Senin, 22 September 2014

DESTINY chapter 5








Bab 5

            Naeun, Eunji dan Bomi baru saja tiba di rumah duka Minho. Dengan memakai pakaian serba hitam, mereka bertiga memberikan salam dan turut berduka atas kematian Minho kepada kedua orang tua Minho. Kedua orang tua Minho terlihat sangat terpukul sekali karena anak semata wayangnya bisa meninggal dunia seperti ini. Meskipun terlihat mereka lebih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, namun mereka sangat benar-benar menyesal. Karena selama ini tidak mempunyai waktu untuk Minho.

            Naeun, Eunji dan Bomi hendak pulang. Saat akan memasuki mobil, Jiyeon menghampiri mereka bertiga.
“Aku dengar kau ada di apartment Minho saat kematiannya?” ucap Jiyeon yang membuat Naeun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Jiyeon.
“Apa kau terlibat?” tuduh Jiyeon.
“Yaa! Apa yang kau bicarakan Jiyeon! Kau mana boleh menuduh begitu saja!” sahut Bomi yang kesal dengan ucapan Jiyeon.
“Jinja? Jadi kau tidak terlibat? Lalu kenapa kau ada di sana?” Jiyeon berusaha membuat Naeun terpuruk.
“Naeun hanya”
“Aku mempunyai firasat buruk tentang Minho, aku ke kelasnya dan ada yang bilang bahwa ia tidak ada sejak jam pelajaran pertama, jadi aku pergi ke apartmentnya. Setibanya di sana petugas medis sudah mengevakuasi tubuh Minho yang telah terbujur kaku” jelas Naeun yang memotong ucapan Bomi.
“Oh, jeongmal?” ucapan Jiyeon terdengar tidak percaya.
“Sudah cukup Jiyeon! Naeun ayo kita pergi!” Bomi memegang tangan Naeun dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
“Membunuh secara diam-diam, berpura-pura simpati kepada keluarga yang korban yang telah ia bunuh, dan masih mempunyai senyuman tanpa rasa menyesal sedikit pun. Itulah yang disebut seorang psikopat. Kau bukan orang yang seperti itu kan? Son.... Naeun” ucapan Jiyeon yang menuduh dan begitu dingin terlontar begitu saja memojokkan dan menyakiti hati Naeun. Naeun hanya diam dan mengepalkan tangannya kesal, namun ia harus sabar karena tidak ingin membuat keributan di sini. Tapi Eunji tak mau tinggal diam melihat sahabatnya di hina begitu saja. ia mendekati Jiyeon.
“Baiklah Jiyeon, jika kau bilang Son Naeun adalah seorang psikopat. Apa kau tidak merasa takut? Bagaimana jika Son Naeun akan menulis nama mu di daftar korbannya? Apa yang akan kau lakukan?” ucap Eunji dengan mata yang penuh dengan emosi. Jiyeon hanya diam tak menjawab.
“Kenapa kau diam? Kau takut?”
“Mwo? Takut? Lakukan saja apa mau mu! Jika aku menjadi korban berikutnya, bukankah itu semakin menguatkan dugaan ku kalau Son Naeun adalah seorang psikopat”
“Eunji! Ku mohon hentikan! Waktu kita sudah terbuang sia-sia untuk melayani omongan Jiyeon yang sudah tidak waras!”
ucap Naeun dan ia masuk ke dalam mobil.
“Benar! Untuk apa aku bicara dengan orang tidak waras?” ucap Eunji pada Jiyeon dan pergi meninggalkan Jiyeon.
***
            Di dalam mobil Bomi mengungkapkan betapa kesalnya dia dengan Jiyeon. Naeun hanya duduk terdiam dan Eunji sedang konsentrasi mengendarai mobilnya.
“Akh! Jiyeon itu benar-benar! Ingin ku telan saja dia hidup-hidup! Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu! Tanpa bukti! Keundae, aku suka gaya mu saat kau berbicara dengannya Eunji, dia terlihat sedikit ketakutan, bagaimana menurut mu Naeun?”
Naeun hanya diam melamum,
“Yaa! Son Naeun? apa kau tidak mendengar ku?”
“Kau telah melakukan hal yang salah Eunji-ah”
ucap Naeun.
“Mwo? Hal yang salah?” Eunji kaget mendengar tanggapan Naeun. Ia menepikan mobilnya tiba-tiba.
“Apa yang kau maksud dengan melakukan hal yang salah? Membela sahabat yang di hina begitu saja apa menurut itu hal yang salah?”
“Bukan seperti itu, tapi perkataan mu tadi” ucap Naeun.
“Ada apa dengan perkataan ku?”
“Kalian tidak mengerti!”
“Apa maksud mu? baiklah ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Kita teman kan? Kita sudah berjanji tidak akan merahasiakan apapun itu”
ucap Eunji yang mengingatkan pada janji mereka bertiga. Naeun hanya diam.
“Naeun, ku mohon ceritakanlah apa yang telah terjadi dan apa yang tidak kami ketahui. Mungkin kita bisa membantu” bujuk Bomi.
“Tidak, aku tidak bisa” jawab Naeun, ia pun keluar dari mobil dan berjalan menjauh.
“Yaa! Son Naeun! eodiga!?” teriak Bomi.
“Aish! Jinja! Michigenae!” ucap Eunji kesal. Bomi hendak keluar mobil dan menyusul Naeun.
“Andwae! Biarkan dia menjernihkan pikirannya” cegah Eunji, ia pun kembali menginjak gas mobilnya.
***
Keesokan harinya...
            Chorong sedang merapikan pakaian dan di hampiri oleh Namjoo.
“Yaa! Bagaimana kencan mu semalam?” bisik Namjoo.
“Yaak! Kencan apa! Kau ini!” bantah Chorong.
“Bukankah kau semalam pulang bersama Sungyeol? Apa itu namanya bukan kencan? Lalu apa?”
“Aku tidak akan membayar pegawai ku yang menghabiskan waktu kerjanya dengan bergosip”
ucap Hoya yang tiba-tiba muncul dan mengagetkan mereka berdua.
“Oh! Sajangnim” pekik Namjoo, mereka berdua pun menunduk memberi hormat.
“Baiklah, aku hanya bercanda. Chorong ganti pakaian mu segera!”
“Nde?”
Chorong bingung kenapa Hoya menyuruhnya mengganti seragamnya.
“Sudahlah, kau mendapatkan dispen untuk hari ini. Temui aku segera di ruangan ku setelah kau mengganti pakaian mu. ku beri kau waktu 30 menit. Jika lebih dari itu, aku akan memotong gaji mu. ini perintah atasan. Jadi cepatlah!”
“Nde”
tanpa berfikir panjang Chorong langsung berlari ke ruang loker untuk mengganti seragamnya.

            30 menit kemudian, Chorong sudah mengganti pakaiannya dan menemui Hoya di ruangannya.
“Kau terlihat lebih cantik tanpa seragam” ucap Hoya.
“Untuk apa sajangnim memerintahkan aku mengganti pakaian dan menemui anda? Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Chorong yang berusaha berbicara formal.
“Ah, kau terlalu formal! Ya kau melakukan kesalahan”
“Mwo? Kesalahan apa yang saya lakukan? Ku mohon maafkan saya”
“Baiklah, aku akan memaafkan mu, tapi ada syaratnya”
“Syarat?”
“Ne, dan syarat itu harus kau penuhi hari ini”
“Apa itu?”
“Dorawa!”
            Hoya mengajak Chorong ke suatu tempat, hari ini ia ingin bersenang-senang menghindari kepenatan pekerjaan kantor yang begitu melelahkan.
***
            Naeun tengah duduk termenung di mejanya. Ia mengggemgam dua surat misterius yang ia terima. Jika awal kecurigaannya kepada Kai, kini ia menaruh kecurigaan pada L myung soo yang juga telah mengatakan hal aneh sebelum kematian Minho. Karena melamunkan masalah itu dan tengah berfikir tentang spekulasi-spekulasi yang kini sedang berputar-putar di otaknya, ia melewatkan makan siangnya.
“Naeun, ayo kita makan siang!” ajak Bomi.
“Pergilah, aku harus menyelesaikan ini” Naeun menunjuk sebuah tugas matematika yang telah diberikan oleh Taeyeon seongsaengnim sebagai sebuah alasan untuk menolak ajakan Bomi.
“Yaa, aku tau kau ini adalah siswi yang pintar dan rajin tapi kau tidak boleh melewatkan makan siang mu”
“Tidak apa Bomi, aku masih kenyang. Aku harus ke perpustakaan, selamat makan Bomi-ya”
ucap Naeun pergi meninggalkan kelas.

            Dan lagi-lagi perpustakaan hanyalah sebuah alasan untuknya menghindari ajakan Bomi. Ia pergi ke ruang loker kelas IIIB. Jika kemarin ia mencari sesuatu di loker Kai, saat ini ia telah berdiri di hadapan loker L myung soo. Dengan ragu, Naeun mengarahkan tangannya untuk membuka loker itu. Pikirannya menyuruhnya bekerja dengan cepat tapi hatinya terlalu takut untuk melakukannya. Hingga suara Kai mengagetkannya.
“Son Naeun?” Kai berdiri di ujung pintu dengan menyembunyikan tangan di saku celananya.
“Kim Jong In?” jelas sekali kalu Naeun kaget, namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Kai berjalan mendekat.
“Tidak ada” Naeun tak tau harus menggunakan alasan apa saat ini.
“L Myung Soo” Kai membaca tulisan yang tertempel loker depan Naeun berdiri.
“Baiklah aku pergi”
“Apa saat ini kau mencurigai L tentang sesuatu?”
“Mwo?”
“Aku tau, kau kemarin ke sini untuk mencari sesuatu di loker ku, sebenarnya apa yang sedang kau cari?”
“Otteokhe arra?”
“Itu tidak penting, baiklah jika kau tidak mau mengatakan sekarang”

Naeun diam dan kembali mengambil langkah untuk meninggalkan ruang loker kelas IIIB. Lagi-lagi Kai bicara dan membuatnya berhenti.
“Keundae, jangan pernah kau mencari jarum di tumpukan jerami sendirian Son Naeun, akankah lebih mudah jika kau mencarinya dengan banyak orang” ucap Kai dan meninggalkan Naeun terlebih dahulu. Naeun kembali di buat diam oleh perkaatan Kai.
***
            Gikwang sedang menunggu seseorang di sebuah kafe. Dan seseorang itu pun datang, seorang perempuan dengan pakaian merah, rambutnya terurai panjang, sepatu highheels, dan gaya berjalan yang anggun dan mengesankan.
“Mianhe, kau sudah menunggu lama?” ucap yeoja itu.
“Gwaenchanayeo, baru menunggu 10 menit. Kau mau minum apa?”
“Coffee Late”
“Baiklah”
Gikwang pun memanggil salah satu pelayan dan memesan satu minuman lagi untuk yeoja yang ia temui. Dan melanjutkan pembicaraan mereka.
“Bagaimana kabar mu?” tanya Gikwang.
“Aku baik, kau sendiri? Apa hotel mu saat ini? Ku dengar kau sedang mendirikan satu buah hotel lagi di Jepang?”
“Ya begitulah, aku sangat senang dengan pekerjaan ku saat ini. Bagaimana kabar kakek?”
“Dia baik, dia selalu menanyakan mu. Apa kau tidak berencana untuk mengunjunginya?”
“Maaf aku masih sibuk akhir-akhir ini”
“Bagaimana pun kau tidak boleh melupakan guru dan sekolah mu dahulu. Bukankah karena itulah kau bisa mengubah takdir mu?”
pembicaraan yeoja itu mulai sedikit serius.
“Ya kau benar, tanpa kakek dan sekolah itu. Aku tidak akan bisa mengubah takdir ku”
“Tapi kau sungguh berani Lee Gikwang. Mengambil tindakan sejauh itu, apa kau sama sekali tidak memikirkan kosekuensi apa yang akan kau terima?”
“Kosekuensi? Anio. Mereka tidak akan menemukannya”
“Kau benar-benar egois Lee Gikwang”
ucap yeoja itu dengan senyuman sinis.
“Egois? Sepertinya kau harus mengubah kata-kata mu. aku tidak egois, tapi memang dia sudah ditakdirkan untuk ku”
***
            Hoya dan Chorong menikmati udara yang berhembus dan berjalan-jalan santai di taman.
“Apa kau masih ingat saat kita SMA? Hal-hal apa saja yang selalu kita lakukan di kelas” ucap Hoya.
“Nde, kau selalu usil. Kau selalu tidur saat pelajaran Taeyeon seongsaengnim. Dan kau selalu berpura-pura sakit saat pelajaran olahraga” jawab Chorong.
“Dan kau selalu membantu ku mengerjakan tugas yang diberikan oleh Taeyeon seongsaengnim”
Chorong hanya tersenyum tipis.
“Keundae, apa kau tidak mengingat saat camping liburan musim panas waktu itu?” Hoya bertanya. Chorong tidak langsung menjawab ia mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu saat camping liburan musim panas. Saat malam api unggun, Hoya mengajak Chorong ke sebuah tempat yang lebih sepi yang jauh dari tenda. Di tempat itu Hoya sudah mempersiapkan banyak lilin dan bunga, tempat itu sudah ia sulap menjadi tempat yang indah. Lilin-lilin yang berjajar membentuk love dan taburan bunga mawar di sekitarnya. Di situlah Hoya menyatakan perasaannya pada Chorong. Namun sampai saat ini, Chorong tidak menjawab perasaan Hoya.
“Ya Aku mengingatnya”
“Lalu, sampai kapan aku harus menunggu jawabannya? Kau benar-benar kejam Chorong!”

“Sampai kau menyerah” Chorong menjawabnya dengan senyum dan berjalan mendahului Hoya. Hoya diam mengeluarkan kedua tangan dari saku celananya dan menarik tangan Chorong hingga Chorong jatuh kepelukkannya.
“Aku mohon tinggallah di sisi ku” ucapan Hoya memohon dan membuat Chorong hanya bisa diam dalam pelukkan Hoya.
***
            Naeun mengambil tasnya dan segera pergi meninggalkan kelasnya saat bel pulang sudah berbunyi. Saat sampai di lapangan depan sekolah, Zelo yang melihatnya dan memanggilnya.
“Son Naeun!”
“Oh... Zelo?”
“Kau pulang sendirian? Ayo kita pulang bersama, bagaimana kalau kita mampir membeli toppoki dahulu, atau kue beras?”
“Eemm...”
“Zelo, kau bisa membantu ku kan?”
Yura tiba-tiba muncul dengan menggandeng tangan Zelo.
“Yura?” Zelo kaget dengan kemunculan Yura.
“Kau tau kan aku sangat suka sekali membaca, hari ini ada novel yang baru saja di rilis. Aku ingin segera membelinya karena aku tidak mau sampai kehabisan novel yang di jual limited edition itu” Yura merajuk pada Zelo.
“Kendae Yura, naega”
“Zelo, Kau harus pergi menemani Yura untuk membeli novel itu. Kita makan toppoki lain kali saja. aku masih ada urusan, sampai jumpa”
Naeun dengan cepat meninggalkan Zelo dan Yura.
“Yaa, Naeun-ah!” Zelo hendak menyusul Naeun yang telah berlari meninggalkannya. Namun tangannya di tahan oleh Yura.
“Zelo aku mohon” Yura kembali memohon dengan memasang wajah memelas. Dan Zelo pun tidak bisa menolaknya.

            Naeun menyusuri jalan sendirian dan akhirnya ia menghentikan langkah kakinya dan berhenti di depan sebuah rumah. Ia melihat sekeliling rumah itu, dan kemudian Sungyeol mengamatinya.
“Permisi, apa kau sedang mencari alamat?” tanya Sungyeol yang melihat Naeun celingukan melihat rumahnya.
“Ah, anio. Aku hanya memastikan saja. Mianhe” jawab Naeun dan kemudian pergi.
“Chakaman!” Sungyeol menghentikan langkah kaki Naeun.
“Nde?”
“Apa kau teman L Myung Soo?”
“Nde? Ottoke arra?”
“Seragam mu, seperti seragam L. Perkenalkan, Sungyeol imnida. Aku teman satu rumah L”
Sungyeol memperkenalkan diri.
“Annyeong, Naeun imnida” Naeun pun juga memperkenalkan dirinya.

            Pembicaraan mereka pun berlanjut dan Sungyeol mengajak Naeun minum kopi di cafe terdekat dan di sanalah mereka bertemu dengan Gikwang.
“Naeun?” Gikwang memanggilnya begitu ia melihat Naeun.
“Oppa?” Naeun terkejut karena di sana juga ada Gikwang.

            Mereka berempat kini duduk dalam satu meja. Son Naeun duduk berhadapan dengan Gikwang dan Sungyeol duduk berhadapan dengan yeoja yang dari tadi mengobrol dengan Gikwang.
“Perkenalkan dia teman ku” Gikwang mengenalkan yeoja yang kini duduk di sebelahnya.
“Annyeong, Baek Suzy imnida. Kau bisa memanggil ku Suzy onnie” ucap yeoja yang ternyata memiliki nama Suzy itu.
“Annyeong, Son Naeun imnida. Bangapta. Aa... cham, perkenalkan juga teman ku”
“Annyeong, Sungyeol imnida”
“Sebenarnya kami juga baru saling mengenal, dia satu rumah dengan teman ku L myung soo”
jelas Naeun.

            Ddddrrrttt dddrrrttt.... ponsel Suzy berdering.
“Chakaman kidaryeo” ucap Suzy dan menerima panggilan telepon yang masuk ke nomor ponselnya.
“Mianhe, aku harus segera pergi” pamit Suzy setelah selesai berbicara dengan orang yang ada di balik telepon.
“Geuraeseo, mian aku tidak bisa mengantar mu” ucap Gikwang.
“Gwaenchanayeo, nikmati waktu kalian. Aku pergi, gomawo” Suzy pun meninggalkan mereka bertiga.
“Mianhe, aku juga harus pergi” Sungyeol pun ikut pamit pergi.
“Kau akan pergi juga? Bahkan kopi yang kau pesan pun belum datang” ucap Gikwang.
“Mian, keundae, aku masih ada urusan” jawab Sungyeol.
“Oppa, gomawoyeo” ucap Naeun.
“Cheonma, mian tidak bisa mengantarmu pulang”
“Gwaenchana, dia akan pulang bersama ku”
sahut Gikwang.
“Keureom, aku akan pergi” Sungyeol tak lupa menundukkan sedikit kepalanya dan pergi meninggalkan mereka berdua.

            Tinggal Naeun dan Gikwang.
“Baiklah, hanya tinggal kita berdua” ucap Naeun menatap dua bangku yang kosong.
“Kau tidak suka?” tanya Gikwang.
“Bukan seperti itu, hanya saja” Naeun menghentikan kalimatnya ketika Gikwang menggenggam tangannya.
“Waeyeo? Bukankah berdua lebih romantis?”
“oppa... ada apa dengan... kenapa kau tiba-tiba...”
“Baiklah, akan ku antar kau pulang”
Gikwang menarik tangan Naeun dan menyeretnya ke mobil.

            Mobil Gikwang telah sampai di depan rumah Naeun.
“Gomapta” ucap Naeun malu-malu. Ia hendak melepas sabuk pengamannya tapi ia kesulitan.
“Biar aku bantu” ucap Gikwang mendekat dan melepaskan sabuk pengaman. Naeun menahan nafasnya karena wajah mereka berdua sangat dekat. Sabuk pengaman Naeun telah lepas tapi Gikwang masih tetap mendekat dan malah menatap wajag Naeun rekat-rekat.
“Oppa... waeyeo? Kau menatap ku seperti itu?” tubuh Naeun bergemetar.
“Mianhe”
“Untuk apa?”
Naeun bingung.
“Sudah membuat mu seperti ini aku minta maaf”
“Oppa? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan”
“Suzy benar, aku adalah orang yang benar-benar egois”
“.....”
Naeun tak menjawab apa pun ia hanya dia dan bingung apa yang harus ia lakukan. Dan chu... sebuah ciuman lembut dari bibir Gikwang telah mendarat di bibir Naeun. Naeun hanya bisa diam membeku dan dari kejauhan Kai melihatnya. Sinar lampu yang menerangi mobil Gikwang membuat adegan ciuman mereka terlihat dari kejauhan.

To be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar