Chapter
7
Naeun menatap foto Gikwang di atas
meja dengan rasa tidak percaya. Bagaimana bisa Gikwang adalah orang yang
bertanggung jawab di balik semua kejadian ini. Meskipun Naeun telah memperoleh
jawaban siapa pelakunya. Namun Naeun masih belum puas, masih banyak pertanyaan
di dalam benaknya. Dan kenapa Kai dan L hanya memberikan klu dengan kata-kata
aneh. Kenapa mereka tidak mencegah tindakan Gikwang oppa jika mereka tahu kalau
Gikwang oppa lah pelakunya.
“Pasti banyak pertanyaan di dalam
benak mu Son Naeun”
Kai berdiri menuju lemari es dan mengambil sekaleng coke.
“Banyak sekali sampai aku tak tau
harus memulainya dari mana”
Naeun menjatuhkan dirinya di sofa dan menghela nafas panjang. Kedua tangannya
menutup wajahnya.
“Mudah saja, sekarang... pertanyaan
apa yang paling ingin kau tanyakan?”
L melipat kedua tangannya dan bersandar pada sisi tembok sebelah kanan dekat
rak buku.
“Bagaimana kalian bisa tahu
Gikwang oppa pelakunya?”
Satu pertanyaan di lemparkan Naeun.
“Bukankah kau telah melihat buku
catatan Minhyuk? Kau bilang sendiri bahwa tulisan itu mirip. Jika di ingat
Minhyuk dan Gikwang adalah saudara. Wajar saja jika tulisan mereka berdua
mirip” L mencoba
menjabarkan. Dan jawaban L diterima dengan logis oleh Naeun.
“Apa tujuan Gikwang oppa
melakukan itu semua?”
pertanyaan kedua.
“Dia ingin melindungi orang yang
ia cintai” jawab
Kai singkat.
“MWO?” Naeun menyipitkan matanya tanda
heran.
Flashback
Lima
tahun yang lalu.
Di sebuah sekolah hipnotis. Gikwang
sedang berbicara dengan seorang kakek yang menjadi guru hipnotisnya. Kakek itu
adalah kakek Baek Suzy, pemilik sekolah hipnotis ini. Kakek Suzy sangat
menyukai Gikwang dan menjadikan dia sebagai murid kesayangannya. Karena
kemampuan Gikwang. Di usianya yang masih di bilang masih sangat muda, Gikwang sudah
menguasai berbagai cara menghipnotis. Gikwang menjadi senior Kai dan L myung
soo. Kai dan L masuk ke sekolah hipnotis saat usia mereka 11 tahun. Jadi Kai
dan L jauh lebih mengenal Gikwang terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka
bertemu satu sekolah SMA.
Kai dan L senang belajar ilmu
hipnotis dan magis lainnya pada Gikwang. Dan sampai akhirnya Gikwang bercerita
tentang perempuan yang di sukainya.
“Lihatlah yeoja ini. Dia cantik
kan?” Gikwang
mengeluarkan foto dari sakunya.
“Wah, yeopeuda” L menyahuti.
“Yeoja ini adalah takdir ku” ucap Gikwang yakin.
“Takdir?” Kai mengulang kata-kata Gikwang.
“Ya, dia terlahir karena aku
terlahir. Itu artinya sampai kapan pun kita harus bersama” sorot mata Gikwang lurus kedepan
karena yakin dengan ucapannya.
“Keundae hyung, Jika dia ternyata
bukan takdir mu? Bagaimana kau” ucapan
L langsung di potong oleh Gikwang.
“Berbagai cara akan ku tempuh
demi orang yang aku cintai. Siapa pun tidak boleh menyakiti hati orang yang aku
cintai. Dan jika ada yang berani melakukannya, dia akan mati”
Flashback end
***
Sungyeol dan Woohyun masih berada di
cafe. Woohyun memikirkan beberapa cara agar Sungyeol tidak di curigai. Sembari
memikirkan cara yang efektif, Woohyun meminta penjelasan bagaimana bisa ia
mengetahui bahwa Gikwang lah yang memberikan iklan subliminal kepada Hoya.
“Ottoeke arra?” Woohyun mengajukan pertanyaan,
agar Sungyeol bisa menjelaskan secara detail.
“Teman sekamar ku L myung soo
adalah junior dari Gikwang di sekolah hipnotis. L myung soo lah yang memberi
tahu ku tentang iklan subliminal itu. Setelah aku mengecek di ruang pemutaran
iklan dan bahwa itu benar adalah iklan subliminal. Barulah L myung soo memberi
tahukan semua tentang hubungan Gikwang dan Hoya” jelas Sungyeol yang sangat
diterima Woohyun.
“Baiklah, aku mengerti. Aku akan
mempersiapkan tiket pesawat untuk mu ke Amerika besok. Persiapkan diri. Kau tau
maksud ku kan?”
ucap Woohyun mantap.
“Nde algyeseumnida. Keundae
Woohyung-nim, kemarin Chorong pergi bersama Hoya. Ada kemungkinan kalau” Sungyeol tidak berani untuk
meneruskan kalimatnya.
“Ah-araseo” Woohyun berusaha tampak tenang
namun raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa kekhawatirannya.
***
Minhyuk, Zelo, Eunji dan Bomi telah
menunggu Naeun di perpustakaan. Namun sama sekali tidak ada tanda-tanda Naeun kembali
ke perpustakaan.
“Aku akan melihatnya” Bomi memutuskan untuk mengecek ke
toilet. Dan ia hanya menerima jawaban anggukan dari Minhyuk, Zelo dan juga
Eunji. Setelah mengecek ke toilet wanita. Bomi kembali ke perpustakaan dengan
tergesa-gesa.
“Naeun” nafas Bomi tersengal-sengal
karena berlari dari toilet ke perpus. Otomatis semuanya panik. Mereka begitu
saja meninggalkan perpustakan dan menacri keberadaan Naeun. Zelo berusaha
menguhubungi ponsel Naeun tapi sia-sia. Ponsel Naeun tertinggal di loker. Mereka
berempat akhirnya memutuskan untuk berpencar mencari Naeun tapi Jiyeon
menghentikan aktifitas mereka.
“Mwoya? Kalian sedang main petak
umpet? Aku boleh ikut? Siapa yang jaga? Aku tidak melihat psikopat? Apa dia
yang jaga?”
ucapan Jiyeon sangat jelas membuat jengkel teman-teman Naeun. dengan hati yang
penuh amarah, Eunji menghampiri Jiyeon dan menampar pipi Jiyeon dengan
keras-keras.
“Yaak! Michoseo!” Jiyeon berteriak tak terima
bahwa Eunji telah menampar pipinya. Dan Jiyeon ingin membalas tamparan Eunji,
namun dengan cepat Eunji menahan tangan Jiyeon yang akan mendarat ke pipinya.
“Tarik ucapan mu tentang Naeun
seorang psikopat!”
ucap Eunji dingin dan menciptakan ketegangan di sepanjang koridor kelas.
“Sireo!” Jiyeon mengelak dan Eunji
semakin memperkuat cengkraman tangannya dan membuat tangan Jiyeon sakit.
“Lepaskan tangan ku!” Jiyeon berusaha untuk melepaskan
tangannya dari cengkraman tangan Eunji.
“Lepaskan dia!” Naeun berteriak menyuruh Eunji
untuk melepaskan tangan Jiyeon.
“Naeun? Gwaencahanaseyeo? Oedigayeo?” Bomi menghampiri Naeun dan
memeriksa setiap inci tubuh Naeun untuk memastikan Naeun tidak apa-apa. Namun
Naeun tidak menghiraukan Bomi dan mendekati Eunji yang masih mencengkram tangan
Jiyeon. Naeun melepaskan cengkraman itu.
“Kau membelanya?” Eunji tak percaya bahwa ia malah
membela Jiyeon yang sudah mengatainya psikopat.
“Anni” jawab Naeun singkat, bola
matanya saling bertemu dengan bola mata Eunji.
“Geuraseo?” Eunji menanyakan alasannya.
“Aku tak ingin ada korban lagi” jawaban singkat yang membuat
Eunji tak mengerti maksud Naeun. kata-kata korban, seolah-olah tuduhan Jiyeon
bahwa Naeun adalah seorang psikopat adalah 100% benar.
Naeun, Kai, L, Bomi, Eunji, Minhyuk
dan juga Zelo kini telah berkumpul di basechamp. Suasana sedang tegang. Mereka saling
diam sampai akhirnya Eunji angkat bicara terlebih dahulu.
“Apa maksud perkataan mu tadi?” Eunji bertanya pada Naeun.
“Baca ini” Naeun menyodorkan surat
misterius itu pada Eunji dan Eunji membacanya. Awalnya Eunji merasa takut
kemudian ia tertawa kecil.
“Lelucon apa ini?” Eunji melepar surat itu dan di
tangkap oleh Bomi yang juga penasaran dengan isinya.
“Ini bukan lelucon” ucap Kai. Ia mendekat pada Eunji
dan menatap mata Eunji lekat-lekat.
“Surat pertama di kirimkan saat
sebelum Taemin tewas. Surat kedua di kirimkan saat sebelum Minho tewas. Tulisan
tangan mereka sama. Dan surat misterius itu benar-benar telah merenggut nyawa
orang yang telah menyakiti hati Naeun. apa ini masih bisa di sebut lelucon?” kata-kata logis Kai mulai
merasuki pikiran Eunji dan Eunji pun berusaha untuk mencernanya.
“Chakaman! Tulisan ini, bukankah
ini seperti tulisan mu Minhyuk?”
Bomi yang ikut membaca surat itu baru menyadari bahwa tulisan tangan surat itu
mirip dengan tulisan tangan Minhyuk.
“Keundae, Minhyuk aniya” L menjelaskan bahwa bukan
Minhyuk pelakunya. Minhyuk menyahut surat itu dari tangan Bomi.
“Ini tulisan Gikwang hyung” Minhyuk tertegun bahwa surat
misterius itu adalah tulisan tangan hyung nya sendiri.
“Aish! Ini benar-benar gila!” Eunji mengumpat sebagai rasa
tidak percaya.
“Baiklah, siapa yang bisa
menjelaskan permainan ini?”
Eunji melemparkan pertanyaan dengan berkacak tangan.
“Tidak
satu pun!” jawab Kai dingin.
“Kecuali Gikwang hyung”
***
Woohyun dan Sungyeol telah
meninggalkan cafe. Woohyun masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi. Ia
menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas meninggalkan cafe. Hoya, Gikwang
dan iklan subliminal itu terus menerus memutari pikirannya saat ini. Dan
mendengar yeoja yang ia cintai selama ini kemarin telah menghabiskan waktu
bersama dengan Hoya, membuatnya semakin tak bisa untuk berfikir jernih. Sambil
terus mengemudikan mobil CRV hitamnya, ia berfikir apa yang harus ia lakukan.
Menemui Gikwang meminta penjelasan? Rasanya tidak mungkin jika dilakukan
sekarang. Menemui Hoya dan memintanya untuk menjahui Chorong? Tidak juga. Dan
sampai akhirnya ia memakirkan mobilnya tepat di depan gedung yang menjulang
tinggi dengan aksen bangunan kuno dan bertuliskan HIPNOTIS HIGH SCHOOL. Sekolah
ini benar-benar di design seperti layaknya film Harry Potter.
Woohyun melepas sabuk pengaman dan
keluar dari mobil. Ia berdiri sejenak menatap setiap inci sekolah itu dari
tempatnya kini berdiri, sebelum akhirnya ia melangkah memasuki sekolah itu.
Seorang yeoja memakai sepatu hag tinggi keluar dari sekolah itu dan berhenti
menatap Woohyun. Woohyun menghentikan langkahnya yang baru dua langkah menjahui
mobilnya.
Woohyun dan Suzy berjalan menyusuri
setiap koridor kelas. Pandangan mata Woohyun menelusuri setiap sudut sekolah.
“Kakek ku yang mendirikan sekolah
ini” ucap Suzy,
seolah-olah ia adalah tour guide Woohyun saat ini.
“Apakah dia sangat menyukai dunia
magis dan sejenisnya hingga terbesit sebuah keinginan untuk mendirikan sekolah
ini?” pertanyaan
pertama telah dilemparkan oleh Woohyun.
“Seperti itulah. Dia orang yang
ramah dan baik, semua anak didiknya sangat menyukainya. Semenjak kepergiannya
sekolah ini menjadi sepi” Suzy
seperti menggali memorynya untuk menceritakannya pada Woohyun.
“Pergi? Apa dia?” Woohyun menangkap kata-kata
pergi sebagai ungkapan bahwa kakek Suzy telah meninggal.
“Bukan seperti itu. Ia
menyerahkan sekolah ini pada ku, karena usianya yang semakin bertambah dan
membuatnya menua. Ia pergi ke busan mengistirahatkan tubuhnya dan setiap
pikirannya” jelas
Suzy yang membuat Woohyun segera membuang anggapan bahwa kakek Suzy telah
meninggal dunia.
“Keurom, kau bilang semua anak
didiknya menyukainya, keundae pasti ada anak didiknya yang lebih di sayanginya.
Bukan begitu?” pertanyaan
kedua yang sudah dari tadi ingin Woohyun lemparkan pada Suzy.
“Nde, kau benar. Ada satu anak
didiknya yang sangat ia sayangi, aku sangat iri padanya. Sebagai cucunya, kakek
sudah berlebihan sayang kepada anak didiknya yang satu itu hingga hampir saja
dia melupakan ku. Tapi aku tahu, kakek juga sangat menyayangi ku” tatapan Suzy memandang lurus ke
depan seolah ia telah tenggelam dalam memory.
“Siapa anak didik itu?” pertanyaan Woohyun yang ketiga
ini benar-benar to do point.
“Kau menanyakannya? Apa kau juga
iri? Bahkan mengenal kakek ku saja kau belum. Apa cerita ku telah membuat mu
terhayut ke dalam setiap keirian yang telah ku ceritakan?” ahli-ahli menjawab, Suzy justru
melemparkan pertanyaan balik pada Woohyun. Tapi Woohyun tak menyerah sebelum ia
mendapatkan jawabannya.
“Nuguya?” ucap Woohyun, tatapan matanya
menunjukkan bahwa ia sudah tidak sabar untuk mendengar jawabannya.
“Lee Gikwang”
***
Naeun berjalan dengan tas di tangan
kanannya. Ia terlihat lelah karena permainan ini. Zelo memanggilnya
berkali-kali dari belakang namun Naeun sama sekali tidak menanggapinya. Entah
ia benar-benar tidak dengar atau ia pura-pura tidak dengar. Dan Zelo menarik
tangannya menghentikan langkahnya.
“Zelo? Ada apa?” suara Naeun datar tampak seperti
manusia yang tak ingin hidup lagi.
“Gwaenchanayeo?” raut wajah Zelo jelas sekali
mengkhawatirkan Naeun.
“Nde, gwaenchana. Kau hanya ingin
menanyakan itu?”
“Tunggu di sini, aku akan
mengantar mu pulang”
Zelo mengeluarkan kunci mobil dari sakunya dan berjalan menuju halaman parkir.
“Sireo” Naeun menolak dengan menarik
tangan Zelo.
“Waeyo?” Zelo menatap Naeun dan ingin ia
menjelaskan alasannya.
“Kita teman kan?” bukan sebuah penjelasan yang
keluar dari mulut Naeun, melainkan sebuah pertanyaan.
“Kenapa kau bertanya seperti
itu?” Zelo
merasa heran dengan pertanyaan Naeun.
“Baiklah, entah apa yang aku akan
katakan ini penting atau tidak tapi aku ingin kita tetap seperti ini. Berteman
dan tidak akan melebihi itu sampai kapan pun” setiap ucapan yang Naeun keluarkan ia berusaha
untuk tetap terlihat tenang.
“Naeun” Zelo belum mengerti arah
pembicaraan Naeun. dan sebelum Naeun bisa menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi antara dia dan Yura di toilet tadi siang, mobil cheverolet kuning
dengan dua pintu berhenti tepat di belakang Naeun berdiri. Kai keluar dari
kursi pengemudi dan berteriak pada Naeun.
“Masuklah!” perintah Kai pada Naeun.
Mendengarnya, Naeun hanya memberikan salam perpisahan pada Zelo dan membuka
pintu mobil Kai, masuk dan duduk dengan nyaman di sebelah Kai. Kai menginjak
pedal gas membawa cheverolet kuningnnya pergi meninggalkan sekolah. Sementara
Zelo masih diam terpaku berdiri melihat mobil Kai semakin menjauhinya.
***
Mobil CRV hitam telah terpakir tepat
di depan rumah Naeun. Sinar matahari sebentar lagi akan bersembunyi, Chorong
yang baru pulang kerja melihat Woohyun berdiri bersandar di kap depan mobilnya.
Woohyun tersenyum bahagia begitu melihat Chorong. Tanpa menunggu, Woohyun
menghamprinya dan memeluknya penuh dengan rasa rindu. Chorong masih tertegun
dan dengan ragu ia membalas pelukkan Woohyun. Jujur saja di dalam lubuk hati
Chorong, ia juga merindukan Woohyun dan entah kenapa ia lebih nyaman berada di
pelukkan Chorong ketimbang berada di pelukkan Hoya.
Woohyun melepaskan pelukkannya dan
memegang bahu Chorong dan menatap mata Chorong lekat-lekat.
“Bogosipheo” ucap Woohyun dengan imbuhan
kecupan manis yang mendarat di kening Chorong.
“Nado” suara Chorong lirih namun
Woohyun masih bisa mendengarnya. Woohyun kembali memeluknya dan memejamkan
mata. Ia teringat percakapannya dengan Suzy saat di sekolah tadi.
Flashback
“Kau mengenalnya?” Suzy bertanya pada Woohyun saat
setelah mengatakan bahwa anak didik yang sangat di sayangi kakeknya bernama Lee
Gikwang.
“Tidak” jawab Woohyun yang jelas
berbohong. Entah apa tujuannya ia menutupi bahwa ia sebenarnya mengenal
Gikwang.
“Sebagai namja ia sangat tampan.
Aku pernah menyukainya tapi tidak untuk sekarang, setelah secara
terang-terangan menolak ku dan membuat hati ku hancur seperti puzzle” Suzy berterus terang bahwa ia
telah mengalami sebuah penolakan cinta oleh Gikwang.
“Dia menolak mu?” Woohyun tertegun bagaimana bisa
Gikwang menolak wanita secantik dan se sexy Suzy. Jika ia Lee Gikwang ia akan
menerima dan tidak akan menyia-nyiakannya dalam hati Woohyun berkata.
“Well, itu sangat memalukan
bukan? Entah apa yang terbesit dalam otaknya, dia selalu memikirkan yeoja itu.
Membuat ku semakin kesal saja”
raut kecemburuan jelas terpancar di wajah Suzy.
“Yeoja? Jadi dia menolak mu
karena dia menyukai yeoja lain?”
“Yeah. Kau benar! Terkadang otak
ku tak waras dan hati ku yang sudah hancur seperti puzzle menyuruh ku untuk
membunuhnya. Agar Gikwang bisa melihat ku” ucapan Suzy dingin seolah-olah ia benar-benar ingin
membunuh yeoja yang lebih di cintai Gikwang melebihi siapa pun.
“Kejam sekali” Woohyun menanggapi santai.
“Entah pesona apa yang di miliki
yeoja itu. Yang pasti ia sudah membuat Gikwang gila” Suzy seperti menemukan teman
curhat baru, ia terus bercerita pada Woohyun. Dan Woohyun tetap menjadi
pendengar setia. Namun terbesit pertanyaan siapakah Yeoja itu.
“Son Naeun, keinginan ku untuk
menyikirkannya dari Gikwang sangat kuat ketika aku mendengar namanya” kalimat Suzy membuat Woohyun
bungkam dan berdiri dalam ketidak pastian. Hal yang belum sanggup untuk Woohyun
terima menjadi sebuah kenyataan.
“Sepertinya aku berbicara terlalu
banyak, tak seharusnya kau mendengar semuanya. Mianhe” Suzy menyadari bahwa
percakapannya dengan Woohyun, orang yang baru ia kenal terlalu dalam.
“Gwaechana” jawab Woohyun berusaha mencerna
setiap kalimat yang sudah Suzy lontarkan dan yang membuatnya kini semakin
kebingungan.
Flashbackend
***
Kai memberhentikan mobilnya di tepi
jalan sebelah taman. Ia keluar dan membukaan pintu untuk Naeun. Naeun keluar
dan berdiri diam. Ia tak tahu mengapa Kai membawanya kemari. Setelah menutup
pintu mobil dengan membantingnya, ia menyeret tangan Naeun dan mengajaknya ke taman.
“Apa yang kau lakukan?” Naeun berusaha melepaskan tangan
Kai dan Kai melepaskannya saat setelah berada di taman.
“Kau mau apa? Apa yang membuat mu
membawa ku ke sini?”
Naeun melontarkan beberapa pertanyaan dan pandangan matanya waspada ke
sekeliling taman.
“Kau muak dengan permainan ini?” tidak menjawab pertanyaan Naeun,
ia justru melemparkan pertanyaan pada Naeun.
“Nde, aku sangat muak!” jawab Naeun to do point, ia
tidak terlalu memusingkan dengan pertanyaannya yang tidak Kai jawab.
“Kau ingin permainan ini
berakhir?”
“Jika aku tahu caranya, aku sudah
menghentikannya”
“Baiklah, akan ku beri tahu
caranya” ucapan
Kai tanpa keraguan. Naeun menatap mata Kai lekat-lekat dan muncul rasa percaya
yang teramat sangat pada ucapan Kai barusan, bahwa ia mengetahui jalan keluar
untuk menghentikan permainan mengerikan ini. Naeun tidak berkata apa pun, ia
menunggu Kai menjelaskan bagaimana caranya.
Sebuah mobil Toyota Accord hitam
berhenti tepat di depan mobil Kai. Gikwang menurunkan kaca mobilnya dan
memandang Kai dan Naeun dari kejauhan. Kai melihat sekitar taman dan menangkap
pandangan mata Gikwang yang menatap tajam ke arahnya. Ulasan senyum tipis yang
sinis tersungging di pipi Kai. Naeun menarik dasi Kai agar cepat menjelaskan
cara mengakhiri permainan ini. Bukan sebuah penjelasan yang di terima Naeun,
melainkan sebuah ciuman lembut. Bibir kai menyapu lembut bibir Naeun dan
membuat Naeun hanya diam. Naeun mencengkram rok nya dan menutup matanya seolah
ia telah tenggalam dalam ciuman manis yang telah di berikan Kai. Ciuman ini
terasa lebih lembut dari pada Gikwang yang melakukannya. Melihatnya itu semua
Gikwang menutup kaca mobilnya dan membawa accord hitamnya menjauhi taman.
Segumpal kemarahan telah muncul di benak Gikwang dan siap untuk meluap kapan
saja.
To
Be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar