaan mu saat ini?” Kai justru tidak menjawab pertanyaan Naeun namun justru balik bertanya.
“Jawab saja, apa maksud itu semua?” Naeun tetap menanyakan hal yang sama.
“Pertanyaan mu bodoh sekali Son Naeun” Kai masih tidak menjawab justru mengatakan bahwa pertanyaan Naeun adalah hal bodoh yang ditanyakan.
 “Yaa!” Naeun berteriak kesal dan menghentak satu kakinya.
“Baiklah, aku hanya asal saja mengatakan hal demikian. Bukankah hal itu benar? Jika dipikir-pikir kita hanya manusia, tidak bisa mengendalikan semua yang ada di dunia ini. Kita  berencana apa yang kita mau, apa yang kita inginkan. Tapi apakah kita mengendalikan itu semua? Jika kita adalah sebuah pemain layaknya di pertunjukkan boneka. Kita manusia hanyalah boneka, dan mereka yang mengendalikan boneka, waktu, latar dan lain sebagainya bukanlah manusia. Apakah kurang jelas penjelasan ku?” ucap Kai berusaha menjelaskan pada Naeun. Naeun hanya diam, ia kembali dibuat beku oleh kata-kata Kai. Kai hanya tersenyum dingin melihat ekspresi Naeun.
“Manusia tidak akan pernah bisa merubah apa telah terjadi, tapi manusia bisa merubah apa yang akan terjadi” ucap Kai tajam.
“Bukankah kau bilang manusia tidak mengendalikan itu semua?” Naeun mempertanyakan pernyataan Kai yang barusan Kai lontarkan.
“Ya manusia tidak mengendalikan itu semua, tapi manusia bisa berbuat apapun untuk bisa mengendalikan itu semua” jawab Kai. Ia pun pergi meninggalkan Naeun sendiri di basecamp.

            Di luar basecamp, Bomi, Eunji, Dasom, dan Yura tengah di buat penasaran oleh apa yang terjadi di dalam, apa yang mereka bicarakan, dan sepenting apa hal itu hingga Yura dan Dasom diusir keluar. Brak! Kai keluar dan menutup pintu dengan membantingnya dengan keras. Bomi, Eunji, Yura dan Dasom kaget dibuatnya. Kai pergi begitu saja tanpa melihat mereka berempat. Bomi pun juga tidak terlalu memperdulikan Kai yang sudah pergi, ia masuk mengkhawatirkan Naeun.
“Naeun apa yang terjadi?” Bomi penasaran, Yura, Dasom dan Eunji ikut masuk.
“Tidak apa-apa” Naeun jatuh terduduk di sofa.
“Naeun kau baik-baik saja?” Yura ikut mengkhawatirkan keadaan Naeun, dan Naeun hanya menjawab dengan anggukan.
***
            Di kantin tampak Zelo dan Minhyuk tengah menikmati makanan ringan mereka. Dan di sanalah Zelo melihat Taemin dan Minho.
“Lihat itu Taemin!” ucap Zelo ketika melihat Taemin dan Minho. Tanpa berkata apapun, Minhyuk berdiri dan menghampiri mereka berdua.
 “Yaa! Taemin-ah!”
panggil Minhyuk. Taemin dan Minho mendongak ketika Minhyuk memanggil nama Taemin.
“Malam setelah pesta itu kau pulang bersama siapa? Kenapa Naeun pulang dengan Woohyun  hyung?” pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Minhyuk tanpa basa basi
(*hyung : nama panggilan kaka laki-laki oleh adik laki-laki).
Jadi Naeun pulang bersama Woohyun hyung? Syukurlah kalau begitu” jawab Taemin, jawaban yang tidak memuaskan si penanya.
“Kau tidak tau kalau Naeun pulang bersama Woohyun hyung? Apa kalian bertengkar?”
tanya Zelo heran sekaligus penasaran.
“Malam itu aku minum banyak jadi aku tertidur di kamar Minho” itulah alasan Taemin.
“Benarkah?” Minhyuk meragukan hal itu.
“Ya itu benar, dia tertidur di kamar ku, hingga aku harus tidur di kamar kosong di lantai 2” sahut Minho yang tiba-tiba ikut menjawab.
“Jadi kau tidak tau apa yang terjadi dengan Naeun?” Zelo bertanya pada Taemin yang sebagai kekasihnya Naeun.
“Memang apa yang terjadi?” Taemin malah balik bertanya, dia  juga khawatir dengan keadaan Naeun tapi malam pertamanya berasama Min Ah mengalahkan segalanya untuk mengkhawatirkan Naeun layaknya seorang pacar. Minhyuk menatap tajam pada Taemin, bagi Minhyuk itu adalah pertanyaan aneh. Jika Taemin benar-benar seorang pacar yang menyayangi Naeun tidak seharusnya pertanyaan itu dilontarkan Taemin.
“Kalian bertengkar?” Zelo kembali bertanya.
“Hmmm ya begitulah... kami... sedang... terjadi sedikit salah paham”
jawab Taemin terbata, itulah jawaban orang yang sedang berbohong. Penuh dengan kepalsuan, tapi Minhyuk dari awal sudah mulai mencurigai apa yang sebenarnya terjadi.
“Sekarang dimana Naeun?” Taemin menanyakan keberadaan Naeun.
“Kemarin dia tidak masuk, jika dia masuk seharusnya sekarang di kantin” jawab Zelo namun melihat sekitar kantin tidak ada tanda-tanda Naeun.
“Basecamp!” ucap Taemin dan langsung bangkit meninggalkan meja kantin dan berlari menuju basecamp.

            Di basecamp, Naeun masih duduk di sofa dengan lemas. Segelas air putih bekasnya terletak di meja depannya. Bomi dan Yura duduk di sampingnya. Dasom meninggalkan basecamp dan Eunji duduk di meja bar yang mereka buat sendiri. Ceklek, pintu membuka dan muncullah Taemin. “Naeun!” ucap Taemin begitu masuk ke dalam basecamp. Naeun yang mendengar namanya di panggil melihat siapa orang yang memanggilnya namun wajahnya berubah menjadi sebuah wajah yang marah dan penuh dendam ketika ia melihat bahwa Taemin lah yang memanggil namanya. Ia berdiri dan berjalan menuju Taemin seperti  akan menyambut kedatangan seorang pacar yang di tunggu-tunggu, namun ia tak benar-benar menyambut kedatangan Taemin, ia melewatinya dan menuju pintu.
“Naeun! kau kenapa?” Taemin bertanya-tanya kenapa Naeun mengabaikannya. Naeun hanya tersenyum sinis dan berbalik,
“Setelah apa yang kau lakukan kau masih bertanya aku kenapa? Dasar laki-laki tidak tau diri! (plak)” ucap Naeun begitu kesal dan satu tamparan pun di terima oleh Taemin. Taemin pun kaget dengan apa yang diucapkan dan dilakukan Naeun. Bukan Taemin saja yang kaget, tapi Bomi, Yura dan Eunji juga kaget dibuatnya.
“Kenapa? Kau kaget, kenapa aku menjadi seperti ini? Ini ulah mu sendiri Lee Taemin!” ucap Naeun, ia berusaha untuk  tetap tenang menghadapi Taemin. Taemin masih terdiam tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Ceklek pintu basecamp kembali terbuka, dan yang datang adalah Min Ah dan Jiyeon. Naeun berbalik ke arah pintu, begitu melihat Min Ah, Naeun menatap mata Min Ah dengan tajam dan penuh amarah.
“Bagus! Tepat sekali waktunya!” ucap Naeun sinis. Min Ah kaget dan seluruh tubuhnya bergetar saat ia menangkap tatapan mata tajam Naeun. Seluruh ruangan mendadak berubah menjadi suasana tegang. Jiyeon yang tak tau apa-apa mengambil langkah sedikit demi sedikit menuju meja bar yang dekat dengan pintu masuk basecamp.
“Apa yang terjadi?” bisik Jiyeon pada Eunji.
“Aku sendiri juga tidak tau!” jawab Eunji dengan berbisik pada Jiyeon.
“Bagaimana malam pertama mu Min Ah? Apa kalian menikmatinya?” ucap Naeun tajam. Kata-kata itu langsung merobek telinga Min Ah dan Taemin. Mereka kaget bahwa Naeun mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya.

            Ceklek, pintu kembali terbuka. Minho, Zelo dan Minhyuk. Mereka langsung terbawa kedalam suasana tegang yang diciptakan Naeun.
“malam” “per” “tama?”
ucap Bomi, Yura dan Eunji bergantian.
“Kalian pikir aku tidak mengetahui apa yang kalian lakukan di pesta malam itu? Kau pikir aku bodoh Lee Taemin? Kau benar-benar salah!” ucap Naeun dengan penuh amarah.
 “Naeun, yang kau lihat tidak seperti yang kau pikirkan! Aku bisa jelaskan semua!”
ucap Taemin berusaha meredam emosi Naeun.
“Jelaskan? Apa lagi yang akan kau jelaskan? Semua sudah cukup jelas!” Naeun semakin dibuat marah.
“Apa kau akan bilang bahwa yang kulihat hanyalah sebuah kesalah pahaman karena mungkin aku terlalu banyak minum wine hingga aku mempunyai sebuah ilusi bahwa aku melihat pacar ku berselingkuh dengan teman ku di depan mata ku?” ucap Naeun lagi dan itu semua membuat yang berada di basecamp menjadi semakin lebih tegang.
“Taemin” “berselingkuh” “dengan” “Min Ah?” ucap Bomi, Yura, Eunji dan Zelo bergantian. “Setetes pun aku tidak meneguknya bagaimana bisa aku memiliki ilusi seperti itu? Lalu apa lagi yang akan kau jelaskan?” tambah Naeun yang semakin menyudutkan Taemin.
“Naeun, kumohon dengarkan aku!” Min Ah memohon dengan wajah memelas dan penuh rasa bersalah.
“Apa? Kau mau membelanya?” jawab Naeun.
“Oh apa kau mau bilang, jika malam itu kalian berdua mabuk berat hingga tidak bisa mengendalikan diri kalian?”
Naeun benar-benar naik darah. Jiyeon yang tau keadaan pada pesta malam itu berusaha membela sahabatnya Min Ah.
“Min Ah tidak mungkin melakukan hal semacam itu, waktu itu dia sakit” bela Jiyeon. Kini semua pandangan tertuju pada Jiyeon.
“Benarkah?” jawab Naeun sinis.
 “Kita hanya manusia, tidak akan pernah tau apa yang terjadi pada waktu yang sama di tempat yang berbeda”
ucap Naeun, sudah muak dan panas dengan keadaan di dalam basecamp ia pergi meninggalkan basecamp. Bomi, Eunji, dan Zelo pun mengikutinya.

            Suasana yang tadinya begitu tegang kini mulai sedikit hilang ketegangannya.
“Aku tak percaya ini! Kau benar-benar laki-laki yang kejam Taemin! Aku meragukan mu untuk pantas hidup di samping Naeun. Mungkin di dunia ini pun kau tak pantas hidup!” ucap Yura kesal karena Taemin telah melukai hati temannya. Taemin hanya diam dan menerima semua ucapan buruk yang dilontarkan untuknya. Yura meninggalkan basecamp dan Minhyuk ikut menyusul. Tinggal Taemin, Min Ah, Jiyeon dan Minho.
“Ayo kita pergi!” ajak Minho pada Jiyeon.
“Tapi” Jiyeon menolak untuk meninggalkan Min Ah. Namun Minho meyakinkan Jiyeon bahwa Min Ah akan baik-baik saja. setelah keluar dari basecamp,
“Aku percaya Min Ah tidak akan melakukan hal seperti itu. Ini semua pasti salah paham” ucap Jiyeon.
“Tapi itulah yang terjadi” jawab Minho.
“Apa?” Jiyeon benar-benar tak percaya dengan apa yang telah terjadi saat ini.
***
            16.00 waktu jam sekolah pun berakhir. Begitu mendengar bel pulang, ia langsung berkemas dan ingin cepat-cepat pulang.
“Naeun chakaman!” Bomi memanggil Naeun, dia ingin pulang bersama karena Bomi masih mengkhawatirkan keadaan Naeun
(*chakaman : tunggu).
“Bomi mianhe keundae, tinggalkan aku sendiri” ucap Naeun
(*keundae : tapi). Bomi hanya diam dan mencoba mengerti apa yang diinginkan Naeun saat ini. Naeun pergi dengan langkah kaki yang sedikit lebar. Ia ingin segera sampai di rumah dan menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Namun ia bertemu dengan Taemin di lantai bawah. Mereka hanya saling menatap dengan jarak berjauhan. Kini melihat Taemin, Naeun serasa ingin muntah saja. Ia berbalik dan hampir saja menabrak L myung soo yang baru turun dari tangga. Naeun pun tidak akan menyia-nyiakan waktu dan siapapun yang berada di sana waktu itu juga.
“Myung soo bisakah kau mengantar ku pulang?” ucap Naeun to do point. Myung soo yang masih bingung melihat Taemin dan kemudian melihat Naeun. Namun Myung soo langsung mengerti keadaan yang diinginkan Naeun, meskipun sebenarnya ia belum tau masalah apa yang tengah terjadi antara Naeun dan Taemin. Dengan sikap dinginnya Myung soo pun menjawab
“Baiklah” dan langsung menggandeng tangan Naeun, mereka berdua pun berjalan melewati Taemin.

            Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Naeun hanya terdiam seribu bahasa dan menatap keluar jendela mobil Myung Soo. Myung Soo yang dikenal dingin dan cuek ternyata juga mempunyai rasa penasaran, hingga akhirnya ia membuka sebuah pembicaraan diantara mereka berdua.
“Kalian bertengkar?” tanya Myung Soo singkat, ia berharap Naeun akan menjawab panjang dan bercerita apa yang telah terjadi. “Jangan bicarakan dia!” itulah jawaban yang diterima Myung Soo. “Baiklah, maafkan aku” ucap Myung Soo. Ia melihat Naeun, dan Myung Soo cukup mengerti bahwa Naeun saat ini benar-benar terpuruk. Sampailah mereka berdua di rumah Naeun.
“Terima kasih sudah membantu ku hari ini Myung Soo, aku berhutang budi pada mu”
ucap Naeun sebelum turun dari mobil Myung Soo.
“Sama-sama. Apa besok perlu ku antar lagi?” Myung Soo menawarkan sebelum Naeun meminta namun Naeun menolak.
“Tidak perlu, ketahuilah aku hanya memanfaatkan kau saja tadi” jawab Naeun.
“Tapi aku tak merasa dimanfaatkan” ucap Myung Soo.
“Baiklah anggap saja bercanda” ucap Naeun, ia melepaskan sabuk pengamannya dan kemudian keluar dari mobil L.
***
            Daily Seoul, 4 Januari 2014
Seorang pria ditemukan tewas di kamar apartmennya. Pria yang diperkirakan berusia 22th ini tewas mengenaskan dengan kepala bersimbah darah. Belum diketahui secara pasti penyebab kematiannya. Dan sampai saat ini berita ini diturunkan, kasus ini masih dalam penyelidikan oleh kepolisian setempat.

            Chorong membaca koran pagi hari, ia terkejut dengan berita yang barusan ia baca. Foto yang ditampilkan tidak begitu jelas siapa orang yang ditemukan tewas itu. Naeun turun dari kamarnya sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
“Apakah kau menemukan lowongan kerja?”
tanya Naeun pada kakaknya yang dari 1 bulan lalu mencari lowongan pekerjaan.
“Belum, tapi ini benar-benar mengejutkan. Seorang namja ditemukan tewas dengan kepala bersimbah darah di kamar apartment nya. Ini benar-benar mengerikan!” ucap Chorong.
“Iya jika itu adalah sebuah pembunuhan. Akan sangat begitu mengerikan”
jawab Naeun.
“Kurasa jika apartment itu dijual, tidak akan ada orang yang mau membelinya” tambah Chorong. Naeun hanya tersenyum kecil melihat tanggapan kakaknya tentang berita satu itu. Ddrrttt dddrrrttt ponsel Naeun bergetar, sebuah panggilan masuk dari Minho.
“Yeoboseyeo? Mwo!” Naeun sedikit tidak percaya dengan apa yang di dengarnya dari Minho
(*yeoboseyeo : hallo) (*mwo : apa). Naeun pun menutup ponselnya.
“Nuguya?” tanya Chorong penasaran karena kenapa Naeun begitu terkejut setelah menerima telpon. Naeun tidak menjawab ia diam sejenak dan kemudian merebut koran dari tangan Chorong.
“Apa yang terjadi Naeun?”
tanya Chorong heran. Naeun tetap tidak menjawab pertanyaan dari Chorong. Ia fokus membaca berita yang barusan dibicarakan kakaknya.
“Ini apartment Taemin tinggal”
ucap Naeun lirih.
“Apa? Jadi Taemin juga tinggal disini?” Chorong kembali bertanya dan kemudian pyar! Terdengar suara seperti pecahan kaca di depan rumah dan itu membuat kaget Naeun dan Chorong, mereka berdua pun langsung menghampiri asal suara. Saat membuka pintu mereka tak melihat siapapun dan Chorong mengecek kaca jendela tidak ada yang pecah tapi Naeun menemukan sebuah botol pecah yang berisi sebuah surat.
“Mereka sudah tewas, kini kau tak perlu menyimpan dendam” isi surat itu, tanpa tanda pengenal. Naeun berlari keluar, mengejar siapakah orang yang melempar surat itu, namun nihil Naeun tak menemukan siapapun. Kini pikiran Naeun diselimuti oleh berbagai pertanyaan. Siapa yang melempar surat ini? Apa maksudnya? Apa tujuan dia? Siapa yang dimaksud mereka telah tewas? Menyimpan dendam? Kematian? . semua pertanyaan itu kini telah berkeliling bebas di otak Naeun.
***
            Naeun baru saja tiba di sekolah. Ada yang berbeda dari suasana sekolah. Hening dan sedikit mencekam. Entah kenapa sekolah yang biasanya ramai dengan hiruk pikuk siswanya, pagi ini tiba-tiba hening.
“Ada apa ini? Kenapa sepi seperti ini? Apa sekolah libur? Apa aku terlambat?” Naeun mengecek jam tangannya, jam 07.45. Naeun kembali berjalan melewati pintu gerbang sekolah, lapangan bola, hingga sampai di gedung kelas III, dan ada seseorang yang memanggilnya.
“Son Naeun!” itu suara Minhyuk, dengan terburu-buru ia menghampiri Naeun.
“Ada apa?” tanya Naeun heran kenapa Minhyuk begitu terburu-buru.
“Kenapa sekolah begitu sepi?” Naeun menanyakan tentang keadaan sekolah yang begitu hening. “Mereka semua ada di aula” jawab Minhyuk.
“Aula? Apakah ada pengumuman mendadak?” tanya Naeun.
“Kau akan tau, setelah kau melihatnya” jawab Minhyuk. Ia menarik tangan Naeun dan mengajaknya berlari menuju aula sekolah. Di aula sekolah semua siswa berkumpul begitu pun juga para guru. Setibanya di pintu masuk aula, Bomi, Zelo dan Eunji sudah menunggu.
“Naeun!” ucap Zelo begitu melihat Naeun dan Minhyuk datang.
“Apa yang terjadi?”
Naeun bertanya heran, kenapa suasana di aula seperti orang sedang berduka. Jiyeon dan Minho menghampiri Naeun yang masih tidak mengetahui apa-apa.
“Puas kau Naeun!” ucap Jiyeon kasar dan penuh amarah.
“Jiyeon tenanglah!” Minho berusaha menenangkan. Naeun benar-benar bingung. Tanpa menanggapi ucapan Jiyeon, Naeun masuk ke dalam aula, ia begitu terkejut begitu melihat foto Taemin dan Min Ah. Foto mereka berdua berdampingan dengan sebuah kalung bunga di bingkai foto mereka. Ia memang telah mengetahui berita kematian Taemin, tapi tidak dengan kematian Min Ah.

            Daily Seoul, 4 Januri 2014
Telah terjadi kecelakaan maut yang menewaskan 1 orang pengendara mobil yaitu seorang perempuan. Di duga, pengendara mobil berplat nomor polisi xx mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk. Dan hingga kini, pihak polisi masih melakukan penyelidikan yang terkait dengan kecelakaan ini.

            Taemin telah ditemukan tewas di kamar apartmentnya dan belum diketahui penyebabnya. Min Ah juga tewas karena kecelakaan tunggal. Dua orang yang telah menyakiti Naeun telah meninggalkan dunia ini dengan caranya masing-masing. Kita hanya manusia yang takkan pernah tau kapan dan bagaimana hidup kita akan berakhir. Kini Taemin dan Min Ah telah tiada namun mereka meninggalkan teka-teki bagi Naeun dan teman-temannya. Bagaimana bisa mereka mati secara bersamaan hanya tempat dan cara yang berbeda. Terlebih lagi Naeun yang telah menerima surat misterius. Ia tak tau siapa pengirim surat misterius itu dan saat ini ia memilih untuk tidak menceritakan kepada siapa pun mengenai surat misterius itu. Surat itu berhubungan dengan kematian Taemin dan Min Ah. Apakah pengirim surat itu adalah dalang dari kematian ini? Dan siapakah dia? Kini mungkin Naeun membutuhkan otak layaknya detektif untuk memecahkan masalah ini.
***
            5 Januari 2014, hari ini adalah pemakaman Taemin dan Min Ah. Naeun datang bersama teman-temannya. Namun ia sama sekali tak mau mendekat di mana abu Taemin di kubur. Ia memilih untuk melihat dari kejauhan sendiri. Di sisi lain Kai dan Gikwang juga tak mau mendekat, entah apa alasan mereka namun obrolan serius tengah terjadi di antara mereka berdua.
“Bagaimana kabar mu? lama tak bertemu”
ucap Kai menanyakan kabar Gikwang. Terakhir mereka bertemu adalah pesta pergantian tahun di rumah Minho, setelah itu mereka tak bertemu lagi.
“Kau pasti sibuk dengan pekerjaan mu saat ini” ucap Kai. Memang setelah lulus Gikwang tidak melanjutkan study nya. Ia lebih memilih untuk bekerja di perusahaan orang tuanya sendiri di bidang perhotelan. Meskipun Gikwang sudah jelas akan menjadi penerus ayahnya yang memegang jabatan sebagai direktur utama. Namun Gikwang tak ingin langsung menempati posisi itu, ia memilih belajar dari awal dengan menjadi pegawai biasa di perusahaannya.
 “Begitulah”
jawab Gikwang tersenyum tipis.
“meskipun aku sibuk, terkadang aku mendengarkan cerita Minhyuk mengenai kabar kalian” ucap Gikwang. Ia dan Minhyuk adalah saudara. Meskipun berbeda rahim mereka satu ayah.
“Begitukah?” ucap Kai mendengar pernyataan Gikwang.
“Jadi kau tau masalah yang telah terjadi?” tanya Kai.
“Tentu saja aku mengetahuinya. Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi pada Naeun saat ini. Dia tak pantas untuk di sakiti”
ucap Gikwang.
“Lalu apa tanggapan mu tentang kasus kematian ini? Bukankah ini cukup aneh? Mereka yang telah menyakiti Naeun telah tewas mengenaskan dengan caranya masing-masing. Apa ini hukuman mereka karena telah menyakiti Naeun?” Kai akhirnya membuka pembicaraan yang lebih serius.
“Mungkin saja. Di dunia ini tidak ada yang mustahil, sekecil apapun itu”
jawab Gikwang.
“Ya Kau benar” ucap Kai
“Meskipun kematian Taemin masih dalam penyelidikan, tapi keluarganya tetap memilih membakar jasad Taemin. Mereka telah mengikhlaskan apa yang terjadi. Entah ia dibunuh atau bunuh diri mungkin kita tidak akan pernah mengetahuinya” tambah Kai.
“Kau penasaran?” tanya Gikwang.
“Ya begitulah, karena ini benar-benar menarik” jawab Kai sinis dan senyuman tipis layaknya orang menyindir. Ia berbalik badan dan hendak meninggalkan Gikwang namun Kai berhenti pada langkah keduanya dan berkata
“Jika aku mendekati Naeun dan kemudian menyakitinya seperti apa yang dilakukan Taemin. Apakah aku akan berakhir seperti dia?” lirikan mata Kai begitu dingin pada Gikwang. Sementara Gikwang hanya menanggapinya dengan santai
“Mungkin saja, jika kau tidak ingin berakhir seperti dia maka jangan kau coba-coba melakukannya”
jawab Gikwang enteng, dan ia berjalan mendekati pemakaman Taemin meninggalkan Kai yang masih berdiri di sana.
“Tapi aku tau, aku takkan pernah berakhir seperti itu” gumam Kai.
            Kai menghampiri Naeun yang dari tadi sendiri memandangi proses pemakaman abu Taemin dari kejauhan.
“Apa kau senang?” ucap Kai begitu berdiri disamping Naeun.
“Sedikit”
jawab Naeun.
“Aku turut bahagia jika kau merasa senang” ucap Kai, dan itu membuat Naeun reflek menoleh ke arah Kai.
“Apa? Kenapa kau menatap ku seperti itu?”
ucap Kai saat menangkap tatapan kaget Naeun. Naeun hanya terdiam tidak menjawab.
“Orang yang telah menyakiti hati kita, menghianati perasaan kita dan bahkan menghancurkan hidup kita. Meninggal dengan begitu sadisnya. Bukankah kita harus merasa senang? Karena orang seperti itu tak cukup layak untuk hidup menikmati udara segar di dunia ini” ucap Kai yang lagi-lagi membuat beku Naeun.
“Cukup! Kim Jong In, kau!” Naeun tak tau kata-kata apa selanjutnya yang akan ia lontarkan.
“Apa? Kau akan menuduh ku hanya karena ucapan ku tadi?” ucap Kai sinis. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Naeun dan berbisik
“Jika kau ingin menduduh ku, kau harus mempunyai cukup bukti yang kuat. Araseo?”
(*araseo : mengerti). Hembusan angin dingin pun menyeruak ke seluruh tubuh Naeun. Dan Kai meninggalkannya dengan senyuman tipis di wajahnya.
***
            Tiga hari kemudian. Keadaan pun mulai stabil dan berjalan seperti biasanya. Sekarang semuanya tidak terlalu mempermasalahkan tentang teka-teki kematian Taemin ataupun Min Ah. Tapi bagi Naeun ini adalah teka-teki yang harus di pecahkan. Setiap hari ia membawa surat misterius itu. Kini kecurigaannya telah bersinggah di namja yang bernama Kim Jong In atau lebih dikenal Kai (*namja : laki-laki). Setelah mendengar ucapan Kai saat di pemakaman Taemin, Naeun mulai menaruh curiga terhadapnya. Namun Kai benar, Naeun tidak mungkin menuduh Kai begitu saja tanpa bukti yang jelas.
            Ini jam istirahat, lagi-lagi Naeun meninggalkan Bomi dan Eunji tanpa berpamitan mau ke mana ia pergi. Ruang loker kelas IIIB, kini Naeun telah berdiri didepan sebuah loker milik Kim Jong In. Dengan menggenggam surat misterius itu di tangannya, dengan ragu ia membuka loker Kai. Meskipun di sana sepi, tapi Naeun takut jika ia dilihat orang lain pasti dia dikira akan mencuri atau lain sebagainya. Tapi tujuan Naeun bukan untuk itu. Ia berhasil membuka loker Kai dengan perlahan. Ia pun langsung mencari salah satu buku tulis milik Kai. Naeun membuka buku tulis itu dan membuka surat misterius itu. Ia mencoba melihat dan menyamakan tulisan di buku tulis dengan tulisan yang berada di surat misterius itu. Tulisan Kai dengan tulisan surat itu jauh berbeda. Naeun sedikit bersyukur karena memang bukan Kai yang menulis surat itu. Tap tap tap... terdengar suara sepatu yang mendekat ke arah ruang loker kelas IIIB. Naeun dengan tergesa-gesa mengembalikan buku Kai dan menutup loker. Baru saja Naeun akan meninggalkan loker Kai, ia sudah ketahuan oleh L.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya L heran yang melihat Naeun yang sedikit gugup. L juga kelas IIIB, ia satu kelas dengan Kai, Zelo, Minhyuk dan Yura.
“Tidak ada. Aku hanya” Naeun menjawab dengan gugup.
“Tenang, aku tidak akan berbicara kepada siapa pun. Jika kau saat ini sedang berada di ruang loker kelas IIIB dan tepatnya di depan loker Kim Jong In”
ucap L dingin. Naeun hanya diam, kedua tangannya meremas rok pendeknya dan tanpa berkata apapun ia pergi meninggalkan ruangan itu, namun tangan L mencegahnya untuk pergi.
“Kau berhutang budi dua kali pada ku” ucap L dingin. “Kau mau apa?” tanya Naeun. L tidak menjawab dan hanya tersenyum sinis. Ia menyudutkan Naeun di loker dan wajah L mendekati wajah Naeun.
“Apa yang kau lakukan?” Naeun benar-benar tidak bisa bergerak karena gugup. L tetap diam dan mendekatkan bibirnya ke bibir mungil Naeun, namun L menghentikannya saat jarak mereka hanya 5 cm.
“Apa kau tidak pernah melakukan ini?” tanya L pada Naeun. Naeun hanya diam membeku.
“Pantas saja kalau Taemin melakukan itu” ucap L. Mendengar kata-kata itu Naeun mendorong L dan pergi meninggalkannya dan L hanya tersenyum evil.
***
            Hari ini adalah hari pertama Chorong bekerja. Setelah lama mencari lowongan pekerjaan selama 1 bulan dan mencoba melamar kerja, akhirnya Chorong diterima kerja di sebuah pusat perbelanjaan di Seoul yaitu Mall Infinite. Di sana ia pekerja sebagai promote sales girls, dimana para pegawai bagian itu diharuskan berpenampilan menarik, dan pandai berbicara. Dan pada hari pertamanya bekerja, ada survey bulanan yang dilakukan oleh pemilik mall Infinite ini.
            Chorong merapikan penampilannya setelah mendengar intruksi dari managernya bahwa akan ada survey bulanan. Walaupun ini adalah hari pertama Chorong, namun ia sudah memiliki satu teman bernama Namjoo.
“Kau pasti akan kaget melihat pemilik mall Infinite ini!” ucap Namjoo yang begitu antusias dan tak sabar menunggu kedatangan si pemilik mall ini.
“Memang kenapa dengan pemilik mall ini? Apa beliau kejam?” tanya Chorong penasaran.
“Anio! Keundae, dia masih sangat muda sekali. Ya mungkin umurnya sama seperti kita”
jawab Namjoo yang dari tadi melihat ke arah akan datangnya si pemilik mall yang dikenal paling besar di Seoul ini
(*anio : tidak) (*keundae : tapi).
“Geurae” jawab Chorong pendek
(*geurae : begitu).
“Tapi itu bukan point yang terpenting!” tambah Namjoo seolah mengingatkan Chorong.
“Lalu apa point terpentingnya?”
Chorong tidak mengerti.
“Dia sangat tampan sekali! Itulah yang membuat aku betah bekerja disini meskipun aku harus berdiri seharian melayani pelanggan yang begitu banyak dan itu selalu membuat kaki ku bengkak” ucap Namjoo yang membuat Chorong hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
“Itu dia orangnya!” ucap Namjoo senang begitu melihat si pemilik mall Infinite ini muncul dari kejauhan. Chorong menoleh saat Namjoo bilang bahwa si pemilik mall telah datang. Dan Chorong memang sedikit kaget dan tak hanya kaget, ia bahkan diam membeku bagaikan bongkahan es. Hingga ia tak sadar bahwa si pemilik mall Infinite telah berjalan menghampirinya dan kini telah berdiri di hadapannya.
“Kau bekerja di sini?” tanya si pemilik mall.
“Hoya? Kau?” ucap Chorong terbata dengan jari telunjuk yang terus menunjuk ke arah Hoya.
“Wae?” Hoya heran melihat ekspresi kaget Chorong
(*wae : mengapa).
            Chorong dan Hoya pun mengobrol setelah Hoya selesai melakukan survey. Mereka berdua adalah teman satu sekolah. Dulu mereka satu kelas dengan Woohyun dan satu angkatan pula dengan Gikwang. Mereka adalah senior Naeun dan kawan-kawan. Sebuah obrolan asik pun tercipta di antara dua cangkir kopi hangat.
“Jadi sejak kapan kau bekerja di sini?” tanya Hoya penasaran.
“Ini hari pertama ku” jawab Chorong dengan memegang cangkir kopi yang masih hangat. “Benarkah? Berarti ini adalah hari keberuntungan mu, karena bisa bertemu aku” ucap Hoya PD dan Chorong hanya tersenyum mendengarnya.
“Kenapa kau memilih bekerja? Apa perusahaan ayah mu?” Hoya menanyakan alasan Chorong. “Perusahaan ayah ku baik-baik saja, bahkan kini ayah dan ibu ku sedang sibuk membangun cabang perusahaannya di Jepang. Aku bekerja karena ingin tau, bagaimana sulitnya mencari uang. Dengan kerja keras kita sendiri, dengan hasil keringat kita sendiri. Karena kurasa apa yang telah kita kerjakan sendiri hasilnya akan lebih memuaskan dari pada hasil kerja orang lain. Ibarat ladang yang luas, tak semua petani bisa memanennya dengan mudah bukan? Bahkan ada petani yang bekerja keras menunggu lama hingga hasil panennya banyak” jawab Chorong dan jawaban itu berhasil membekukan telinga Hoya yang mendengarnya.

            Memang Chorong tak kalah kaya dengan Hoya. Orang tua nya adalah pemilik perusahaan funiture hotel terbesar ke tiga di Seoul. Dan kini sedang membuka cabang perusahaan di Jepang karena sebagian besar investornya adalah orang Jepang. Namun dari kecil Chorong diajarkan displin dan rasa tanggung jawab. Jadi itulah yang membuat Chorong tak ingin hanya diam dan menerima begitu saja semua fasilitas yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Lain halnya dengan Hoya yang hanya diam dan menerima semua fasilitas yang diberikan orang tuanya. Bahkan jabatan sebagai pemilik Mall Infinite, mall terbesar di Seoul ini diperolehnya tanpa kerja kerasnya atau setetes keringatnya sekali pun.

            Hoya menghabiskan kopinya sekaligus. Kemudian ia menawarkan bahwa ia akan mengantar Chorong pulang setelah jam kerjanya selesai. Awalnya Chorong menolak namun akhirnya ia tak dapat menolak dari Hoya mengancam jika Chorong tidak mau diantar pulang, ia akan memecatnya.
            Hoya dan Chorong sampai di depan rumah Chorong. Jam menunjukkan pukul 10.00 pm. Chorong melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari mobil Hoya, lalu sebuah cahaya mobil lain dari arah depan menyinari Chorong dan mobil Hoya. Chorong dan Hoya menyipitkan matanya karena silau, begitu mobil itu di matikan turunlah seorang namja yang ternyata Woohyun. Melihat Woohyun yang datang, Hoya pun turun dari mobilnya.
“Wah,ternyata kau Woohyun?” ucap Hoya seolah-olah menyambut sahabatnya itu.
“Bagaimana kabar mu? terakhir kita bertemu adalah di pesta pergantian tahun itu bukan?” jawab Woohyun yang sedikit mengingat tentang pertemuan terakhir mereka.
“Ya Kau benar. Kau datang ke sini untuk menemui Chorong?” tanya Hoya.
“Tidak, aku ingin bertemu dengan Naeun” jawab Woohyun, dan sebenarnya itu semua bohong.
“Kau sendiri?” Woohyun balik bertanya.
“Aku mengantar Chorong pulang. Baiklah kalau begitu aku masih ada urusan. Aku pergi dulu. Sampai jumpa”
pamit Hoya pada Chorong.
“Hati-hati di jalan. Terima kasih untuk hari ini” ucap Chorong tersenyum. Hoya hanya menjawab dengan senyuman dan masuk kedalam mobil menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya pergi dari rumah Chorong. Woohyun masih berdiri dengan kedua tangannya yang disembunyikan di dalam saku celananya.
“Ayo masuk, Naeun ada di dalam. Mudah-mudahan saja ia belum tidur” ajak Chorong untuk masuk ke dalam rumah. Namun Woohyun tak beranjak dati tempatnya berdiri.
“Kau dari mana? Pulang selarut ini?” tanya Woohyun, nada suara Woohyun tidak seperti biasanya. Sedikit dingin dan seperti ada hawa cemburu di dalamnya.
“Kerja” jawab Chorong singkat.
“Kerja?”
Woohyun mengulang kata itu dengan sebuah tanda tanya di belakangnya.
“Ya, ini hari pertama ku bekerja. Aku sudah diterima kerja di mal Infinite. Dan aku baru tau bahwa mall itu milik Hoya” jelas Chorong yang membuat Woohyun terlihat semakin panas.
“Jika kau butuh pekerjaan, kenapa kau tidak bicara pada ku? Aku bisa membantu mu mencari pekerjaan” ucap Woohyun dengan nada suara sedikit keras.
“Itu tidak perlu Woohyun, aku sudah mendapatkan pekerjaan ku” jawab Chorong yang masih tidak mengetahui bahwa saat ini sebenarnya Woohyun sedang terbakar panas oleh rasa cemburu. “Berhentilah bekerja di situ!” ucap Woohyun to do point.
“Wae? Kenapa kau suruh aku berhenti? Ada apa dengan mu Woohyun?” Chorong heran dengan sikap Woohyun.
“Aku bilang, berhentilah bekerja di mall milik Hoya” paksa Woohyun.
“Aku sudah mendapatkan pekerjaan ku dengan susah payah dan kau menyuruh ku berhenti begitu saja?” Chorong tak percaya dengan apa yang diucapkan Woohyun. Ia kesal dan berbalik meninggalkan Woohyun. Woohyun mengejarnya dan langsung memeluk Chorong dari belakang, Chorong sempat meronta namun Woohyun terlalu kuat baginya.
“Maafkan aku, aku hanya ingin kau tinggal di samping ku” bisik Woohyun. Dan itu membuat Chorong terdiam
            Sementara di perjalanan Hoya pulang, ia memikirkan sesuatu dan berbicara pada dirinya sendiri
“Persaingan ini akan semakin seru, kita akan sama-sama melihat siapa yang akan menjadi pemenangnya”
To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar