Rabu, 13 Agustus 2014

DESTINY chapter 1



Main Cast       :
·         Son Naeun (A-pink)                as         Naeun
·         Lee Taemin (SHINee)             as         Taemin
·         Lee Gikwang (BEAST)           as         Gikwang
·         Min Ah (Girls Day)                as         Min Ah
·         Choi Minho (SHINee)             as         Minho
·         Kim Jong In (EXO-K)            as         Kai
·         Jiyeon (Tara)                          as         Jiyeon
·         Kim Myung Soo (Infinite)      as         L Myung Soo
·         Zelo (BAP)                              as         Zelo
·         Yura (Girls Day)                    as         Yura
·         Park Chorong (A-pink)          as         Chorong
·         Nam Woohyun (Infinite)        as         Woohyun
·         Lee Ho Won (Infinite)             as         Hoya
·         Lee Min Hyuk (BTOB)           as         Minhyuk
·         Yoon Bomi (A-pink)               as         Bomi
·         Lee Sung Yeol (Infinite)         as         Sungyeol
·         Oh Sehun (EXO-K)                as         Sehun
·         Jung Eunji (A-pink)                as         Eunji
·         Kim Nam Joo (A-pink)           as         Namjoo
·         Kim Sunggyu (Infinite)           as         Sunggyu


Chapter 1
Berawalnya Penghianatan
            Kehidupan Naeun berubah seketika, dimana kebahagian yang biasanya selalu menyelimuti hari-harinya, kini menjadi kesedihan yang sangat mendalam. Luka yang digoreskan Taemin terlalu dalam untuk Naeun sembuhkan dalam waktu singkat. Tak semudah membalikkan telapak tangan, perasaan yang begitu tulus, terbalaskan dengan sebuah perselingkuhan.
            Saat itu adalah musim dingin diakhir bulan desember. Pesta perayaan akhir tahun yang begitu meriah tengah digelar di rumah Minho. Pesta yang begitu meriah, tidak hanya Naeun dan Taemin saja yang datang. Semua teman terbaik Minho datang untuk menghabiskan pergantian tahun dengan pesta meriah. Mungkin Naeun tidak akan pernah menyangka , bahwa akan ada kejadian yang membuat hatinya terluka.
            Pukul 22.00 tepat. Naeun dan Taemin tiba di rumah Minho. Berbalut busana serba putih Naeun begitu cantik malam itu. Setelan baju warna hitam, juga membuat Taemin terlihat lebih maskulin. Semua yang melihat kedatangan mereka berdua pasti iri, karena mereka berdua dikenal sebagai pasangan yang paling serasi.
            Dan kedatangan mereka disambut oleh tuan rumah.
“Hai Taemin! Hai Naeun” sapa Minho begitu melihat kedatangan mereka berdua.
“Hai Minho, sepertinya pesta ini akan sangat meriah” ucap Taemin sembari melihat sekeliling rumah Minho yang luas dengan sebuah kolam renang di taman belakang. Rumahnya yang begitu luas penuh dengan manusia, musik, makanan dan minuman. “Tentu saja, aku tidak akan pernah menggelar pesta yang tidak meriah” jawab Minho bangga.
“Naeun, Kau cantik sekali malam ini” Minho mulai menggoda pacar sahabatnya itu. “Apa malam-malam sebelumya aku tidak cantik?” ucap Naeun dan menimbulkan tawa kecil diantara mereka bertiga, hingga tawa mereka dihentikan dengan suara perempuan yang memanggil Naeun.
“Naeun!” itu suara Park Bomi sahabat Naeun.
“Hai Bomi!” sebuah pelukan hangat untuk menyambut seorang sahabat. Kedua perempuan ini adalah sahabat sejak mereka berdua duduk di bangku SD hingga sekarang mereka tengah duduk di bangku SMA.
“Di mana Eunji dan lain-lain?” tanya Naeun sembari melihat sekeliling mencari keberadaan teman-temannya yang lain.
“Mereka di taman belakang. Eunji, Zelo dan Minhyuk. Mereka sedang mengobrol. Ayo kita ke sana!” jawab Bomi. Ia mengajak Naeun bergabung dengan mereka dan menikmati pesta meriah yang tengah berlangsung. Sebelum pergi Naeun memandang Taemin seolah-olah meminta ijin.
“Pergilah! Nikmati pesta ini” ucap Taemin lembut dan sebuah senyuman hangat.
 “Aku mencintaimu changi-ya” ucap Naeun membalas senyuman hangat Taemin 
(*changi-ya : panggilan sayang dalam bahasa korea)
“Nado, aku juga mencintaimu”  jawab Taemin (*nado : sama aku juga). Naeun tersenyum dan ia pun pergi bersama Bomi.
            Minho pun mulai mencibir Taemin dengan menirukan gaya Taemin saat menjawab ucapan Naeun
“Nado, aku juga mencintaimu. Apa hanya itu yang bisa kau lakukan?” Minho sedikit membenci dengan gaya berpacaran seperti itu.
“Diam kau!” ucap Taemin lalu meninggalkan Minho.
***
            Naeun telah bergabung dengan teman-temannya dan menikmati pesta. Mereka saling mengobrol dan bercanda hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 22.45. “Kau datang bersama Taemin?” tanya Minhyuk pada Naeun.
“Tentu saja. kau sendiri?” Naeun balik bertanya.
“Aku datang bersama Yura”
jawab Minhyuk.
“Lalu dimana dia?” tanya Naeun sembari melihat sekeliling mencari keberadaan Yura. “Di sebelah sana, bersama Dasom, Kai dan L” jawab Minhyuk sambil menunjukkan keberadaan Hyeri dan lain-lainnya.
            Sementara itu, Taemin juga mulai bergabung dengan kemeriahan pesta bersama Woohyun, Gikwang, Hoya, Minho, Min Ah, dan juga Jiyeon. Meskipun Woohyun, Gikwang  dan Hoya adalah senior, namun mereka sangat akrab bahkan jika sedang berkumpul seperti ini mereka akan melupakan status siapa senior siapa junior.
            Seperti tidak bertemu beberapa tahun, banyak yang mereka bicarakan. Bahkan rencana liburan bersama. Hoya mengajak liburan ke pulau Jeju. Di mana semua biaya akan ditanggungnya. Tentu saja Hoya dengan mudahnya mengatakan demikian. Bagaimana tidak, diantara mereka berenam Hoya lah anak orang paling kaya di Seoul. Jadi bagi Hoya semua itu mudah selama ladang won-nya masih bisa di panen. (*won : mata uang Seoul, Korea Selatan) . Di tengah pembicaraan mereka Min Ah berbisik sesuatu pada Minho. Tak tahu apa yang Min Ah bicarakan, namun dari raut wajah Min Ah terlihat pucat.
“Tentu saja, di lantai dua ada kamar kosong. Kau bisa istirahat di sana” ucap Minho dengan wajah menghawatirkan keadaan Min Ah yang pucat.
“Akan ku antar kau Min Ah”
ucap Jiyeon yang kemudian membantu Min Ah berjalan. “Ah dasar wanita! Baru saja minum sedikit, sudah pucat seperti itu” ucap Hoya melihat Min Ah pucat dan dibantu berjalan oleh Jiyeon. Taemin melihat jam tangannya. Pukul 23.00 tepat.
“masih kurang 1 jam lagi 2014 akan datang”
ucapnya setelah melihat jam tangannya. “ Kenapa waktu yang berjalan terasa begitu lama” ucap Woohyun sembari menuang minuman anggur kedalam gelasnya.
“Jika kurang, di gudang masih ada banyak” ucap Minho menawarkan koleksi anggurnya. “Keluarkan saja semua! kita pesta sampai puas malam ini!” ucap Hoya sambil mengangkat gelas sloky berisi anggur. Minho pun memerintahkan pembantunya untuk mengeluarkan semua koleksi anggurnya yang ada di gudang. Taemin mulai sedikit bosan, ia meninggalkan Minho dan teman-teman yang lainnya.
***
            Naeun yang dari tadi bercengkrama dengan teman-temannya mulai merindukan sesosok kekasihnya. Ia melihat sekelilingnya tapi Taemin tidak ditemukan dalam pandangannya. Ia malah menangkap sebuah pandangan mata yang sedang memandang dirinya. Pandangan mata Kai, yang sedang duduk sendiri berpisah dengan Dasom, Yura dan L. Pandangan mata itu seolah memberikan signal memanggil Naeun. Naeun pun berdiri dan menghampiri Kai yang sedang sendiri dengan gelas sloky berisi anggur. “Kenapa kau sendiri? Bukankah kau tadi bersama Dasom, Yura dan juga L?” tanya Naeun.
“Aku ingin menyendiri” jawab Kai singkat, namja yang begitu dingin dan misterius. “Baiklah kalau begitu aku pergi” ucap Naeun yang kemudian berbalik pergi meninggalkan Kai.
“23.10 kurang 50 menit lagi 00.00 tepat” ucap Kai yang berhasil menghentikan langkah Naeun. Ia berbalik dan melihat jam tangannya.
“Iya kau benar” jawabnya. Naeun tak mengerti apa maksud Kai mengatakan demikian. “Sebelum waktu itu tiba. Tidak adakah kata-kata terakhir yang ingin kau sampaikan?” nada Kai begitu dingin dan bagaikan es yang langsung membekukan telinga Naeun yang mendengarnya.
 “Kenapa kau mengatakan hal demikian? Seperti kita tidak akan bertemu saja. Apa kau akan pergi jauh?” jawab Naeun yang berusaha mengeluarkan suara tanpa nada terkejutnya. Sesungguhnya detak jantungnnya kini bagaikan kuda yang  di pacu melaju kencang di arena balapan.
“Anggap saja iya. Kita tidak akan pernah tau kan?” Kai menghentikan kalimatnya yang dingin dan kemudian melanjutkannya
“Apa yang akan terjadi setelah pukul 00.00 tepat, bahkan kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi 15 menit lagi” ucapan Kai benar-benar membuat Naeun beku namun kata-kata Kai tidak begitu saja mudah dipahami olehnya.
“Hentikan Kai! Kau pasti terlalu banyak minum!” ucap Naeun menghindari. Namun jika di pikir-pikir ucapan Kai tadi ada benarnya juga.
“Mungkin” jawab Kai. Ia pun berdiri dan pergi berlalu begitu saja melewati Naeun yang masih membeku memikirkan apa maksud yang dibicarakan Kai tadi. Jika Naeun seorang balita, mungkin saat ini adalah tahap diamana ia belajar mencerna makanan.
            Dari kejauhan tampak Zelo tanpa sengaja melihat Naeun yang berdiri diam membeku. Merasa aneh, Zelo menghampirinya.
“Naeun?” panggil Zelo, namun Naeun masih belum meresponnya.
“Hai, Son Naeun!” panggil Zelo lagi dengan nada sedikit agak keras dan berhasil menyadarkan Naeun.
“Ah! Zelo?” jawab Naeun terkejut karena Zelo sudah berada di sampingnya.
“Mianhe, apa aku mengejutkan mu?” Zelo merasa bersalah
(*mianhe : maaf, maafkan aku). “Gwaechanayeo” jawab Naeun yang masih berusaha mengumpulkan pikirannya kembali ke pesta itu, selama dia diam tadi pikirannya sudah melalang buana gara-gara memikirkan kata-kata Kai (*gwaenchanayeo : tidak apa-apa).
“Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak bergabung dengan yang lain?” tanya Zelo.
“Mmm aku” Naeun bingung harus menjawab apa.
“Kajja! DJ nya sudah mulai beraksi, ayo kita bersenang-senang malam ini!” ajak Zelo, tanpa menunggu jawaban Naeun, Zelo menarik tangan Naeun
(*kajja : ayo).
***
            Taemin yang mulai bosan dengan suasana pesta mulai menghindarinya. Ia berkeliling melihat luasnya rumah Minho. Ia naik ke lantai 2, dimana di sana ia temukan sebuah ruangan besar dengan satu meja bliyard, balkon yang luas mengarah ke suasana taman belakang, dari atas sana Taemin bisa melihat kemeriahan pesta pergantian tahun yang tengah berlangsung. Ia melihat kekasihnya Naeun yang sedang menikmati alunan musik DJ berdansa bersama teman-temanya. Taemin meninggalkan balkon dan kembali menjelajah rumah Minho. Ia melewati satu kamar kosong, dan satu kamar kosong lagi yang pintunya sedikit terbuka, entah angin apa yang sedang berhembus di sekitar Taemin. Ia penasaran untuk memasuki kamar itu. Taemin pikir didalam kamar tidak ada siapapun namun di sana ada seseorang yang sedang berbaring di kasur.
“Nuguya?” seseorang itu terbangun oleh suara langkah kaki Taemin
(*nuguya : siapa).
“Oh, mianhe. Ku kira kamar ini kosong. Ternyata ada kau Min Ah. Apa kau sakit?” ucap Taemin dan ia menanyakan apakah Min Ah sakit, karena menurut penglihatan Taemin Min Ah sangat pucat sekali.
“Sedikit tidak enak badan. Taemin, bisakah kau mengambilkan aku segelas air putih?” pinta Min Ah lemah.
“Tentu saja, akan ku ambilkan, tunggu sebentar” jawab Taemin, dan ia pun pergi untuk mengambilkan Min Ah segelas air putih. Beberapa menit kemudian, Taemin kembali dengan segelas air putih di tangannya.
“Ini segelas air putih yang kau minta” Taemin memberikannya pada Min Ah. Min Ah yang masih berbaring berusaha untuk bangun, Taemin pun membantu membangunkannya. “Gomawo Taemin” ucap Min Ah
(*gomawo : terima kasih). “Cheonma” jawab Taemin di sertai senyuman (*cheonma : sama-sama) , Min Ah perlahan meneguk segelas air putih itu.
“Apa perlu ke dokter?” Taemin menawarkan Min Ah untuk memeriksakan keadaannya ke dokter.
“Tidak, aku hanya sedikit kelelahan. Istirahat sebentar akan membuat ku pulih” jawab Min Ah menolak.
“Baiklah kalau begitu istirahatlah, aku akan pergi” ucap Taemin, ia bangkit dari duduknya namun tangan Min Ah mencegahnya.
“Temani aku” Min Ah meminta dengan wajah memelas. Laki-laki mana yang tidak luluh melihat wajah seorang perempuan yang sedang sakit meminta untuk di temani.
           Pukul 23.45. Taemin dan Min Ah. Hanya ada mereka berdua di kamar di tengah pesta meriah yang berlangsung. Mereka duduk di atas kasur perdampingan. Cukup lama mereka saling diam, hingga Min Ah kembali membuka sebuah pembicaraan.
“Kenapa kau menicintai dia?” pertanyaan itu begitu saja terlontar dari mulut Min Ah. “Apa?” Taemin bingung dengan pertanyaan Min Ah.
“Apa kau pernah tau? Waktu itu, pertama kali bertemu dengan mu. pertama kita duduk di bangku SMA” Min Ah mulai bercerita, dan Taemin hanya diam sebagai pendengar setia.
“Saat aku melihat mu pertama kali, detik itu juga aku telah jatuh hati pada mu. Entah pesona apa yang kau punya? Jika melihat mu, bertemu dengan mu hati ku berdebar. Tapi aku lebih memilih menyimpan perasaan ini. Menjaga perasaan selama 2 tahun adalah hal tersulit dalam hidup ku. Tapi kenapa kau lebih memilih seseorang yang mengabaikan mu? Tidak perduli seangkuh apa dia, kau tetap mengejarnya. Tidakkah sedetik pun kau melihat ku? Aku di sini telah menyimpan perasaan selama 2 tahun untuk mu!” cerita Min Ah membuatnya meneteskan air matanya sendiri.
“Min Ah” Taemin hanya bisa memanggil nama Min Ah lirih tidak menduga dengan apa yang diceritakan Min Ah.
“Meskipun akhirnya kau mendapatkannya. Apa kau sadar? Kau telah menghancurkan perasaan ku!” Min Ah meninggikan nada suaranya dan itu membuat Taemin tidak bisa berkata-kata lagi.
“Baik mungkin kau tak akan pernah sadar, karena kau tak pernah tau bagaimana perasaan ku terhadap mu” Min Ah terus bercerita dengan meneteskan air matanya.
“Aku mencintai mu Lee Taemin!” ucap Min Ah. Begitulah Min Ah mengungkap perasaannya yang selama ini ia pendam selama 2 tahun. Menunggu waktu yang tepat dan mungkin ini lah waktu yang tepat bagi Min Ah untuk mengatakannya karena mungkin di pergantian tahun ini Min Ah tak ingin lagi menyimpan perasaan itu lagi di tahun mendatang.
            Mendengar ungkapan perasaan Min Ah yang terakhir, membuat bingung Taemin. Entah apa yang harus ia lakukan. Ia telah termiliki oleh Naeun tak mungkin jika ia menerima perasaan Min Ah begitu saja. Dan bagaimanapun juga Min Ah mungkin akan menerima penolakan.
“Min Ah minahe, aku” Taemin belum menyelesaikan kalimatnya, Min Ah mencium bibir Taemin dan membuat Taemin tidak bisa meneruskan kalimatnya. Taemin begitu tersentak dengan apa yang dilakukan Min Ah. Namun Taemin hanya bisa diam membiarkan Min Ah mencium bibirnya. Tak berhenti dengan ciuman saja, satu persatu Min Ah melepaskan kancing baju Taemin dan membuat Taemin melepaskan ciumannya.
“Min Ah...” ucap Taemin, namun Min Ah tidak menghentikan itu semua, ia kembali mencium bibir Taemin dan membuat Taemin membalas ciuman Min Ah. Kini mereka bukan sekedar ciman bibir biasa, tapi ciuman bibir yang saling membalas saling menukar saliva dan mengeluarkan sebuah desahan. Dan setan pun telah berhasil memasuki diri Taemin, Ia mendorong Min Ah hingga tertidur dan melepas pakaian atasnya yang membalut tubuhnya yang six pack dan kekar itu kemudian melanjutkan aktivitas mereka. Dan kejadian itu semua telah di saksikan oleh Naeun. Naeun ternyata melihat itu semua, melihat bagaimana mereka berciuman. Bagaikan di sambar petir di siang hari, perasaan Naeun terbakar panas. Perlahan air matanya pun menetes namun Naeun memilih diam-diam pergi tanpa menyadarkan mereka kalau Naeun sedang melihat kejadian ciuman itu. Naeun yang berdiri di ambang pintu, berbalik dan meninggalkan kamar itu. Saat menuruni tangga terakhir ia menabrak Woohyun.
“Naeun? Kau kenapa?” tanya Woohyun yang melihat keadaan Naeun tidak baik, tubuhnya bergetar dan meneteskan air mata.
“Oppa... bisakah kau mengantar ku pulang?” Naeun meminta dengan wajah memelas.
***
            Malam pergantian tahun telah berlalu. Hari ini adalah awal 2014 yang mungkin bagi orang-orang adalah awal memperbaiki kehidupan mereka. Memulai semuanya dengan semangat dan kebahagiaan. Tidak bagi Naeun, berkurung di dalam kamar adalah hal terbaik saat ini bagi Naeun. Masa bodoh dengan pergantian tahun, tahun baru, awal yang baru. Ia benar-benar sakit hati melihat penghianatan kekasihnya Taemin bersama temannya Min Ah.
“Naeun! keluarlah dan makan. Sampai kapan kau akan di kamar terus?” teriak Chorong kakak Naeun. Namun tidak ada jawaban dari kamar Naeun.
“Ini sudah jam 2 siang, kau sudah melewatkan sarapan mu, apa kau akan melewatkan makan siang mu juga?” Chorong terus membujuk Naeun untuk keluar.
“Aku masih kenyang onnie. Tolong tinggalkan aku” jawab Naeun dari dalam kamarnya
(*onnie : panggilan untuk kakak perempuan bagi adik perempuan). Chorong hanya bisa menghembuskan nafas besar dan ia pun meninggalkan kamar Naeun.
            2 Januari 2014, aktivitas sekolah mulai aktif lagi setelah liburan pergantian tahun. Namun sekolah di awal tahun baru ini, Naeun akan melewatkannya. Ia tetap memilih kamar sebagai tempat berkurungnya. Entah sampai kapan ia akan berbuat seperti ini? Sakit hati, mengurung diri, tidak makan maupun minum, lalu jatuh sakit dan kemudian mati. Mungkin saat ini itulah yang diinginkan Naeun. Namun masuk tanpa alasan, itulah yang sekarang menjadi pertanyaan bagi teman-teman Naeun.
“Eunji apa kau bisa menghubungi ponsel Naeun?” Bomi bertanya pada Eunji. Ini jam istirahat seperti biasa, mereka sedang berkumpul di kantin.
“Kenapa? Apa ponselnya tidak dapat dihubungi?” Eunji justru balik bertanya.
“Dari kemarin aku mencoba menghubunginya tapi ponselnya tidak aktif. Hari ini dia tidak masuk sekolah. Apa jangan-jangan dia sakit?” Bomi mencoba menyimpulkan dugaannya.
“Mungkin saja” jawab Eunji singkat. Memang teman Naeun yang satu ini sedikit cuek.
Oh Eunji ayolah! Tidak kah kau khawatir dengan Naeun yang tiba-tiba menghilang tiada kabar yang jelas seperti ini?” Bomi mengeluh dan meninggikan nada suaranya.
“Ya tentu saja aku khawatir” jawab Eunji bernada datar dan enteng.
“Baiklah! Apa itu yang kau sebut khawatir?” Bomi menanyakan ekspresi Eunji yang sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran terhadap Naeun.
“Lalu aku harus bagaimana?” Eunji justru kembali bertanya dan itu membuat Bomi semakin kesal.
“Sudahlah lupakan!” Bomi menyembunyikan wajahnya kedalam lipatan tangannya di atas meja.
            Minhyuk dan Zelo pun datang. Dan kedatangan mereka membuat suasana kantin menjadi sedikit lebih ramai. Bagaimana tidak? Di kantin banyak anak perempuan. Dan Minhyuk yang notabene sebagai ketua osis dan Zelo sebagai kapten basket sekolah mempunyai banyak penggemar di kalangan perempuan, membuat suasana selalu ramai jika mereka berdua muncul.
“Eunji, Bomi” sapa Minhyuk begitu tiba di meja mereka berdua.
 “Hai” hanya Eunji yang menjawab.
“Bomi? Kau kenapa? Apa kau sakit?” Zelo bertanya mengapa Bomi menyembunyikan wajahnya seperti itu.
 “Huft! Pengap!” Bomi mengangkat wajahnya dan bernafas terengah-engah.
“Bagaimana tidak pengap, kau menyembunyikan wajah mu seperti itu. Sebenarnya ada apa?” tanya Minhyuk yang ikut penasaran.
“Naeun!” baru satu kata yang dikeluarkan Bomi tapi Minhyuk dan Zelo langsung mencerca beberapa pertanyaan.
“Kenapa?” “Ada apa?” “Apa yang terjadi?” “Apa dia tidak apa-apa?” Bomi pun bingung akan menjawab pertanyaan siapa terlebih dahulu.
“Ponselnya tidak bisa di hubungi” Eunji pun membantu Bomi menjawab.
“Ya, dari kemarin aku mencoba menghubungi ponselnya sampai sekarang namun ponselnya tidak aktif. Hari ini pun ia tidak masuk sekolah. Tidak ada surat atau telpon. Sama sekali tidak ada kabar” jelas Bomi.
“Apa dia sakit?” “Apa ponselnya hilang?” “Tidak! Pasti ada masalah” “Kau jangan sok tau!” “Mungkin saja kan!” “Kau mana boleh asal menebak!” “Kau juga asal menebak!” terjadilah perdebatan antara Minhyuk dan Zelo.
“Yaa! Diam!” Bomi berteriak sambil menggebrak meja dengan keras dan itu membuat semua pandangan di kantin tertuju padanya.
“Kenapa kalian jadi berdebat? Apa kalian akan memperoleh jawaban yang real dari perdebatan ini?” Bomi yang sudah di buat kesal oleh Eunji kini tambah dibuat kesal oleh ulah mereka berdua.
 “Tentu saja...” “Tidak....” jawab Minhyuk dan Zelo menunduk. “Baiklah begini saja, sepulang sekolah nanti kita pergi ke rumah Naeun. Kita pastikan apa yang terjadi dengannya. Bagaimana?” Bomi memutuskan.
“Baiklah aku setuju” “Ya aku juga” “Ya aku ikut”  jawab Minhyuk, Zelo dan Eunji, dan mereka pun sepakat setelah pulang sekolah mereka akan mengunjungi Naeun.
            Sementara di rumah, Chorong masih berusaha membujuk Naeun untuk mau keluar kamar dan makan
 “Naeun, kalau kau tidak makan. Kau akan jatuh sakit. Jangan menyiksa dirimu sendiri. Onnie mohon keluarlah Naeun!” Chorong tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan selain memohon. Lagi-lagi tidak ada jawaban dari kamar Naeun. Chorong pun mulai khawatir, takut kalau di kamar ia melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, seperti menenggak cairan pestisida ataupun mengiris nadinya dengan cutter.
“Naeun! jika kau tidak mau keluar, kakak akan mendobrak pintu ini!” Chorong mencoba mengancam.
“Onnie, aku tau kau tak cukup kuat untuk merubuhkan pintu itu!” jawab Naeun dari dalam kamar.
“Kau menantang ku? Baiklah!” Chorong merasa kesal karena ulah satu adiknya ini. Sudah tidak mau keluar kamar, tidak makan, masih saja sempat menghina kakaknya. Namun Chorong bingung apa yang harus ia lakukan, ia termakan oleh omongannya sendiri.
“Ommo, kenapa dia menjadi seperti ini?” Chorong mengeluh sendiri. Tingtung bel rumah berbunyi. Naeun mendengar itu, namun ia sama sekali tidak penasaran siapa yang datang ke rumahnya dan untuk apa. Chorong pun turun ke lantai bawah untuk membukan pintu, dan siapa yang ada di balik pintu itu?
“Woohyun?” Chorong terkejut dengan kedatangan Woohyun ke rumahnya. “Hai, apa kabar?” Woohyun memberi salam dengan senyuman menawannya.
“Kabar baik, masuklah” Chorong pun mempersilahkan masuk. “Duduklah! Sebentar akan ku buatkan minuman” Chorong mempersilahkan duduk.
 “Tidak perlu repot. Aku hanya sebentar” ucap Woohyun menolak.
“Ah, baiklah” jawab Chorong sambil mengangguk.
“Bagaimana keadaan Naeun?” Woohyun menanyakan keadaan Naeun.
“Dia sama sekali belum keluar dari kamarnya sejak kau antar pulang malam itu” Chorong menjelaskan.
“Apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Apa kau mengetahui sesuatu?” Chorong bertanya pada Woohyun yang mungkin mengetahui sesuatu mengapa Naeun menjadi seperti ini.
“Tidak. Saat itu aku dan dia hanya bertabrakan. Dan aku melihat seluruh tubuhnya bergetar dan ia menangis kemudian meminta ku untuk mengantarnya pulang. Apa yang terjadi sebelum itu aku tidak mengetahui apa pun?” jawab Woohyun.
“Apa dia tidak bercerita apapun pada mu?” Chorong kembali bertanya, sebagai kakaknya tentu saja ia khawatir dengan apa yang kini terjadi pada Naeun.
“Tidak, sepanjang perjalanan pulang dia hanya terus menangis hingga tertidur” jawab Woohyun.
“Taemin!? Bagaimana dengan dia? Apa dia tidak ke sini menanyakan keadaannya? Bukankah dia kekasihnya?” Woohyun kali ini yang bertanya.
“Taemin? Tidak sama sekali. Apa jangan-jangan mereka sedang bertengkar?” Chorong mencoba menduga apa yang terjadi pada adiknya itu.
“Baiklah, besok aku akan ke sini lagi. Sekarang aku ada janji.” Pamit Woohyun.
“Baik, hati-hati dijalan. Terima kasih sudah menghawatirkan Naeun” ucap Chorong. “Sama-sama. Aku pergi. Jika butuh bantuan hubungi aku” ucap Woohyun.
“Heem, araseo” jawab Chorong
(*araseo : mengerti), Woohyun pun pergi meninggalkan rumah Naeun. Tidak lama Woohyun pergi, tibalah Minhyuk, Eunji, Zelo dan Bomi. “Onnie!” teriak Bomi sambil melambaikan tangannya. “Bomi?”
Mereka berempat duduk di ruang tamu, Chorong pun datang dengan membawakan minuman dan sedikit makanan ringan.
 “Mulai kapan ia berkurung di kamar seperti itu onnie?” tanya Bomi.
“Sepulang dari pesta hingga saat ini ia sama sekali belum keluar dan tidak makan, aku sudah berkali-kali membujuknya namun tetap saja ia mengabaikan ku” jawab Chorong sedih.
“Saat di pesta sepertinya ia baik-baik saja. ia bahkan ikut menari saat DJ beraksi” ucap Zelo.
“Tapi kemudian ia ingin pergi ke toilet saat jam 00.00 tepat akan tiba” lanjut Zelo. “23.55 tepatnya” sambung Minhyuk.
“Mungkin. Dan setelah itu ia tidak kembali dan sampai akhir pesta aku tidak melihatnya” Zelo berusaha mengingat kejadian pada pesta malam itu saat terakhir ia bersama Naeun.
“Ia pulang di antar Woohyun” ucap Chorong.
“Woohyun hyung? Bukankah dia datang bersama Taemin? Bukankah seharusnya dia juga pulang bersamanya?” Minhyuk sedikit kaget jika Naeun ternyata pulang bersama Woohyun.
“Taemin justru tidak menghubungi Naeun sama sekali” ucap Chorong.
“Mungkin Taemin sudah berusaha menghubungi tapi ponsel Naeun tidak aktif” sahut Bomi.
“Jika Taemin benar-benar menghawatirkan Naeun, seharusnya dia datang kemari” Eunji akhirnya buka suara.
“Kau benar!” ucap Bomi.
“Apa mereka bertengkar?” Zelo menduga hal yang sama seperti Chorong menduga. Dan mereka berlima pun mulai menduga yang tidak-tidak.
***
            3 Januari 2014, pukul 07.00 tepat. Chorong sudah berdiri tepat di depan pintu kamar Naeun dengan membawa tongkat baseball.
“Naeun! kau keluar atau tidak! Jika tidak aku kan merusak pintu kamar mu! akan ku hitung sampai 3! Satu... dua... kau masih tidak mau keluar? Naeun jawab aku! Apa kau baik-baik saja? baiklah, aku akan menyelesaikan hitungan ku, tiga!” Chorong sudah mengambil ancang-ancang  untuk merusak handle pintu kamar Naeun, namun cklek Naeun membuka pintu kamarnya.
“Ku pikir kau hanya omong kosong. Onnie dapat dari mana tongkat baseball itu?” ucap Naeun saat melihat kakaknya memegang tongkat baseball dan hendak merusak pintu kamarnya.
 “Yaa! Kau ini! Sudah bikin khawatir banyak orang! Masih saja berkata seperti itu!” Chorong kesal atas ucapan adiknya yang seperti itu tadi tapi kekesalannya tidak berlaku untuk waktu yang lama.
“Naeun, apa kau baik-baik saja? kau hampir 3 hari tidak makan! Apa kau ada masalah? Ada apa dengan mu hingga kau mengurung diri seperti ini?” Chorong kembali menghawatirkan adiknya.
“Aku tidak selemah itu, aku tidak akan mati hanya gara-gara tidak makan tiga hari. Nanti saja akan kuceritakan. ini sudah jam 07.15 aku harus berangkat sekolah” ucap Naeun lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang hampir 3 hari tidak makan, minum bahkan mandi.
 “Baiklah akan ku buatkan sarapan untuk mu” ucap Chorong sedikit lega karena sudah melihat keadaan Naeun meskipun jelas ia melihat mata Naeun bengkak dan kantung mata yang menghitam. Naeun telah menangis terus menerus selama ia mengurung diri di kamar. Tapi Naeun berusaha terlihat tidak apa-apa secara fisik namun hatinya kini telah terluka dalam tercabik-cabik oleh sebuah penghianatan.
            Aku tidak akan pernah memaafkan mu Lee Taemin sampai kau menghela nafas terakhir mu pun, aku tidak akan pernah ikhlas memaafkan mu! Kau juga Min Ah, aku tidak akan pernah menerima kata maaf  dari mu sekalipun kau berlutut di hadapan ku dan mencium kaki ku!

To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar