Kamis, 25 September 2014

DESTINY chapter 6









Chapter 6

Adegan ciuman Gikwang dan Naeun terlihat dari kejauhan. Kai hanya tersenyum pahit melihat dari kejauhan. Naeun kehabisan oksigen karena terlalu lama menahan nafas. Ia mendorong dada Gikwang perlahan dan menundukkan kepalanya.
“Mianhe” bisik Gikwang.
“Aku lelah, terima kasih sudah mengantar ku. Hati-hati di jalan oppa” Naeun membuka pintu mobil dan terlihat terburu-buru memasuki rumahnya. Ia sama sekali tidak berani melihat wajah Gikwang.
“Selamat malam Naeun. Mimpi indah” ucap Gikwang lirih dengan melihat Naeun yang pergi begitu saja. Dan pada saat Gikwang akan melajukan mobilnya, ia sudah melihat Kai yang berdiri tepat tiga langkah dari depan mobilnya. Dengan tangan disembunyikan ke dalam saku celananya Kai berdiri menatap Gikwang. Gikwang tersenyum sinis melihat Kai bisa tiba-tiba berada di sana.

Chorong duduk di meja makan dengan segelas coklat hangat di tangannya. Ia melamunkan kejadian siang tadi, bahwa Hoya memintanya untuk tinggal di sisinya. Ponselnya berdering, satu pesan ia terima dari Woohyun.
“apa kau sudah tidur? Aku besok tiba di Seoul. Ijinlah tidak bekerja untuk besok saja. aku merindukan mu”
Chorong menghela nafas panjang. Tentu saja, saat ini ia mungkin berada di hal paling tersulit dalam hidupnya, mungkin. Ceklek. Naeun memasuki rumah.
“Naeun”
“Onnie”
“Eodiga? Kenapa jam segini kau baru pulang?”
“Mianhe. Aku hanya berjalan-jalan sebentar”
“Apa kau sudah makan malam? Mau ku buatkan coklat hangat?”
“Boleh, aku mandi dulu ne”
“Geurae”

            Gikwang dan Kai bersandar di kap depan mobil Gikwang menghadap sungai han. Dan segelas kecil kopi hangat di tangan mereka masing-masing.
“Bagaimana kabar mu hyung?” tanya Kai.
“Aku bahagia”
“Setelah menghabisi tiga orang kau masih bisa bahagia?”
“Itu sudah takdir mereka”
“Takdir”
senyum sinis menyungging di sudut bibir Kai.
“Kau sadar dampak yang telah kau lakukan sejauh ini?” Kai kembali bertanya.
“Mwo?” Gikwang justru balik bertanya.
“Kau bilang, kau benar-benar mencintai Naeun. tak kan membiarkan siapa pun menyakitinya dan bahkan memilikinya” Kai berjalan mendekati sungai.
“Apa pun kau lakukan untuk mendapatkannya. Dan apa kau sadar? Perbuatan mu sendiri telah menyakiti Naeun” Kai menoleh ke belakang melihat ekspresi tersentak Gikwang.
“Aku tidak pernah menyakitinya” jawab Gikwang menatap tajam mata Kai seolah-olah dia bukanlah orang bersalah.
“Kau bodoh hyung! Sangat jelas sekali kau menyakitinya!” suara Kai dingin dan penuh tekanan di setiap katanya.
“Apa kau tak melihat wajah bahagia Naeun tadi? Senyumnya bahagia, begitu indah dan ceria” Gikwang menyangkal.
“Bahagia?” Kai mengulang kata-kata Gikwang dengan tawa tidak percaya.
“Kau benar-benar tak pantas untuknya! Kau hanya melihatnya ia tersenyum dari luar, kau tak pernah melihat dari dalam hatinya!”
“Cukup Kai!”
Gikwang membentak.
“Lihat saja, besok Naeun akan datang dengan surat yang kau tuliskan untuknya! Dan saat itu juga aku akan memberitahukan semuanya bahwa kaulah orang di balik semua ini”
“Naeun tidak akan percaya, kau tidak punya bukti!”
“Bukti? Nde kau benar, aku tak punya bukti untuk meyakinkan Naeun bahwa kau pelakunya. Tapi aku punya seseorang yang dapat meyakinkannya”
Kai pergi meninggalkan Gikwang begitu saja. dan Gikwang masih berdiri dan memikirkan ucapan Kai.
***
            Naeun berjalan menyusuri koridor kelas sendiri. Langkahnya pelan dan ia menunduk karena masih memikirkan ciumannya semalam. Minhyuk melihatnya dari belakang dan berlari mendekatinya.
“Yaak!”
“Ommo!”
Naeun terperanjat kaget.
“Yak! Minhyuk! Dasar kau! Untung saja aku tak punya penyakit jantungan!” cerca Naeun kesal.
“Mianhe, habis kau berjalan sambil melamun! Apa yang kau pikirkan?”
“Tidak ada!”
“Geojimal! Ceritalah Naeun, kau pasti akan sedikit lega jika kau mau bercerita”
“Tidak!”
“Ah, kau pelit dengan teman mu sendiri!”
“Siapa yang pelit?”
Bomi tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua saat di persimpangan menuju kantin.
“Yak!” Naeun dan Minhyuk sama-sama kaget.
“Naeun, ada apa dengan mu? akhir-akhir ini kau terlihat aneh sekali” tanya Bomi.
“Aneh? Tidak, aku tidak aneh. Penilaian mu saja yang salah!” Naeun berusaha mengelak. Ia melihat ke arah kantin dan melihat Eunji dan Yura duduk di salah satu bangku kantin.
“Baiklah, aku tak sempat sarapan tadi pagi. Ayo kita makan!” ajaknya menarik tangan Bomi. Minhyuk pun mengekor di belakang.

            Mereka berlima sarapan di kantin dan bercanda bersama. Jiyeon melewati meja mereka dan kemudian kembali hanya karena ingin menyapa Naeun. sebenarnya buka menyapa, lebih tepatnya mengatai Naeun.
“Wow? Apa ini? Lima sekawan atau apa?” ucap Jiyeon setengah mengejek.
“Apa yang kau inginkan Jiyeon?” Bomi dengan baik-baik dan menahan emosi bertanya.
“Bomi-yaa, satu meja makan dengan psikopat, apa kau tidak takut?”
“Jiyeon jaga bicara mu!”
Minhyuk membela.
“Apa kalian tak takut? Bagaimana kalau tiba-tiba seorang psikopat yang duduk bersama kalian telah meracuni makanan kalian?” Jiyeon terus menerus menghina Naeun. Naeun yang tak sanggup lagi untuk mendengar berdiri dan berhadapan langsung dengan Jiyeon. Matanya menatap tajam mata Jiyeon seolah-olah ingin menelan mentah-mentah Jiyeon.
“Kau sendiri? Apakah kau tidak takut terus menerus mengatai psikopat itu? Sebelum psikopat itu bertindak, aku ingin bertanya” Naeun semakin mendekatkan dirinya ke hadapan Jiyeon dan menginjak satu kaki Jiyeon.
“Kau ingin mati secara perlahan ataukah kau ingin mati secara langsung?”
“......”
Jiyeon memanglingkan wajahnya. Naeun tersenyum puas melihat ketidak berdayaan Jiyeon. Ia pergi meninggalkannya.
***
            Chorong bingung, hari ini ia akan ijin atau tidak. Ijin pun dengan alasan apa? Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk tetap bekerja. Dan sebelum berangkat bekerja ia mengirim pesan pada Woohyun.
“Mianhe, aku tidak bisa ijin kerja hari ini. Kita bertemu setelah aku pulang kerja. Lebih baik kau istirahat saja sambil menunggu selesai berkerja”

            Tiga puluh menit kemudian, Chorong sudah sampai di mall Infinite. Chorong keluar dari ruang loker karyawan menuju stan tempat biasanya bekerja. Ia melihat sekeliling tapi tidak menemukan kehadiran Sungyeol.
“Apa kau melihat Sungyeol?” tanya Chorong keapada Namjoo.
“Tidak. Sepertinya hari ini ia ijin kerja. Kemarin dia juga pulang terburu-buru” jawab Namjoo sambil merapikan pakaian di rak yang bertuliskan obral 50%. Chorong hanya mengangguk tanda mengerti dan membantu melipat pakaian obralan itu.
“Yaa! Bagaimana kencan mu dengan Hoya sajangnim? Apa dia menyatakan cintanya?” Namjoo kepo.
“Ssshh!!! Kau ini bicara apa!? Siapa yang berkencan dengan siapa? Kami tidak berkencan! Dan siapa yang menyatakan cinta kepada siapa? Kau ini!” Chorong mengelak tuduhan Namjoo.
“Aish! Geojimal!”
“Terserah kau mau percaya atau tidak! Aku akan rapikan di rak yang sebelah sana”
ucap Chorong sembari meleparkan pakaian obralan dengan kesal.

            Namjoo benar, Sungyeol sedang ijin kerja hari ini. Ia duduk di sebuah cafe menunggu seseorang yang datang. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 10 am tepat. Tap tap tap, suara sepatu namja berjalan mendekatinya.
“Apa kau menunggu ku sudah lama?” ucap Woohyun ketika sudah dekat dengan Sungyeol. Sungyeol berdiri dan memberi salam.
“Annyeong. Tidak juga” Sungyeol duduk setelah Woohyun duduk.
“Bagaimana kabar mu?” tanya Woohyun memulai pembicaraan yang mungkin akan berarah ke serius.
“Aku baik. Bagaimana dengan mu hyung?” Sungyeol memanggil Woohyun dengan hyung.
“Aku sedikit mengalami tekanan karena mall Woolim, tapi itu semua sudah teratasi dengan di terimanya proposal kerja sama ku dengan brand ternama di Jepang dan di Paris” jelas Woohyun dengan senyum yang mengembang di setiap sudut pipinya.
“Kau sudah bekerja keras”
“Nde, sangat keras. Bagaimana perkembangannya?”
“Seperti dugaan ku awal, mereka menggunakan iklan subliminal untuk menarik perhatian para pengunjung”
jelas Sungyeol.
“Bukankah iklan semacam itu sudah di larang untuk digunakan?” Woohyun memiringkan kepalanya sebagai tanda tidak percaya.
“Memang. Karena alasan etis”
“Lalu bagaimana ia bisa mendapatkannya?”
“Apa kau ingat dengan Lee Gikwang?”
Sungyeol balik bertanya pada Woohyun.
“Lee Gikwang?” Woohyun menggumamkan nama yang di katakan Sungyeol sambil mengaduk-ngaduk memorinya.
“Ah, dia teman satu angkatan ku. Lee Gikwang, Hoya, Chorong, Aku... kami satu sekolah” ucap Woohyun.
“Tunggu? Maksud mu dia memperolehnya dari Gikwang? Bagaimana bisa?” Woohyun mengajukan pertanyaan yang membuatnya penasaran. Dan Sungyeol pun sudah siap dengan pertanyaan itu.
“Saat usia Gikwang 12th. Ia masuk ke sekolah hipnotis, karena ketertarikannya pada dunia itu. Ia mengambil kelas itu sebagai kesukaannya dan ia menganggapnya seperti les piano. Di sanalah ia belajar berbagai jenis cara menghipnotis dan termasuk iklan subliminal. Karena iklan subliminal di buat dengan memasuki alam bahwa sadar manusia” jelas Sungyeol berhenti sejenak agar Woohyun dapat mencerna informasi yang ia berikan. Lalu melanjutkannya kembali.
“Lee Gikwang adalah teman terdekat Hoya di sekolah bukan? Lee Gikwang menawarkan iklan subliminal itu pada Hoya saat Mall Infinite mengalami kemerosotan. Saat itu Mall Infinite memang belum sepenuhnya jatuh ke tangan Hoya. Bahkan ibu Hoya sendiri ragu akan memberikan seluruh sahamnya kepada anaknya sendiri. Namun setelah Hoya memperoleh iklan subliminal itu dan membuat Mall Infinite naik pamor kembali. Tanpa ragu, ibunya memberikan seluruh saham mall Infinite untuk Hoya. Begitulah cara ia mendapat mall Infinite”

            Woohyun diam mencerna semua informasi yang ia peroleh dari Sungyeol. Benar memang Sungyeol bekerja di Mall Infinite. Tapi itu hanyalah kedok untuk menjalankan tugas. Tugas utamanya adalah memata-matai bagaimana strategis Mall Infinite hingga bisa menjadi mall terbesar di Seoul. Sebenarnya ia bekerja untuk Woohyun.
“Baiklah aku mengerti sekarang. Jadi bukan bagaimana ia bisa mendapatkan iklan itu, tapi dengan iklan itulah ia bisa mendapatkan mall Infinite. Benar-benar awal yang licik” ucapan Woohyun dingin bagaikan stalakmit dengan ujung yang sangat runcing.
“Kau sudah bekerja dengan baik” sanjung Woohyun pada Sungyeol.
“Tapi seperti aku harus segera berhenti bekerja” ucapan Sungyeol membelalakkan mata Woohyun.
“Ada yang memergoki ku saat aku keluar dari ruang pemutaran iklan” jelas Sungyeol
“Nuguya?” Woohyun penasaran.
“Aku tak yakin. Tapi sepertinya dia Sehun, teman akrab ku di mall Infinite”
***
            Naeun, Minhyuk, Zelo, Bomi dan juga Eunji sedang berada di perpustakaan. Karena ada tugas dari Taeyeon seongsaengnim yang membuat mereka harus bekerja sama. Naeun duduk tepat di sebelah kanan Minhyuk   di depannya Zelo dan di samping kanan Zelo Eunji dan bangku di ujung Bomi.
“Naeun, apakah kau mencatat tentang integral? Sepertinya aku melewatkan bagian itu” ucap Eunji.
“Dan sepertinya bukan bagian itu saja yang selalu kau lewati” jawab Naeun searaya menyerahkan catatannya.
“Nde, semua bagian selalu kau lewati” sahut Bomi sambil mengetuk-ngetuk ujung pensil ke dagunya.
“Apa kau separah itu Eunji?” Zelo melihat tampang Eunji tak percaya.
“Yaak! Berhenti mengintimidasi ku seperti itu!” Eunji menjitak kepala Zelo hingga ia kesakitan.
“Tenanglah, kita sedang di perpustakaan” suara Minhyuk mengingatkan.
“Minhyuk-ah, apa kau tau cara yang bagian ini?” Naeun menanyakan soal tentang cos sinus tan.
“Ah, ini seperti soal yang ku kerjakan semalam. Coba kau baca di catatan ku” Minhyuk menyodorkan buku catatannya.
“Pelajari telebih dahulu, jika kau tetap tidak mengerti aku baru akan mengajari mu” ucap Minhyuk seolah-olah menggurui. Tentu saja, matematika, Minhyuk adalah pakarnya.
“Nde, arraseo seongsaengnim” ucap Naeun dengan suara yang hanya bisa di dengar Minhyuk.

            Naeun membuka catatan Minhyuk dan betapa terkejutnya. Tulisan tangan Minhyuk mengingatkan Naeun pada surat misterius yang ia terima. Tulisannya hampir sama persis. Tangan Naeun bergemetar saat membuka lembar demi lembar catatan Minhyuk.
“Apa kau sudah paham Naeun?” tanya Minhyuk mengagetkannya.
“Ah- ya sepertinya aku paham” Naeun asal menjawab.
“Aku ingin ke kamar mandi, chakaman kidaryeo” Naeun meninggalkan perpustakaan.

            Naeun membasuh tangannya di air kran washtafel. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Tubuhnya masih bergemetar.
“Itu tidak mungkin” gumam Naeun. Keclek, keluarlah Yura dari salah satu pintu kamar mandi.
“Oh, Naeun?” sapa Yura.
“Hai”
“Naeun aku”
Yura akan mengatakan sesuatu tetapi ragu.
“Nde?”
“Kau dan Zelo. Kalian tidak ada hubungan..... apa-apa kan?”

“Hubungan? Apa maksudmu tidak ada hubungan? Tentu saja aku dan dia ada hubungan”
“Mwo?”
Yura tersentak.
“Chingu” jawab Naeun santai.
“ah... geuraeseo...” ucapan Yura terlihat lega.
“Waeyeo?” Naeun heran kenapa Yura tiba-tiba menanyakan hubungannya dengan Zelo yang jelas-jelas ia tahu bahwa mereka adalah teman akrab semenjak masuk SMA.
“Ah..aniyo” Yura berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu.
“Baiklah, aku pergi dulu” Naeun berbalik
“Aku menyukai Zelo” ucapan Yura menghentikan langkah Naeun yang hendak meninggalkannya. Naeun tersenyum dan membalikan badan. Ia menatap Yura dan memegang pundak Yura.
“Jangan khawatir Yura-yaa, sampai kapan pun hubungan ku dan Zelo tidak akan lebih dari sekedar teman” ucap Naeun menenangkan.
“Lalu bagaimana jika Zelo menyukai mu? Aku bisa melihat dari matanya” nada bicara Yura bergetar menyembunyikan isak tangis yang akan keluar.
“Percayalah, itu tidak akan terjadi” jawab Naeun dan kemudian meinggalkan Yura. Yura masih berdiri terpaku di tempatnya. Ia seperti tak kuat lagi untuk berdiri. Ia memegang ujung meja washtafel dengan tangan kanannya dan berusaha menahan tetesan air matanya yang akan mengalir membasahi pipinya.

            Naeun keluar dari kamar mandi dan ia tak kembali ke perpustakaan. Dengan surat misterius di tangannya. Ia kini berjalan menuju basecamp. Di mana tempat ia akan menemukan Kai. Dengan kasar Naeun membuka pintu basecamp dan menghampiri Kai yang tengah tiduran di sofa.
“Apakah tau ini tulisan tangan siapa?” Naeun melemparkan surat misterius itu ke atas meja. Kai yang menutup matanya dengan lengan tangannya, kini bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar di sofa.
“Aku baru saja melihat catatan Minhyuk. Tulisan tangannya mirip sekali dengan tulisan yang ada di surat itu” jelas Naeun. Kai mengambil kedua surat misterius itu dan membukanya perlahan.
“Katakan! Kau mengetahui semuanya kan?” Naeun berusaha untuk tetap tenang sampai Kai berbicara.
“Baiklah, kau ingin dari bagian yang mana?” Kai melemparkan pertanyaan pada Naeun.
“Saat di pesta Minho. Kau mengatakan sesuatu hal yang aneh. Tentang waktu dan takdir. Dan setelah kau mengatakan hal itu, aku melihat Taemin selingkuh dan tiga hari kemudian Taemin di temukan tewas. Kau juga selalu mengatakan hal yang aneh sebelum kematian Minho. Apa kau tau, kenapa aku ke loker mu? karena aku mencurigai mu”
“Tapi kau mencurigai orang yang salah” ucap Kai santai.
“Bukan kau saja yang mengatakan hal-hal aneh saat sebelum kematian Minho. Kau tau kenapa waktu itu aku berada di depan loker L myung soo?” Naeun bertanya.
“Kau mencurigai nya juga bukan?”
“Nde, kau benar. Dan sekarang aku menemukan fakta tentang tulisan surat itu milik sapa. Apa orang di balik surat itu adalah Minhyuk?”
Naeun memelankan suaranya.
“Tulisan itu hanya mirip, jadi bukan berarti Minhyuk pelakunya” L myung soo entah muncul dari mana. Ia menyembunyikan tangannya di saku celana dan mendekati Naeun.
“Mwo?” Naeun tak percaya, jelas-jelas tulisan itu mirip sekali dengan tulisan Minhyuk.
“Myung Soo benar, bukan Minhyuk pelakunya” sahut Kai.
“Lantas siapa? Aku mohon ceritakan semuanya, sebanyak yang kalian ketahui” Naeun memohon. Kai dan L saling bertukar pandang.
“Dan apakah kalian terlibat?” kecurigaan Naeun tetap saja tertuju pada salah satu dari mereka berdua, atau bahkan keduanya.
“Kami mengetahui semuanya bukan berarti juga kami ikut terlibat” sanggah L myung soo.
“Lalu apa?” Naeun semakin di buat penasaran dengan maksud L.
“Keadaan ini benar-benar rumit Son Naeun” Kai menambahkan.

            Naeun, Kai dan L myung soo berada dalam keheningan. Kai dan L bingung harus memulai dari mana. Naeun sendiri takut akan ada lagi korban karenanya, terlebih lagi tuduhan psikopat dari Jiyeon yang jelas menyakiti hatinya. Dan keheningan tersebut membuat Naeun sadar bahwa orang yang menjadi korban adalah orang yang telah menyakitinya.
“Aku tau!” Naeun memecahkan keheningan.
“Taemin telah berselingkuh dengan Min Ah, mereka telah menyakiti hati ku. Minho telah memperlakukan ku dengan tidak senonoh dan ia telah membuat luka hati ku. Dan surat itu selalu menuliskan orang yang menyakiti mu telah tewas. Orang yang dibalik surat itu juga berperan dalam kematian mereka bertiga. Benarkan?”  Naeun berusaha menjabarkan hasil pikirannya dalam keheningan yang berlangsung selama lima belas menit tadi.
“Kau bakat menjadi detektif Son Naeun” ucap L myung soo.
“Tapi ini janggal, mereka bertiga ditemukan tewas bukan karena sebuah pembunuhan. Lalu apa yang di lakukan pengirim surat misterius itu?” Naeun melemparkan pertanyaan pada Kai dan L.
“Sulit di percaya memang. Dia menggunakan hipnotis” jawab Kai.
“Hipnotis?” Naeun mengulang kata hipnotis dengan penekanan di setiap hurufnya.
“Permainan ini seru bukan... Son Naeun. Percaya atau tidak, dialah orang di balik semua ini” L menyodorkan sebuah foto di atas meja. Naeun menutup mulutnya sebagai ungkapan tidak percaya.
“Gi...kwang... opp...oppa”

To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar