Kamis, 18 September 2014

DESTINY chapter 4



Bab 4
Korban selanjutnya

            Pagi ini Son Naeun berangkat ke sekolah dengan tubuh lemas, serasa seperti ada yang memukuli badannya hingga semua tulangnya remuk. Pikirannya kacau, terlalu banyak yang harus ia ingat kecuali pelajaran. Tentang kematian Taemin dan Min Ah dan surat misterius yang ia terima. Son Naeun berjalan dengan setengah melamun hingga ia tak mengetahui ada tangga di depannya sehingga membuatnya hampir terjatuh
.
“Naeun” Zelo berhasil menangkap tubuh Naeun yang hampir saja terjatuh.
“Zelo?” Naeun tersentak.
“Kau kenapa? Apa kau sakit?” Zelo mengkhawatirkan keadaan Naeun yang tidak seperti biasanya.
“Tidak. Aku tidak apa-apa” jawab Naeun yang berusaha terlihat baik-baik saja. Apakah aku harus cerita? Apakah boleh aku cerita? Apa yang terjadi jika aku bercerita? Itulah di benak Naeun saat ini, penuh dengan kebimbangan.
“Kau terlihat pucat Naeun, apa kau sudah sarapan?” Zelo menyentuh pundah Naeun dengan lembut dan mengajaknya untuk sarapan di kantin “Ayo kita sarapan”
“Tidak, kau saja. aku mau ke basechamp. Ada barang ku yang tertinggal kemarin”
Naeun mencoba dengan beberapa alasan.
“Baiklah aku antar kau” Zelo menawarkan diri.
“Tidak perlu, aku pergi dulu. Aku akan menyusul mu” Naeun langsung pergi meninggalkan Zelo. Zelo hanya terdiam melihat Naeun berlari menjauhinya hingga Naeun tak terlihat.

            Naeun masuk ke dalam basechamp. Sejak kematian Taemin dan Min Ah, ia jarang ke sana dan bahkan tidak pernah. Ia mendekati rak buku yang penuh dengan novel koleksi Yura. Diantara kumpulan mereka, hanyalah Yura lah yang gemar membaca novel.
“Apakah salah satu dari sekian banyak novel ini bisa memberi ku sebuah jawaban dari teka-teki dan surat ini? Jika ada, yang mana novel itu?” gumam Naeun.
“Aaahhh.... aku bisa gila karena ini semua” Naeun menjauh dari rak buku dan merebahkan dirinya di atas sofa. Terdengar suara pintu terbuka, namun Naeun cuek mendengarnya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kai yang ternyata telah memasuki basechamp.
“Kau sendiri?” Naeun malah balik bertanya. Namun Kai hanya diam dan mengambil sekaleng minuman di kulkas.
“Aa... hari ini adalah pelajaran Taeyeon seongsaengnim. Kau pasti akan membolos kan?” tuduh Naeun pada Kai.
“Kurang lima menit lagi bel masuk berbunyi, pergilah!” usir Kai pada Naeun. ia duduk di sebelah Naeun, bersandar dan memejamkan matanya. Naeun masih tidak mau pergi.
“Baiklah, apa kau ingin membolos juga? Tapi tolong jangan di sofa ini, aku ingin tidur” ucap Kai sambil menyikirkan Naeun dari sofa dengan mengangkat kakinya untuk berbaring di sofa.
“Aish! Jinja! Anak ini benar-benar menyebalkan!” Naeun pun pergi.
“Ingat Son Naeun, kita tak dapat merubah apa yang telah terjadi, tapi kita dapat merubah apa yang akan terjadi” ucap Kai dan membuat Naeun menghentikan langkahnya.
“Apa maksud mu?” Naeun bertanya maksud perkataan Kai.
“Baiklah kalau kau sudah melupakannya” Kai memejamkan matanya dan membiarkan Naeun penasaran hingga akhirnya berlalu meninggalkan basechamp.
***
            Chorong baru saja mengganti pakaiannya dengan seragam yang telah diberikan oleh mall Infinite. Ia meletakkan pakaiannya ke dalam loker dan saat akan meninggalkan ruang loker karyawan ia mendengar suara percakapan telepon.
“Baik, aku kan coba malam ini. Nde. Aku selalu mengawasinya. Nde, algyeseumnida” Sungyeol mengakhiri percakapan telepon itu.
“Chorong? Sejak kapan kau berdiri di situ?” Sungyeol mengetahui keberadaan Chorong yang tak sengaja telah mendengarkan semua percakapan telepon Sungyeol.
“Aaa... baru saja” Chorong sedikit gelagapan.
“Ya sudah, aku ke depan dahulu” Sungyeol meninggalkan Chorong yang masih terdiam di tempat di mana saat ini berdiri.
“Nde, aku akan menyusul” jawab Chorong. Entah kenapa tiba-tiba Chorong harus menaruh sebuah kecurigaan pada Sungyeol.

            Chorong telah berdiri di stand bersama Namjoo. Ia sudah mempersiapkan kaki dan sepatunya dengan baik agar ia tak terluka lagi. Mungkin hari ini, tidak akan seperti hari kemarin karena acara sale besar-besaran sudah berakhir. Pekerjaan mereka sedikit lebih santai. Karena belum ada pembeli yang harus Chorong dan Namjoo layani. Jadi ia sedikit longgar untuk tak selalu berdiri, Namjoo sedikit berceloteh tentang drama yang selalu ia tonton setiap episode nya di jam setelah ia pulang kerja. Namun Chorong tak sepenuhnya mengerti tentang drama seperti apa yang diceritakan Namjoo. Ia justru terfokus dengan tayangan iklan yang ada pada layar LCD berukuran  33 inch yang diletakkan disetiap sudut mall Infinite untuk menarik perhatian para pengunjung. Dan untuk sejenak Chorong merasa tertarik dan berniat untuk menghabiskan seluruh uangnya untuk berbelanja memanjakan dirinya. Namun ketertarikan itu tiba-tiba hilang saat tangan Sunyeol memegang pundak Chorong dan mengagetkannya.
“Aigoo!” pekik Chorong kaget.
“Maaf mengagetkan mu, bisakah kita bicara sebentar?” ucap Sunyeol to do point.
“Bicara apa?” Chorong penasaran.
“Tidak di sini, ayo ikut aku” Sungyeol memandu langkah Chorong ke tempat yang tak terlihat oleh pengunjung mall Infinite dan tak ada cctv di sana. Tangga darurat.
“Apa yang ingin kau bicarakan? Sampai harus membawa ku ke sini?” Chorong bertanya.
“Sepulang kerja nanti, biarkan aku mengantar mu” ucap Sungyeol.
“Apa?” Chorong sedikit tersentak kaget mendengar apa yang diucapkan Sunyeol.
“Ada yang ingin kubicarakan lagi dan itu lebih penting lagi. Aku tak bisa membicarakannya sekarang karena kita masih dalam jam kerja” jelas Sungyeol.
“Sepenting itukah? Kau benar-benar membuat ku penasaran” ucap Chorong.
“Kurasa iya. Baiklah ayo kita kembali bekerja” ajak Sunyeol. Chorong hanya mengangguk.
“Oh ya, bagaimana dengan kaki mu? apakah sudah sembuh?” Sungyeol menanyakan keadaan kaki Chorong yang kemarin bengkak.
“Sudah mendingan, ini berkat kau. Jika kau tidak menyuruh ku untuk beristirahat pasti kaki ku akan lebih parah” jawab Chorong.
“Lain kali jangan sungkan untuk meminta jam istirhat jika kau merasa kesakitan” ucap Sungyeol. Ia mendahului Chorong kembali ke standnya. Chorong kembali masih terdiam, begitukah perhatiannya seorang rekan kerja? Batin Chorong.
***
            Setelah jam pertama berakhir, jam berikutnya adalah waktunya kelas IIIA dan IIIB  berolahraga. Naeun, Eunji dan Bomi telah mengganti seragam mereka dengan pakaian olahraga. Hari ini Lee Teuk seongsaengnim akan memberikan materi tentang bola basket. Naeun pergi ke gudang peralatan olahraga untuk mengambil bola basket. Dan disana ia bertemu dengan L myung soo.
“Hai Son Naeun?” sapa L myung soo.
“Akhirnya kau tidak menjadi pria dingin seperti teman mu Kim Jong In” jawab Naeun atas sapaan L.
“Oh ayolah, apakah itu jawaban dari sapaan manis ku?” L seperti berusaha menggoda Naeun.
“Hentikan L! Kau benar-benar tak pantas untuk menggoda ku” ucap Naeun kesal. Bola basket yang ia cari sudah berada di tangannya. Ia pergi ke lapangan meninggalkan L yang masih diam di sana.
“Yaa! Son Naeun! Waktu akan terus berjalan, dan dia tidak dapat untuk kau putar ulang!” ucap L yang membuat Naeun menghentikan langkahnya.
“Apa maksud mu?” Naeun bingung apa yang diucapkan L barusan. L mendekatinya dan berbisik.
“Takdir memang sudah digariskan untuk dijalani, tapi kau bisa mengubahnya sesuai dengan apa yang kau inginkan” bisik L, ia pun pergi berlalu meninggalkan Naeun. Naeun masih diam terpaku. Baiklah ada dua orang yang tiba-tiba berbicara aneh, pertama Kai kemudian L. Lalu kemudian siapa lagi? Ia kembali cuek dan kembali ke lapangan dengan bola basket di tangannya. Namun saat ia mengingat kata-kata Kai di pagi hari tadi dan ia berusaha menggabungkan kata-kata L barusan menjadi sebuah maksud, Naeun menghentikan langkahnya. Seperti mendapatkan sebuah jawaban, ia pun berlari dan menemui Bomi dan Eunji.
“Naeun? kenapa kau lama sekali mengambil bola?” tanya Bomi.
“Aku harus pergi” ucap Naeun dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
“Pergi? Kau mau ke mana? Ini kan masih pelajaran Lee Teuk seongsaengnim” ucap Bomi.
“Ini penting, aku harus segera pergi!” Naeun berlari meninggalkan lapangan. Ia menuju kelas IIIC, menanyakan keberadaan Minho. Akhirnya Naeun sedikit mengerti maksud perkataan Kai dan L. Setelah memikirkan berbagai spekulasi tentang dua maksud Kai dan L ia mencoba menggabungkan dengan surat yang ia terima semalam. Ia terus berlari, dan akhirnya sampai di kelas IIIC. Naeun langsung memasuki kelas dan mencari keberadaan Minho.
“Di mana Minho?” Naeun mencoba bertanya anak-anak yang berada di kelas.
“Molla? Dari jam pertama ia tidak ada” salah satu siswa menjawabnya.

            Pikiran Naeun benar-benar kacau, ia berlari menuju gerbang sekolah dan meninggalkan sekolah begitu saja. Kai melihat Naeun yang terus berlari dari kejauhan. Ia tersenyum sinis dan berkata.
“Akhirnya kau mengerti juga maksudnya”  
begitu pula dengan L, ia juga mengamati Naeun dari kejauhan dan berkata
“Semoga masih banyak waktu, Son Naeun”
***
            Jam makan siang telah tiba, Chorong memukul-mukul pundaknya karena pegal. Namjoo menggandeng tangan Chorong dan mengajaknya makan siang bersama.
“Chorong, ayo makan siang! Kau ingin makan apa? Hari ini aku ingin makan ramen”
“Baiklah, kajja!”
Sungyeol dan Sehun tiba-tiba nongol di belakang mereka berdua. Sehun berteriak apakah Namjoo tidak mengajaknya juga?
“Apa kalian tidak ingin mengajak kami?”
Chorong dan Namjoo menoleh ke belakang. Namjoo benar-benar heran kenapa mereka berdua selalu muncul di mana saja dan kapan saja saat ia bersama Chorong.
“Aish! Apa kalian menjadi seorang penguntit sekarang? Gaeurae, kajja!”

            Mereka berempat telah memesan dan menunggu ramen datang ke meja mereka. Chorong duduk berhadapan dengan Sungyeol dan Namjoo duduk berhadapan dengan Sehun. Chorong berkata pada Namjoo bahwa ia ingin membeli sesuatu dengan gaji pertamanya.
“Namjoo, aku rasa gaji pertama ku. Aku ingin membeli sesuatu”
“Jinja? Apa yang ingin kau beli?”
“Molla, setelah aku melihat iklan yang selalu di tayangkan di dalam mall Infinite, aku ingin menghabiskan uang ku untuk berbelanja di mall itu!”
“Itu hanya kenginginan mu untuk sesaat”
sahut Sungyeol tiba-tiba.
“Apa maksudmu?” Namjoo bertanya. Namun sebelum Sungyeol menjawab mie ramen pesanan mereka datang.
“Tak enak jika harus bercerita dengan makan” ucap Sungyeol.
“Selamat makan! Makanlah selagi hangat Namjoo sayang” ucap Sehun sembari menyodorkan semangkuk mie ramen untuk Namjoo.
“Yaa! Jangan panggil aku seperti itu! Benar-benar menjijikan!” jawab Sungyeol.

            Saat di dalam restaurant ramen, televisi menanyakan sebuah berita
Telah terjadi kebocoran gas di sebuah apartment di kawasan Y. Kebocoran gas tepatnya berada di  kamar apartment nomor 88. Penghuni apartment tersebut telah ditemukan tewas karena keracunan gas. Polisi sampai saat ini masih menyelidiki penyebab kebocoran gas tersebut....
Mendengar berita itu, Sehun mulai mengeluarkan komentarnya.
“Apa mungkin ini tindakan bunuh diri?”
“Bunuh diri bagaimana? Sudah jelas-jelas ia keracunan gas”
sahut Namjoo.
“Bisa saja kan? Dia sendiri yang sengaja membocorkan gasnya dan seharian tidak keluar kamar apartmentnya kemudian mengunci semua jendela. Dan ia menunggu sampek ia sendiri yang keracunan?” jelas Sehun.
“Aaa.... jinja? Tapi kenapa harus dengan cara seperti itu?” Namjoo bertanya.
“Mungkin ia ingin mati secara perlahan” jawab Sehun asal.
“Bisakah kalian menghentikan spekulasi tidak jelas kalian?” ucap Sungyeol yang mulai kesal mendengar percakapan tidak jelas Sehun dan Namjoo.
“Mianhe” ucap Sehun dan Namjoo bersamaan.
***
           Naeun kembali berlari setelah turun dari bis. Ia berlari sekencangnnya untuk segera sampai di  apartment Minho. Ia semakin khawatir saat mendengar berita kebocoran gas di aparment Minho. Sesampainya di sana, sudah ramai dengan mobil polisi dan sebuah mobil ambulans.
“Anio! Tidak mungkin!” ucap Naeun pada dirinya sendiri dan ia nekat memasuki aparment yang telah dipasang garis polisi hingga ia harus di cegah oleh polisi.
“Maaf, kau tidak boleh memasuki apartment dulu!” cegah polisi.
“Anio! Aku harus masuk untuk memastikan!” Naeun mencoba membantah.
“Tidak bisa! Jika kau ingin memastikan sesuatu silahkan kau tanya dengan kami” ucap polisi. Naeun melihat wajah polisi itu dengan kesal dan kemudian para medis keluar aparment dengan membawa korban untuk di bawa ke rumah sakit. Naeun mengabaikan perkataan polisi dan menghampiri korban yang kini tengah tertutup dengan kain putih di seluruh tubuhnya. Ia mencegah pihak medis sebelum memasukkan korban ke mobil ambulans.
“Chakamanyeo! Apa aku boleh melihat wajah orang ini?” Naeun meminta ijin kepada pihak medis yang telah mengevakuasi korban.
“Baiklah” petugas medis mempersilahkan. Naeun perlahan memegang selimut putih dan membuka perlahan. Tubuhnya gemetar dan keringat menetes di dahinya. Tubuh Naeun semakin bergetar dan ia melepaskan selimut yang ia pegang. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya menandakan ia benar-benar tidak percaya.
“Min... ho...” ucapnya lirih
“Maaf, kami harus segera membawanya ke rumah sakit” petugas medis menutup selimutnya lagi dan memasukkan tubuh Minho yang telah menjadi mayat ke dalam mobil ambulans. Naeun tak kuat untuk berdiri lagi. Ia terjatuh begitu saja, seluruh tubuhnya gemetar, entah mengapa ia merasa ketakutan. Dan dengan tiba-tiba Zelo menghampirinya dan menanyakan keadaan Naeun.
“Son Naeun? Gwaenchana?”
“Aku takut!”
jawab Naeun dengan mata ketakutan.
“Aku disini” ucap Zelo coba menenangkan.
“Zelo, katakan pada ku! Itu tadi bukan Minho kan? Yang ku lihat tadi bukan dia kan?”
“Naeun”
“Jawab aku Zelo! Dia bukan Minho! Katakan bahwa yang aku lihat salah!”
Naeun berteriak dan meneteskan air matanya. Zelo tak tau apa yang harus ia katakan. Ia memeluk Naeun.
“Itu Minho, yang kau lihat adalah tubuh Minho” ucap Zelo sembari menenangkan Naeun dan tangis Naeun pun semakin menjadi. 

            Dari kejauhan terlihat Yura yang sedang melihat Zelo memeluk Naeun. Bagaimana Zelo bisa tiba-tiba berada di apartment Minho juga. Saat di sekolah Zelo melihat Naeun berlari meninggalkan lapangan dan Zelo memutuskan untuk mengikutinya karena Zelo merasa akan terjadi sesutu dengan Naeun. Sementara itu bagaimana Yura juga bisa ada di sana? Ia melihat Zelo keluar dari gerbang sekolah dan sampai akhirnya ia sampai di aparment Minho.
***
            Chorong telah bersiap-siap untuk pulang. Sungyeol sudah menunggunya di depan pintu mall. Ia telah mengatakan pada Namjoo dan Sehun bahwa hari ini ia akan pulang bersama Chorong. Sungyeol tersenyum ketika melihat Chorong.
“Baiklah, ayo kita pulang” ajak Sungyeol.
“Nde” jawab Chorong.
“Mengapa kau tiba-tiba ingin mengantar ku pulang?” Chorong bertanya.
“Apa kau tidak penasaran dengan ucapan ku tadi siang?”
“Mwo? Ucapan?” Chorong pun mengingat ucapan Sungyeol “itu hanya keinginanmu untuk sesaat”
“Aaa.. ya aku ingat”
“Apa kau tidak penasaran kenapa aku mengetakan demikian?”
“Kenapa kau berkata seperti itu?”
“Karena yang kau lihat hanyalah sebuah ilusi”
“Mwoya? Ilusi?”
“Kau pasti bertanya-tanya tentang mengapa mall Infinite yang terbesar di Seoul ini lebih banyak pencurinya dari pada pembelinya?”
ucap Sungyeol dan ini mulai menarik perhatian Chorong.
“Yang kau lihat hari ini adalah sama seperti yang mereka lihat saat berkunjung ke mall Infinite. Iklan itu hanyalah sebuah ilusi”
“Sebuah ilusi? Tujuan iklan adalah untuk menarik perhatian orang jadi mengapa kau katakan itu sebuah ilusi?”
tanya Chorong.
“Apa kau tidak pernah berkunjung ke mall lain selain mall Infinite?” Sungyeol balik bertanya.
“Sama-sama menanyangkan iklan untuk menarik perhatian para pengunjung itulah adalah hal yang wajar, keundae... iklan yang di tayangkan di mall Infinite adalah iklan subliminal”
“iklan subliminal?”
“sejenis iklan yang menarik bagi pikiran bawah sadar. Sebuah gambar yang diperlihatkan sekejap di layar atau suara yang di tayangkan di radio yang terlalu cepat untuk disadari alam sadar, tetapi memilik efek rangsangan yang cukup untuk menyampaikan pesan kepada pemirsa untuk menggunakan atau pergi dan membeli produk tertentu”
(The Devils Whisper, 294:1989)
“Dari mana kau mengetahui bahwa yang di gunakan mall Infinite adalah iklan subliminal?”
“Ceritanya panjang, kau akan mengetahuinya sendiri”
“Aah! Ayolah ceritakanlah pada ku!”
Chorong berdiri menghadap Sungyeol dengan wajah memohon.
“Masuk dan istirahatlah! Kau pasti lelah!” perjalanan sambil mendengarkan Sungyeol menjelaskan tentang iklan membuat Chorong tak sadar bahwa sudah sampai di depan rumahnya.
“Aish! Kau berhasil membuat ku penasaran Sungyeol!”
“Cukup kau yang mengetahui tentang iklan itu”
“Mwo? Jadi selama ini tidak ada yang mengetahui tentang iklan itu?”
Chorong heran, Sungyeol hanya menggeleng.
“Lalu kenapa kau menceritakannya pada ku?”
“Karena aku percaya pada mu”
Sungyeol memegang pundak Chorong sebagai tanda bahwa ia percaya padanya, dan Sungyeol pun pergi meninggalkan Chorong.
***
            Naeun memandangi surat misterius yang selama ini ia terima di meja belajarnya. Ia sempat mengingat saat sempat membandingkan tulisan dari surat itu dengan tulisan di buku tulis Kai. Namun tulisan itu benar-benar berbeda. Ia selalu menerima surat misterius pertama saat Taemin dan Min Ah sudah meninggal. Dan ia menerima surat kedua saat sebelum Minho ditemukan tewas karena keracunan gas?
“Apa hubungan si penulis surat ini dengan kematian mereka?”
“Apa hubungan si penulis surat ini dengan ku?”
“Apa aku mengenal mu?”
“Apa kau seorang psikopat?”
“Mengapa korban mu adalah orang-orang yang telah menyakiti ku?”          

            Berbagai spekulasi telah terpikirkan oleh Naeun dan ia berusaha untuk mengaitkan satu sama lain. Namun ia terlalu lelah dan terlalu takut jika ia harus membongkar semua ini sendirian.
“Apa akan korban selanjutnya? Apa kau mengincar orang yang berada di sekitar ku? Apa yang sebenarnya yang kau inginkan dari ku? Bisakah aku bertemu dengan mu dan menyuruh menghentikan semua ini? Ini semua hanya membuat ku pusing! Aku tak pernah meminta kau untuk membunuh orang yang telah menyakiti ku! Ku mohon hentikan ini semua!”
Naeun menutup wajahnya dan mengeluarkan air matanya kembali.

To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar