Sabtu, 04 Oktober 2014

DESTINY chapter 9



DESTINY
Author : Dhytha
Main Cast : Naeun, Kai, Gikwang and another

Chapter 9
            Naeun baru saja tiba di rumah. Ia mendapati rumah tidak ada orang. Ia naik ke tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Ia melepar tasnya dan merebahkan dirinya di atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya. Ia mengingat kejadian saat Kai menciumnya dan saat Kai mengedipkan matanya tadi.

“Michigenae!” Naeun mengumpat, ceklek pintu kamar Naeun terbuka.

“Kau sudah pulang?” Chorong masuk ke dalam kamar Naeun. Naeun bangun dan duduk, ia meraih guling dan memeluknya.

“Nde. Kau dari mana? Sepertinya tadi pagi kau tidak pergi bekerja” tanya Naeun. Chorong duduk di sebelahnya.

“Nde. Aku baru saja jalan-jalan” jawab Chorong.

“Woohyun oppa?” Naeun menebak bahwa Chorong telah bertemu dengan Woohyun hari ini.

“Anio”

“Keurom, hmm... Hoya oppa?” Naeun menebak lagi, dan Chorong menggelangkan kepala.

“Keundae, nuguya?” Naeun penasaran. Namun Chorong hanya diam. Naeun melihat cincin yang melingkar di jari manis Chorong, dan meraih tangan Chorong.

“Yeupuda” Naeun merasa iri dengan cincin yang di kenakan Chorong. Chorong hanya tersenyum.

“Onnie, ini pasti dari Woohyun oppa” Naeun menebak lagi.

“Otteokke arra?”

“Yaa, onnie. Woohyun oppa orang yang sangat baik, dia tampan dan cocok sekali dengan mu. kau mau menunggu apa lagi? Aku tau, kau juga menyukainya kan?” ucapan Naeun membuat Chorong berfikir bahwa apa yang dikatakan Naeun adalah benar. Ia menyukai Woohyun.

“Yaa! Sudahlah, aku ingin mandi dulu” Chorong sedang tidak ingin membicarakan hal itu.

“Aish! Sampai kapan kau akan bersembunyi onnie?”

“Molla” Chorong melewati pintu kamar Naeun dan berlalu begitu saja.

“Aish! Dasar!”
***
            Yura duduk di atas ranjangnya, ia tampak lesu sambil mengemasi barang-barangnya. Bibinya melihat dari ujung pintu kamarnya dan menghampirinya.

“Gwaenchana?” tanya bibinya khawatir.

“Nde” Yura hanya menjawab singkat.

“Berkemasnya lanjutan nanti saja, waktunya makan malam” ajak bibinya.

“Sedikit lagi selesai”

“Bibi sudah menelpon taxi untuk besok jam 9. Pesawat akan berangkat jam 10. Jaga dirimu baik-baik ne?” bibi mengelus rambut Yura. Dan menariknya dalam pelukkan.

“Gamsahmnida. Aku menyayangi mu bibi” Yura memeluk bibinya penuh kasih sayang. Ddrrtt ponsel Yura berdering, panggilan masuk untuknya dari Dasom.

“Kau benar-benar akan pergi?” cerocos Dasom begitu Yura mengangkat telponnya.

“Dasom-ah” Yura tak bisa berkata-kata lagi.

“Yaa! Kau benar-benar akan pergi begitu saja? bagaimana dengan Zelo?” Dasom mengkhawatirkan sahabatnya. Yura tak tau harus menjawab bagaimana.

“Yaa! Yura-yaa...” Dasom berteriak.

“Biarkan tetap seperti ini. Selamat tinggal Dasom-ah, kau sahabat terbaik ku” Yura meneteskan air matanya.

“Yaa, Yura-yaa” suara Dasom menahan tangis. Yura menutup telpon dan menangis terisak memeluk lututnya.
***
            Hari ini adalah hari minggu, Naeun sedang bersantai di taman sebelah. Chorong menghampirinya. Dan seperti yang telah di perintahkan Gikwang. Chorong akan mengatakan pada Naeun bahwa ia harus menemui Gikwang setelah medengar dentang jam 9 pagi.

            Jam dinding menunjukkan jam 9 pagi tepat dan berdentang. Chorong mendengarnya dan segera ia bicara pada Naeun.
“Naeun” panggil Chorong. Ia menghampiri Naeun di taman sebelah.

“Waeyo onnie?” Naeun merasa sedikit ada yang aneh pada onnie nya.

“Pergilah ke bandara sekarang” Chorong duduk di hadapan Naeun.

“Bandara? Untuk apa? Aku harus menjemput siapa? Siapa yang akan datang?” Naeun heran dan bertanya-tanya.

“Temui Gikwang” suara Chorong datar namun sedikit penuh penekanan.

“Mwo? Sirreo!” Naeun menolak setelah ia mendengar nama Gikwang.

“Jebbal!” Chorong meraih tangan Naeun dan memohon.

“Untuk apa aku menemuinya di bandara? Aku tidak ingin bertemu dengannya!” Naeun melepaskan tangan Chorong dan bangkit dari duduknya.

“Kau harus menemuinya Son Naeun” Chorong berdiri menatap punggung Naeun. Naeun berhenti dan menoleh pada onnie nya.

“Jika aku tidak menemuinya?” Naeun bertanya.

“Kau akan menyesal” jawab Chorong. Naeun diam beberapa saat dan pergi ke kamarnya. Ia membanting pintu kamarnya dan bersandar di balik pintu. Mengingat Gikwang adalah pelaku di balik permainan ini dan Kakaknya dengan tiba-tiba menyuruhnya menemuinya di bandara. Naeun berfikir bahwa, apa Gikwang oppa akan meminta maaf dan pergi ke luar negeri begitu saja? ataukah ada maksud lain?

            Setelah mengatakan hal yang diperintahkan Gikwang. Chorong ke kamarnya dan berganti pakaian. Ia akan pergi ke mall infinite. Tiga puluh menit kemudian ia telah sampai dan telah berhadapan dengan pemimpin karyawan Xiumin sajangnim.
“Apa kau akan ke Amerika juga?” tanya Xiumin setelah menerima surat pengunduran diri Chorong.

“Amerika? Andwe” jawab Chorong heran.

“Kemarin Sungyeol mengundurkan diri karena alasan ia akan melanjutkan studinya di Amerika. Lalu sekarang kau mengundurkan diri juga. Alasannya?” Xiumin menanyakan alasan mengapa Chorong mengundurkan diri.

“Aku akan menikah” jawab Chorong singkat.

“Wah, jeongmal?” ekspresi Xiumin bahagia.

“Chukae Chorong ssi” Xiumin mengucapkan selamat.

“Keundae, siapa calon suami mu?” Xiumin mulai kepo.

“Dia seorang pria yang sangat aku cintai” jawab Chorong.

“Geurae, siapa pun pria itu dia pasti sangat beruntung mendapatkan mu” ucap Xiumin.

            Chorong keluar dari ruangan Xiumin, dan saat akan memasuki lift. Seseorang menarik tangannya dan mengajaknya ke tangga darurat.
“Kau akan menikah?” Hoya menatap mata Chorong lekat-lekat. Jarak antara mereka cukup dekat.

“Nde”

“Woohyun-nie?” Hoya mencengkram tangan Chorong dengan keras karena ia merasa kesal.

“Lepaskan!” Chorong berusaha melepaskan cengkraman tangan Hoya.

“Wae Woohyun-nie?”

“Karena aku mencintainya”

“Tidak bisakah kau menyikirkannya dan melihat ku?” suara Hoya gemetar dan mulai melepaskan cengkraman tangannya.

“Mianhe” hanya kata maaf yang keluar dari mulut Chorong.

“Baiklah, sebelum kau menikah dengannya ijinkan aku meminta sesuatu dari mu”

“Mwoya?” Chorong bertanya. Hoya menarik dagu Chorong dan mengecup bibir manis Chorong. Chorong tersentak dan ingin segera melepakan ciuman itu namun Hoya telah membuatnya larut dalam iramanya. Tangan Chorong gemetar, ia mengcengkram kuat kemeja Hoya dan mulai menutup matanya. Dan untuk beberapa saat, Chorong membiarkan Hoya mencium dirinya untuk pertama dan yang terakhir kalinya.
***
            Gikwang baru saja tiba di bandara. Ia mengeluarkan koper hitam besarnya dari bagasi mobil. Ia melewati pintu masuk bandara dan duduk di salah satu kursi tunggu. Ia menatap ponselnya, pukul 9.30 tepat.

            Naeun sedang perjalanan menaiki taxi ke bandara. Memang awalnya ia menolah untuk menemui Gikwang, namun akhirnya ia terlalu penasaran mengapa Gikwang menyuruh menemuinya di bandara. Ddrrt ponsel Naeun berbunyi, panggilan masuk dari Kai.
“Odiega?” Kai menanyakan dimana Naeun.

“Gikwang oppa menyuruh ku menemuinya di bandara”

“Mwo? Jadi kau?”

“Nde”

“Pulanglah! Jangan pernah menemuinya!” Kai berteriak melarang Naeun untuk meneui Gikwang.

“Aku sudah hampir sampai”

“Pulanglah!” pergi dari sana!” Kai terus berteriak memerintahkan Naeun untuk pulang.

“Akan ku telpon lagi nanti” Naeun menutup telponnya dan keluar dari taxi setelah taxi berhenti di bandara.

            Naeun berjalan masuk ke bandara dan mencari sesosok Gikwang. Namun ia malah mendapati Yura dengan koper merah besar di tangannya. Naeun menghampirinya.
 “Yura-yaa” panggil Naeun ketika ia sudah berada tak jauh dari Yura. Yura menoleh dan mendapati Naeun yang memanggilnya.

“Naeun-ah” Yura sedikit terkejut dengan kemunculan Naeun di bandara.

“Odiegayo?” Naeun bertanya setelah melihat Yura menyeret tas koper merah besar.

“Aku akan pergi ke Hongkong” jawab Yura berusaha untuk tetap tersenyum.

“Hongkong? Bagaimana dengan sekolah mu?”

“Aku sudah mengurus transfer ku”

“Bagaimana dengan Zelo?”
***
            Chorong keluar dari mall Infinite. Ia mengeluarkan ponselnya dari tas dan menghubungi Woohyun. Mungkin ia merasa bersalah, meskipun Woohyun tidak mengetahui ciumannya dengan Hoya. Namun Chorong ingin segera menghubungi Woohyun dan meminta maaf.
“Woohyun-nie” panggil Chorong begitu Woohyun mengangkat telpon darinya.

“Chorong, waeyo?” suara Woohyun khawatir.

“Mianhe” ucap Chorong.

“Waeyo?” Woohyun heran kenapa Chorong meminta maaf.

“Kau sudah makan siang? Traktir aku makan spagety. Ku tunggu di resto Itali. Saranghae” Chorong mengakhiri panggilannya dan melangkah pergi.

“Yaa! Yeoboseyeo!” Woohyun berteriak begitu Chorong menutup ponselnya. Dan tanpa buang waktu ia pun segera meluncur ke tempat resto Itali.

           Lima belas menit kemudian, Woohyun sampai dan melihat Chorong tengah duduk di dalam resto. Ia segera masuk dan menghampiri Chorong yang sudah menunggunya.
“Waeseo” Chorong berdiri begitu melihat Woohyun datang. Dan Woohyun memeluknya.

“Yaa, lepaskan Woohyun-nie. Semua orang melihat kita” bisik Chorong dan Woohyun melepaskan pelukkannya. Mereka duduk berhadapan.

“Kenapa kau menelpon ku dan mengucapkan kata maaf?” Woohyun bertanya.

“Mianhe Woohyun-nie” Chorong meminta maaf lagi.

“Yaa! Chorong-ah” Woohyun kesal. Chorong meraih tangan Woohyun dan tersenyum.

“Aku baru saja mengundurkan diri dari mall Infinite” Chorong mulai bercerita.

“Jeongmal?” Woohyun tak percaya.

“Nde. Xiumin sajangnim bertanya kenapa aku mengundurkan diri” Chorong melanjutkan ceritanya.

“Keureom” Woohyun penasaran.

“Aku menjawab, bahwa aku akan menikah” senyum lebar terpancar di wajah Chorong.

“Menikah? Jadi kau” Woohyun tak sanggup lagi mengucapkan kata-kata

“Nado saranghae Woohyun-nie” ucap Chorong bahagia. Woohyun mencium punggung tangan Chorong dan menatap lekat-lekat mata Chorong. Mereka berdua tampak bahagia dan berbunga-bunga.
***
            Naeun akhirnya bertemu dengan Gikwang. Mereka duduk bersebelahan.
“Untuk apa oppa menyuruh ku menemui mu di bandara?” tanya Naeun.

“Aku akan pergi”

“Dan sebelum pergi, kau ingin meminta maaf?” Naeun kembali bertanya.

“Apa kau akan memaafkan ku?” Gikwang bertanya balik. Naeun hanya diam.

“Alasan aku melakukan itu semua karena aku mencintai mu, aku ingin melindungi mu” ucap Gikwang.

“Kau terlalu terobsesi oppa! Aku benci dengan mu! bukan seperti itu cara melindungi orang yang kau cintai!” Naeun berdiri marah menatap Gikwang. Gikwang meraih tangan Naeun namun Naeun mengibaskannya.

“Pergilah! Semakin cepat kau pergi, semakin bagus!” Naeun mengusir Gikwang.

“Tapi aku tidak akan pergi sendiri” suara Gikwang dingin.

 Naeun tidak menjawab apa pun. Gikwang menjetikkan jari di hadapan Naeun, dan seketika Naeun pingsan dan terjatuh dalam pelukkan Gikwang.
“Kau akan pergi bersama ku”

To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar