Selasa, 09 September 2014

DESTINY chapter 3









Bab 3
Teka-teki kematian Taemin
            9 Januari 2014, hari ini Minho membolos dari sekolah dan mendatangi kantor polisi pusat Seoul untuk menanyakan kelanjutan penyelidikan kasus kematian Taemin. Ia sendiri tanpa ditemani seorang pun. Meskipun keluarga Taemin sudah tak ingin menindaklanjuti teka-teki kematian Taemin, tapi Minho tetap ingin mengetahuinya. Bagaimana bisa Taemin ditemukan tewas dengan mengenaskan secara tiba-tiba dan mengejutkan.
             
Minho menemui pihak kepolisian yang bernama Jonghyun yang telah menangani kasus Taemin.
“Di lokasi kejadian tidak ditemukan sidik jari orang lain selain sidik jari si korban” ungkap Jonghyun.
“Lalu bagaimana dengan pemeriksaan melalui cctv?” tanya Minho.
“Dari pemeriksaan cctv hari terakhir sebelum korban di temukan tewas. Ia memasuki apartmentnya pada pukul 09.00 pm. Lalu pada pukul 10.00 pm ia memasuki kamar mandi, dan setelah keluar dari kamar mandi pada cctv menunjukkan gambar bahwa ia seperti orang ketakutan berlari menjauh dari kamar mandi kemudian ia terpeleset dan kepalanya membentur ujung meja yang tajam dan mengakibatkan korban mengalami pendarahan pada otaknya. Dan korban baru ditemukan pada pukul 06.00 am saat pembantu korban datang untuk membersihkan apartmennya. Jadi ia telah kehabisan darah selama sekitar kurang lebih 8 jam. Itu menurut penyelidikan kami” jelas Jonghyun, tapi semua penjelasannya tak cukup memuaskan Minho.
“Saat keluar dari kamar mandi  ia seperti ketakutan?” Minho menanyakan soal tentang ketakutan. “Kami menangkap gambar dari cctv seperti itu. Untuk kejelasan ia ketakutan mengenai apa karena melihat apa kami tidak bisa memastikan karena seperti yang saya bilang tadi hanya di temukan sidik jari korban dan cctv yang berada di ruang tamu saja yang merekam kejadian itu. Karena mana mungkin di kamar mandi terdapat cctv. Dan jika itu ada, kau pasti akan tau seperti apa gambar yang akan ditampilkan?” jawab Jonghyun dengan sedikit tertawa tentang cctv yang berada di kamar mandi yang barusan ia katakan.
“Jadi hanya itu penyebab kematian korban?” Minho masih tidak percaya.
“Iya hanya itu, kami sudah menutup kasus ini karena keluarga korban tidak ingin meneruskan teka-teki ini. Seharusnya kita juga melakukan otopsi pada tubuh korban. Tapi pihak keluarga menolaknya” jawab Jonghyun. Dan jawaban Jonghyun kini terima oleh Minho.
            Minho meninggalkan kantor polisi namun tetap dalam benaknya masih tidak percaya. Taemin tewas hanya karena terpeleset. Inilah dunia, kau akan melihat bagaimana yang kau rasa itu tak mungkin akan menjadi mungkin.
            Lalu bagaimana dengan kematian Min Ah? Apa tidak adakah satu orang pun yang penasaran mengenai kematiannya? Son Naeun. Ya, mungkin diantara mereka semua saat ini Naeun lah yang penasaran. Karena surat misterius yang telah ia terima, kini ia juga penasaran dengan kematian Min Ah. Bersama Bomi dan Eunji sahabatnya, Naeun menemui Jiyeon di kelasnya saat jam istirahat. Kelas IIIC. Semenjak kematian Min Ah, Jiyeon sahabatnya itu kini hanya bisa terdiam di kelas saat jam istirahat berlangsung. Tanpa menghiraukan anak-anak yang kini selalu membicarakan Naeun setelah kematian Taemin dan Min Ah. Naeun memasuki kelas IIIC dan menghampiri Jiyeon yang duduk di bangku tengah.
“Jiyeon, aku ingin bicara dengan mu” ucap Naeun to do point. Sementara Bomi dan Eunji hanya diam di samping Naeun.
“Tapi aku tidak ingin bicara dengan mu” jawab Jiyeon cuek, ia sama sekali tidak melihat Naeun yang berdiri di ssamping bangkunya.
“Jiyeon aku mohon, hanya sebentar” paksa Naeun.
“Kau tidak mengerti apa yang aku katakan barusan?” Jiyeon berdiri dan meninggalkan kelas. “Jiyeon! Tunggu! Kau mau ke mana?” teriak Bomi yang berusaha menghentikan Jiyeon namun Jiyeon tak menghiraukan itu semua. Naeun mengejar Jiyeon kemana ia pergi dan terus membujuk Jiyeon untuk mau bicara dengannya. Naeun pun menghentikan Jiyeon dengan menarik tangannya. Dan Jiyeon pun akhirnya mau berbicara dengan Naeun.

            Di taman belakang gedung kelas III. Mereka berdua berbicara. Naeun pun mulai bertanya tentang kematian Min Ah.
“Ya seperti kau dengar, itu hanya sebuah kecelakaan. Dan maafkan aku telah menyalahkan mu” ucap Jiyeon dengan sedikit penyelasan.
“Aku tidak memperdulikan kau telah menyalahkan ku atau tidak, tapi yang ingin ku tanyakan di sini adalah. Apakah sebelum Min Ah mengalami kecelakaan dia bersama mu?”
tanya Naeun, ia bicara pelan dan tanpa emosi sedikit pun.
“Iya dia bersama ku. Malam sebelum ia mengalami kecelakaan” jawab Jiyeon yang mulai sedih karena mengingat hari terakhirnya bersama Min Ah.
“Lalu apa saja yang kau lakukan dengannya? Apa dia berbicara tentang sesuatu hal yang aneh?” tanya Naeun lagi, kini ia layaknya seperti seorang detektif.
“Malam itu kami pergi ke cafe tempat biasa kami berdua berkumpul. Ia hanya bercerita tentang penyesalannya karena telah berselingkuh dengan Taemin di belakang mu. hanya itu yang ia bicarakan dan setelah itu jam 09.30 pm tepat kami pulang. Karena aku dijemput kekasih ku Daehyun. Jadi ia tidak mengantar ku pulang. Ia pulang sendiri mengendarahi mobilnya. Pada pukul 10.15 pm aku menerima sebuah telepon jika Min Ah mengalami kecelakaan tunggal dan luka di kepalanya yang parah dan tulang belakangnya yang remuk membuatnya tidak bisa di selamatkan. Ia tewas dalam perjalanan ke rumah sakit” cerita Jiyeon.
“Apa saat di cafe, Min Ah minum wine atau minuman yang mengandung alkohol semacamnya?” tanya Naeun.
“Kau pasti tau, minuman alkohol akan menenangkan mu di saat kau sedang bersedih tapi Min Ah saat itu hanya minum sedikit. Jadi ia belum sepenuhnya kehilangan kesadarannya. Aku sudah menawarkannya untuk menelpon sopir pengganti untuk mengantarnya pulang, tapi ia menolaknya” jelas Jiyeon. Naeun hanya diam mendengar semua cerita Jiyeon bagaimana kematian Min Ah. Tapi benak Naeun masih penasaran. Ia pun merencanakan sesuatu dan sesuatu itu ia akan lakukan sendiri.
***
            Woohyun sedang melakukan rapat bulanan di kantornya. Ia pusing karena penjualan dan pengunjung di mall nya tiga bulan terakhir ini mengalami penurunan yang drastis. Sebagai penerus pemegang mall Woolim terbesar kedua di Seoul setelah mall Infinite, ia patut untuk memusingkan hal ini. Meskipun belum 100% saham yang ia pegang, tapi ia merasa mempunyai tangggng jawab penuh untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi.
            Kim Sunggyu tangan kanan ayah Woohyun mengatakan bahwa pengunjung mengalami penurunan 25% dari 3 bulan sebelumnya sedangkan penjualan mengalami penurunan sebesar kurang lebih 30%. Ini benar-benar membuat pusing semua pemegang saham di mall Woolim. Setelah rapat selesai, pembicaraan antara Woohyun dan Sunggyu mengenai masalah ini masih berlangsung.
“Jadi apa rencana mu saat ini?” tanya Sunggyu.
“Kita harus mengikat kerja sama dengan perusahaan lain” jawab Woohyun.
“Mall Infinite?” Sunggyu menawarkan untuk bekerja sama dengan mall yang kni telah menjadi milik Hoya itu.
“Tidak! Kau boleh menawarkan aku semua perusahaan yang ada di dunia ini tapi tidak untuk mall Infinite!” tolak Woohyun tegas.
“Kenapa? Saat ini mall Infinite yang sedang meroket dan itulah satu-satunya harapan kita” ucap Sunggyu.
“Mall Infinite adalah pesaing mall Woolim, tidakkah kau ingat itu hyung?” ucap Woohyun.
“Lalu kau akan mengikat kerja sama dengan perusahaan mana?” tanya Woohyun yang sedikit meragukan kemampuan Woohyun untuk menjalankan perusahaan ini.
“Aku akan mencoba mengirim proposal kerja sama ke brand ternama dari Jepang dan Paris. Aku mempunyai seseorang yang bisa membantu untuk mempermudah jalan kita. Ingat! Mall Infinite bukan satu-satunya harapan kita saat ini” Woohyun kembali menegaskan bahwa ia tak akan pernah mau bekerja sama dengan mall Infinite. Ia pun pergi meninggalkan ruang rapat. Sunggyu hanya menggelengkan kepalanya atas sikap keras kepalanya Woohyun yang masih punya ikatan saudara dengannya.

            Sementara itu di Mall Infinite, Chorong dan Namjoo tengah sibuk melayani pengunjung mall yang datang. Mereka sangat sibuk hingga tidak menghiraukan bahwa kaki mereka kini mulai bengkak karena terlalu lama berdiri. Mungkin Namjoo sudah terbiasa, tapi tidak untuk Chorong. Ini masih hari yang kedua, dan Chorong tidak bisa menahan sakit lagi. Seorang pegawai namja yang bernama Sungyeol sedari tadi sudah mengamati Chorong, ia tau bahwa Chorong tengah menahan rasa sakit. Ia pun menghampiri Chorong dan menyuruhnya untuk beristirahat.
“Istirahatlah! Aku akan menggantikan mu”
ucap Sungyeol.
“Tidak apa, aku baik-baik saja” jawab Chorong menolak.
“Namjoo mungkin sudah terbiasa, tapi kau tidak” ucap Sungyeol.
“Aku akan terbiasa” Chorong tetap menolak. Tanpa banyak bicara lagi, Sungyeol menarik tangan Chorong dan membawanya ke ruang karyawan.
“Sungyeol, aku sudah bilang aku tidak apa-apa”
ucapan Chorong berhenti ketika Sungyeol mendudukannya dan membuka sepatu highhells nya. Kakinya merah dan bengkak.
“Seperti ini kau bilang tidak apa-apa?” tanya Sungyeol.
“Aku akan memanggil Namjoo untuk merawat mu” ucap Sungyeol meninggalkan Chorong sendiri di ruang karyawan. Chorong hanya bisa diam tak sempat menolak kebaikkan Sungyeol.

            Sungyeol keluar dari ruang karyawan dan menghampiri Namjoo tapi ia melihat seseorang pengunjung yang tengah melakukan aksi pengutilan. Sungyeol yang mengetahui itu tak langsung menggebrak si pengutil. Ia malah tersenyum geli melihat ulah pengutil itu.
“Mall ini begitu ramai pengunjung, tapi kenapa yang datang lebih banyak seorang pencuri dibandingkan dengan seorang pembeli?” gumam Sungyeol tidak percaya. Sehun teman Sungyeol yang sama-sama pegawai sudah mengawasi orang tersebut dari tadi. Ia melihat Sungyeol memperhatikan si pengutil itu, ia pun menghampiri Sungyeol.
 “Gerak-geriknya sudah tercium dari awal ia menghunjungi mall ini. Sekitar 3 setel pakaian yang sudah ia ambil”
ungkap Sehun pada Sungyeol.
“Benarkah? Kurasa dia akan menjadi pencuri nomor 99 yang kita tangkap”
jawab Sungyeol. Ia dan Sehun pun menjebak si pengutil alias pencuri tersebut. Sungyeol mendekati si pencuri.
 “Hai nona, kau sedang mencari apa? Apa ada yang bisa saya bantu?”
ucap Sunyeol berbasi-basi. “Tidak, aku hanya ingin melihat-lihat saja. aku sudah mempunyai pakaian seperti ini. Kau tau, aku membelinya di luar negeri dan harganya lebih murah dari pada di sini” ucap si pencuri dengan kepercayaan diri yang tinggi.
“Maaf  nona, tapi pakaian dengan brand ini hanya di produksi di Seoul dan jika itu ada di luar negeri pasti itu adalah barang eksport dari Seoul dan mustahil jika harganya lebih murah dari pada di negara aslinya” ucap Sungyeol yang mulai memojokkan nona si pencuri itu. Kini dia pun diam seribu bahasa tak tau apa yang harus ia katakan lagi.
“Apa kau masih akan mengarang jawaban lagi nona?” ucap Sungyeol dan nona itu masih terdiam. “Baiklah kalau kau tidak mau menjawab, tolong kembalikan tiga setel pakaian yang sudah kau ambil” Sungyeol pun membuka aib nona pencuri, tapi ia masih tak mau mengakui. Sehun pun datang dengan ponsel di tangannya
“Iya hallo pak? Aku mau bertanya apakah penjara bagi seorang pengutil masih tersedia?” gaya Sehun berlaga seperti orang yang sedang bertelepon, namun ketahuilah itu hanya rekayasa Sehun. Si nona pencuri itu pun menyerah
“Baiklah, aku kembalikan tiga setel pakaian yang aku ambil, tapi aku mohon jangan laporkan aku ke polisi!” si nona mengembalikan barang hasil pengutilannya dan memohon kepada Sungyeol dan Sehun untuk tidak membawanya ke kantor polisi. Sungyeol dan Sehun tersenyum pebuh kemenangan,
“Baiklah nona, aku tidak akan melaporkan mu ke kantor polisi. Tapi mungkin atasan kita”
ucap Sehun dengan senyuman evil. Si nona pencuri itu tetap menolak
 “Andwae! Tidak ke siapapun! Aku mohon!”
ucap si nona pencuri dengan memasang wajah termelas yang ia punya
(*andwae : jangan). Sehun dan Sungyeol pun melepaskan si nona pencuri itu.
***
            Hari sudah sore, Naeun sudah terbebas dari jam sekolahnya. Seperti yang sudah ia rencanakan, untuk menyelidiki teka-teki kematian Taemin dan Min Ah. Naeun sendiri tanpa Bomi ataupun Eunji sahabatnya. Ia mendatangi apartment Taemin, di mana Taemin ditemukan tewas. Meskipun sedikit ragu dan takut, Naeun tetap nekat untuk memasuki kamar apartment Taemin. Setelah Taemin di temukan tewas, apartment ini tidak di jual ataupun di sewakan. Kamar apartment ini menjadi kosong dengan barang-barang Taemin yang masih tetap berada di sana. 
            Naeun berdiri tepat di depan pintu kamar apartment yang bernomor 309 itu. Dengan ragu Naeun memencet tombol kunci pintu untuk membukanya. Sedikit flashback, Naeun mengingat dimana untuk pertama kalinya kamar apartment ini menjadi milik Taemin. Saat itu mereka masih duduk di bangku kelas II SMA.
“Tombol kunci pintu kamar apartment ini, aku beri dengan angka tanggal lahir mu dan lahir ku. Agar aku selalu mengingat kapan ulang tahun mu, dan kau bisa mengingat kapan ulang tahun ku” itulah kata-kata Taemin yang kini tengah di ingat oleh Naeun. Perlahan Naeun memencet tombol yang terpasang pada pintu kamar apartment Taemin
“18071002” ucap Naeun perlahan sembari memencet tombol satu persatu. Klik, pintu pun berhasil terbuka. Suasana kamar begitu gelap dan lembap. Sudah cukup lama kamar ini tidak terkena sinar matahari. Naeun menyalakan semua lampu yang ada di ruangan saat pertama kali ia masuk. Naeun sedikit takut dengan gelap, itulah perempuan. Ia memasuki setiap ruangan, ia melihat masih ada sedikit bekas darah pada meja ruang tengah yang berada sekitar 5 langkah dari depan kamar mandi. Ia memasuki kamar Taemin dan melihat masih terpajangnya foto mereka berdua di meja kecil sebelah ranjang dan meja belajar sebelah jendela. Naeun mendekat ke meja belajar dan mengangkat satu figura yang membingkai fotonya dan Taemin saat liburan ke Incheon. 

            Minho mempercepat langkahnya setelah keluar dari mobilnya. Ia memasuki apartment yang di tinggalin Minho. Dia juga mempunya pikiran yang sama dengan Naeun, yaitu menyelidiki sendiri langsung ke kamar apartment Taemin.
            Satu langkah Minho sudah sampai di depan pintu kamar Minho. Ternyata selain Naeun yang mengetahui tombol kunci kamar apartment Taemin. Minho juga mengetahuinya. Tanpa ragu ia memencet setiap tombol itu hingga berbunyi klik.
            Naeun mendengar bunyi itu. Ia terdiam dan jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang. Dia pikir, tak akan ada yang datang. Namun perkiraannya telah salah. Ia pun bersembunyi di balik pintu kamar Taemin, tepat saat Minho membuka pintu kamar apartment Taemin. Minho sudah menaruh sebuah kecurigaan.
“Apakah ada orang? Tidak ada sepatu? Tapi mengapa lampu di semua ruangan menyala?” batin Minho sembari melihat ke arah kamar Taemin yang setengah terbuka. Ia perlahan masuk kedalam.
“Aku tau itu kau. Sampai kapan kau akan bersembunyi di balik pintu itu? Son.... Naeun?” ucap Minho sembari mengelilingi ruangan. Naeun yang mendengar itu menghembuskan nafas besar dan keluar dari balik pintu.
“Bagaimana kau tau?” tanya Naeun heran sembari berkacak pinggang menghadap Minho yang kini tengah berdiri di ruang tengah.
“Ini bau parfum mu kan?” jawab Minho. Minho memang sangat jago dalam mengingat bau parfum siapapun. Sampai-sampai di mendapat julukan dewa parfum selain julukan playboy.
“Hm! Tidak heran kau mendapat julukan dewa parfum” ucap Naeun sinis.
“Baiklah, kau sedang mengejek ku? Atau kau sedang memuji ku?” tanya Minho dengan kedua tangannya di sembunyikan dalam saku celanannya.
“Menurut mu?” jawab Naeun singkat dan nada bicara masih tetap sinis.
“Kau ini... aku bertanya pada mu, mengapa kau jadi bertanya pada ku?”
“.......” Naeun hanya diam.
“Baiklah, dari nada bicara mu. kau terlihat memuji dan setengahnya kau sedang mengejek ku” ucap Minho.
“Baiklah, kurasa itu tidak penting! Yang penting sekarang adalah kenapa kau kemari?” tanya Naeun to do point, pertanyaan itu sudah dari tadi ingin di lontarkannya.
“Dan kenapa kau di sini?” Minho kembali bertanya. Namun tidak semudah itu Naeun di pojokkan.
“Aku mengecek, apakah ada barang ku yang masih di sini? Ternyata tidak ada” jawab Naeun enteng.
“Aku mengambil barang ku yang tertinggal di sini. Terakhir aku bermalam di sini sekitar 2 minggu yang lalu. Dan jam tangan ku tertinggal” jawaban Minho beralasan sama dengan Naeun. Namun Naeun melihat Minho mengenakan jam tangan yang biasa di pakainya.
“Aku tau, kau bukanlah tipe orang yang sayang dengan barang mu, semahal apapun barang itu. Kau akan merelakannya dengan begitu saja, meskipun barang mu tertinggal. Dan yang kau pakai? Bukankah itu jam tangan yang sering kau pakai? Oh.... apa kau mempunyai koleksi jam tangan dengan brand yang berbeda dan kau memajangnya di lemari kaca?” ucap Naeun panjang lebar namun sedikit nyelekit di hati Minho. Minho hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Naeun dan tidak menanggapinya.
“Aku sudah selesai, aku pergi” pamit Naeun pada Minho ingin segera meninggalkan apartment Taemin.
“Kau benar-benar perempuan yang membosankan” lontar Minho yang seketika menghentikan langkah kaki Naeun yang ingin segera meninggalkan tempat ia berdiri.
“Kau tau apa tentang aku? Jangan sok tau!” jawab Naeun tak terima.
“Hei Son Naeun. Aku ini teman mu. Sahabat mantan pacar mu. Jadi aku mengetahui semua hal tentang mu” ucap Minho percaya diri dan berjalan mendekati Naeun. Mata nakal Minho mulai terpancar. Naeun diam tidak menjawab ucapan Minho dan berjalan mundur ketika Minho mendekatinya hingga ia berhenti karena dibelakangnya pintu. Minho membelai wajah Naeun perlahan dan mengangkat dagu Naeun. Dengan sigap Naeun menampar wajah Minho. Namun Minho malah tertawa sinis.
“Yaa!!! Apa yang kau lakukan? Kau benar-benar tidak waras!” teriak Naeun dengan keras hingga terdengar dari balik pintu. Seseorang yang baru melewati pintu itu seketika menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara.
“Tidak salah kalau Taemin berselingkuh dengan perempuan lain” ucap Minho lirih namun dengan penekanan yang sangat menusuk telinga Naeun.
“Menjauh kau dari ku!” Naeun kembali berteriak dan berusaha mendorong Minho menjauh darinya. Namun Minho memegang erat kedua tangan Naeun hingga Naeun kesakitan.
“Yaa! Lepaskan! Apa kau gila? Minho!!” Naeun tak hentikan berteriak meminta tangannya dilepaskan dari cengkraman kuat tangan Minho dan meronta-ronta seakan ia ingin pergi dan berlari mengambil seribu langkah yang ia punya. Namun Minho terlalu kuat untuk ia lawan. Minho melepaskan tangan Naeun dan mendekap wajah Naeun, ia mencium bibir Naeun dengan paksa. Naeun berusaha melawan, ia memukul-mukul Minho dan menjauhkan wajahnya dari Minho namun Minho semakin kuat mendekap dan mencium bibir Naeun dengan kasar.
BRAK! Seseorang mendobrak pintu apartment Taemin dan membuat Minho dan Naeun jatuh tersungkur. Namun Naeun sangat bersyukur meskipun ia harus terjatuh karena ia tak harus melawan Minho lagi dengan susah payah.
“Naeun! Gwaenchana?” tanya seseorang yang telah mendobrak pintu tadi.
“Oppa?” jawaban yang keluar dari bibir Naeun penuh dengan getaran ketakutan. Gikwang membantu Naeun berdiri dan menghampiri Minho yang masih tersungkur kesakitan. Bukannya menolong, Gikwang malah memukul Minho sampai babak belur.
“Oppa! Hentikan!” teriak Naeun.
“Kau sebut dirimu laki-laki? Laki-laki macam apa kau? Menyakiti perempuan! Itukah yang kau sebut laki-laki!” ucap Gikwang sembari memukul habis-habisan Minho hingga tak berdaya.
“Oppa...” Naeun tak snaggup untuk berteriak lagi. Ia menangis ketakutan dan seluruh tubuhnya gemetar. Gikwang pun menghentikan semuanya dan membawa Naeun pergi dari sana.
***
            Sungyeol dan Sehun baru saja keluar dari tempat kerjanya. Mereka berdua selalu pulang bersama. Di depan mall mereka berdua bertemu dengan Park Chorong dan Namjo.
“Hari ini benar-benar melelahkan! Tapi cukup menyenangkan karena kita kembali menangkap seorang pengutil” ucap Sehun bahagia. Sungyeol hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Sehun.
“Apa kalian menangkap seorang pengutil lagi?” Namjoo dengan tiba-tiba muncul bersama Chorong.
“Hai Namjoo!” Sehun dengan sigap mendekat ke arah Namjoo saat ia muncul.
“Nde, kita mempergoki satu pengutil nakal lagi” jelas Sehun.
“Pengutil?” Chorong masih asing dengan kata-kata pengutil.
“Iya pengutil! Alias pencuri” Sehun kembali menjelaskan.
“Mall ini memang sangat ramai, tapi pengunjungnya 99% adalah seorang pengutil dari pada seorang pembeli” ucap Sehun blak-blakkan.
“Yaa! Jaga bicara mu! jika ada yang mendengar mu kau akan” Namjoo menggunakan bahasa isyarat di akhir kalimatnya yang menandakan bahwa Sehun akan di pecat.
“Tidak akan ada yang mendengarnya!” jawab Sehun enteng.
“Baiklah ini sudah malam. Kalian pulanglah.” Ucap Sungyeol.
“Baiklah, sampai jumpa besok” ucap Namjoo.
“Sampai jumpa besok Namjoo sayang!” jawab Sehun dengan senyum merekah dan perasaan bahagia.
“Yaa! Sehun-nie! Sayang ku hanya Hoya seorang!” ucap Namjoo.
“Maaf aku tidak mendengarnya sayang ku!” ucap Sehun yang langkah semakin menjauh namun sebenarnya masih bisa mendengar suara Namjoo.
“Yaa! Ini sudah malam! Jangan berteriak!” ucap Sungyeol menusik kepala Sehun hingga ia kesakitan.
“Yaa! Namjoo ya! Jangan berteriak di malam hari!” ucap Chorong membungkam mulut Namjoo hingga ia terdiam.

            Chorong telah sampai di rumah. Dan dengan waktunya bersamaan mobil Gikwang sampai di depan rumah Naeun. Chorong kaget melihat Naeun yang di bantu turun dari mobil Gikwang.
“Naeun? kau kenapa?” Chorong tampak mengkhawatirkan adiknya.
“Aku tidak apa-apa eonnie” jawab Naeun dengan sedikit senyuman untuk melegakan kekhawatiran kakaknya.
“Apa yang terjadi?” Chorong bertanya pada Gikwang.
“Aku tak sengaja bertemu dengan Naeun di apartment Taemin saat mengunjungi teman ku, aku melihat Naeun tampak sedih. Mungkin ia masih merindukan Taemin. Jadi aku mengantarnya pulang” Gikwang mengarang jawaban begitu saja yang tentu saja langsung di percaya oleh Chorong. Karena Naeun sama sekali tidak memberikan penjelasan apa pun.
“Naeun? kenapa kau masih ke sana? Eonni kan sudah melarang mu untuk datang ke sana” Chorong tampak kesal dengan apa yang di dengar Gikwang barusan.
“Sudahlah, dia sudah lelah. Bukan waktunya untuk memarahinya. Cepat bawa Naeun masuk ke dalam rumah. Dan kau juga harus istirahat. Kau terlihat lelah” ucap Gikwang yang ternyata juga tengah memperhatikan Chorong.
“Aku hanya menasehati. Terima kasih Gikwang. Kau sudah mengantar Naeun pulang. Apa kau tidak masuk dulu?” tanya Chorong.
“Lain kali. Ini sudah malam. Masuklah dulu, setelah itu aku akan pulang” ucap Gikwang menyuruh Chorong untuk masuk ke dalam rumah terlebih dahulu sebelum ia pulang meninggalkan rumah Chorong.
“Hati-hati di jalan” ucap Chorong dan kemudian pergi dengan memapah Naeun masuk ke dalam rumah. Dan Gikwang pun pergi setelah Chorong dan Naeun sudah benar-benar memasuki rumahnya.

            Sementara itu Woohyun sedang gelisah memikirkan soal mall nya. Besok ia harus pergi ke Jepang untuk mengajukan proposal kerja sama dengan brand ternama. Namun malam ini, ia memikirkan Chorong. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Chorong. Chorong yang baru saja selesai mandi, mendapati ponselnya berbunyi.
“Yeoboseyo?” jawab Chorong di balik telepon.
“Chorong?” Woohyun memanggil nama Chorong.
“Nde? Ada apa? Kenapa kau menghubungi aku malam-malam seperti ini?” tanya Chorong heran.
“Tidak ada apa-apa. Mianhe, apa aku mengganggu mu?”
“Anio”
“Kau belum tidur?”
“Belum. Kau sendiri?”
“Aku tidak bisa tidur”
“Waeyeo?”
“Besok aku pergi ke Jepang dengan pesawat jam 8 pagi. Aku akan mengajukan proposal kerja sama ke brand ternama di Jepang untuk menyelamatkan Mall ku”
jawab Woohyun.
“Menyelamatkan Mall mu? apa yang terjadi?” Chorong tersentak mendengar kata-kata Woohyun.
“Mungkin aku tidak bisa cerita sekarang. Baiklah, selamat malam Chorong. Jaga dirimu baik-baik. Aku mencintaimu” ucap Woohyun. Dan kata-kata terakhir itu membuat Chorong diam dan tidak menjawabnya. Dan Woohyun menutup ponselnya.

            Setelah menerima telpon dari Woohyun. Ia tidak bisa tidur, ia memikirkan apa yang kira-kira terjadi dengan Mall Woolim.
“Mall Woolim adalah Mall terbesar kedua setelah Mall Infinite. Namun pengunjung mall Infinite lebih banyak pencuri dari pada pembeli? Apa di mall Woolim juga seperti itu?” Chorong bertanya dalam hati.

            Sementara itu Naeun sudah terbaring di ranjangnya. Ia sudah menutup matanya, namun tiba-tiba angin besar berhembus dan jendela kamar Naeun terbuka. Kelambunya terbang terhelai hembusan angin dan sebuah buntalan kertas masuk ke dalam kamarnya. Naeun terbangun dan menutup kembali jendelanya. Ia merasa aneh, karena jendela itu terkunci namun masih bisa terbuka hanya oleh hembusan angin. Ia melihat buntalan kertas itu dan kemudian mengambilnya. Penasaran, ia membuka buntalan kertas itu. Kertas itu bertuliskan
“Tenanglah Son Naeun. Orang yang menyakiti mu pasti akan mati”

To be continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar