DESTINY
Author : Dhytha
Main Cast : Naeun, Kai, Gikwang
and another
Chapter
9
Naeun baru saja tiba di rumah. Ia
mendapati rumah tidak ada orang. Ia naik ke tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
Ia melepar tasnya dan merebahkan dirinya di atas kasur. Ia menatap
langit-langit kamarnya. Ia mengingat kejadian saat Kai menciumnya dan saat Kai
mengedipkan matanya tadi.
“Michigenae!” Naeun mengumpat, ceklek pintu
kamar Naeun terbuka.
“Kau sudah pulang?” Chorong masuk ke dalam kamar
Naeun. Naeun bangun dan duduk, ia meraih guling dan memeluknya.
“Nde. Kau dari mana? Sepertinya
tadi pagi kau tidak pergi bekerja” tanya
Naeun. Chorong duduk di sebelahnya.
“Nde. Aku baru saja jalan-jalan” jawab Chorong.
“Woohyun oppa?” Naeun menebak bahwa Chorong
telah bertemu dengan Woohyun hari ini.
“Anio”
“Keurom, hmm... Hoya oppa?” Naeun menebak lagi, dan Chorong
menggelangkan kepala.
“Keundae, nuguya?” Naeun penasaran. Namun Chorong
hanya diam. Naeun melihat cincin yang melingkar di jari manis Chorong, dan
meraih tangan Chorong.
“Yeupuda” Naeun merasa iri dengan cincin
yang di kenakan Chorong. Chorong hanya tersenyum.
“Onnie, ini pasti dari Woohyun
oppa” Naeun
menebak lagi.
“Otteokke arra?”
“Yaa, onnie. Woohyun oppa orang
yang sangat baik, dia tampan dan cocok sekali dengan mu. kau mau menunggu apa
lagi? Aku tau, kau juga menyukainya kan?” ucapan Naeun membuat Chorong berfikir bahwa apa
yang dikatakan Naeun adalah benar. Ia menyukai Woohyun.
“Yaa! Sudahlah, aku ingin mandi
dulu” Chorong
sedang tidak ingin membicarakan hal itu.
“Aish! Sampai kapan kau akan
bersembunyi onnie?”
“Molla” Chorong melewati pintu kamar
Naeun dan berlalu begitu saja.
“Aish! Dasar!”
***
Yura duduk di atas ranjangnya, ia
tampak lesu sambil mengemasi barang-barangnya. Bibinya melihat dari ujung pintu
kamarnya dan menghampirinya.
“Gwaenchana?” tanya bibinya khawatir.
“Nde” Yura hanya menjawab singkat.
“Berkemasnya lanjutan nanti saja,
waktunya makan malam”
ajak bibinya.
“Sedikit lagi selesai”
“Bibi sudah menelpon taxi untuk
besok jam 9. Pesawat akan berangkat jam 10. Jaga dirimu baik-baik ne?” bibi mengelus rambut Yura. Dan
menariknya dalam pelukkan.
“Gamsahmnida. Aku menyayangi mu
bibi” Yura
memeluk bibinya penuh kasih sayang. Ddrrtt ponsel Yura berdering, panggilan
masuk untuknya dari Dasom.
“Kau benar-benar akan pergi?” cerocos Dasom begitu Yura
mengangkat telponnya.
“Dasom-ah” Yura tak bisa berkata-kata lagi.
“Yaa! Kau benar-benar akan pergi
begitu saja? bagaimana dengan Zelo?”
Dasom mengkhawatirkan sahabatnya. Yura tak tau harus menjawab bagaimana.
“Yaa! Yura-yaa...” Dasom berteriak.
“Biarkan tetap seperti ini.
Selamat tinggal Dasom-ah, kau sahabat terbaik ku” Yura meneteskan air matanya.
“Yaa, Yura-yaa” suara Dasom menahan tangis. Yura
menutup telpon dan menangis terisak memeluk lututnya.
***
Hari ini adalah hari minggu, Naeun
sedang bersantai di taman sebelah. Chorong menghampirinya. Dan seperti yang
telah di perintahkan Gikwang. Chorong akan mengatakan pada Naeun bahwa ia harus
menemui Gikwang setelah medengar dentang jam 9 pagi.
Jam dinding menunjukkan jam 9 pagi
tepat dan berdentang. Chorong mendengarnya dan segera ia bicara pada Naeun.
“Naeun” panggil Chorong. Ia menghampiri
Naeun di taman sebelah.
“Waeyo onnie?” Naeun merasa sedikit ada yang
aneh pada onnie nya.
“Pergilah ke bandara sekarang” Chorong duduk di hadapan Naeun.
“Bandara? Untuk apa? Aku harus
menjemput siapa? Siapa yang akan datang?” Naeun heran dan bertanya-tanya.
“Temui Gikwang” suara Chorong datar namun
sedikit penuh penekanan.
“Mwo? Sirreo!” Naeun menolak setelah ia
mendengar nama Gikwang.
“Jebbal!” Chorong meraih tangan Naeun dan
memohon.
“Untuk apa aku menemuinya di
bandara? Aku tidak ingin bertemu dengannya!” Naeun melepaskan tangan Chorong dan bangkit dari
duduknya.
“Kau harus menemuinya Son Naeun” Chorong berdiri menatap punggung
Naeun. Naeun berhenti dan menoleh pada onnie nya.
“Jika aku tidak menemuinya?” Naeun bertanya.
“Kau akan menyesal” jawab Chorong. Naeun diam
beberapa saat dan pergi ke kamarnya. Ia membanting pintu kamarnya dan bersandar
di balik pintu. Mengingat Gikwang adalah pelaku di balik permainan ini dan
Kakaknya dengan tiba-tiba menyuruhnya menemuinya di bandara. Naeun berfikir
bahwa, apa Gikwang oppa akan meminta maaf dan pergi ke luar negeri begitu saja?
ataukah ada maksud lain?
Setelah mengatakan hal yang
diperintahkan Gikwang. Chorong ke kamarnya dan berganti pakaian. Ia akan pergi
ke mall infinite. Tiga puluh menit kemudian ia telah sampai dan telah
berhadapan dengan pemimpin karyawan Xiumin sajangnim.
“Apa kau akan ke Amerika juga?” tanya Xiumin setelah menerima
surat pengunduran diri Chorong.
“Amerika? Andwe” jawab Chorong heran.
“Kemarin Sungyeol mengundurkan
diri karena alasan ia akan melanjutkan studinya di Amerika. Lalu sekarang kau
mengundurkan diri juga. Alasannya?”
Xiumin menanyakan alasan mengapa Chorong mengundurkan diri.
“Aku akan menikah” jawab Chorong singkat.
“Wah, jeongmal?” ekspresi Xiumin bahagia.
“Chukae Chorong ssi” Xiumin mengucapkan selamat.
“Keundae, siapa calon suami mu?” Xiumin mulai kepo.
“Dia seorang pria yang sangat aku
cintai” jawab
Chorong.
“Geurae, siapa pun pria itu dia
pasti sangat beruntung mendapatkan mu”
ucap Xiumin.
Chorong keluar dari ruangan Xiumin,
dan saat akan memasuki lift. Seseorang menarik tangannya dan mengajaknya ke
tangga darurat.
“Kau akan menikah?” Hoya menatap mata Chorong
lekat-lekat. Jarak antara mereka cukup dekat.
“Nde”
“Woohyun-nie?” Hoya mencengkram tangan Chorong
dengan keras karena ia merasa kesal.
“Lepaskan!” Chorong berusaha melepaskan
cengkraman tangan Hoya.
“Wae Woohyun-nie?”
“Karena aku mencintainya”
“Tidak bisakah kau menyikirkannya
dan melihat ku?”
suara Hoya gemetar dan mulai melepaskan cengkraman tangannya.
“Mianhe” hanya kata maaf yang keluar dari
mulut Chorong.
“Baiklah, sebelum kau menikah
dengannya ijinkan aku meminta sesuatu dari mu”
“Mwoya?” Chorong bertanya. Hoya menarik
dagu Chorong dan mengecup bibir manis Chorong. Chorong tersentak dan ingin
segera melepakan ciuman itu namun Hoya telah membuatnya larut dalam iramanya.
Tangan Chorong gemetar, ia mengcengkram kuat kemeja Hoya dan mulai menutup
matanya. Dan untuk beberapa saat, Chorong membiarkan Hoya mencium dirinya untuk
pertama dan yang terakhir kalinya.
***
Gikwang baru saja tiba di bandara.
Ia mengeluarkan koper hitam besarnya dari bagasi mobil. Ia melewati pintu masuk
bandara dan duduk di salah satu kursi tunggu. Ia menatap ponselnya, pukul 9.30
tepat.
Naeun sedang perjalanan menaiki taxi
ke bandara. Memang awalnya ia menolah untuk menemui Gikwang, namun akhirnya ia
terlalu penasaran mengapa Gikwang menyuruh menemuinya di bandara. Ddrrt ponsel
Naeun berbunyi, panggilan masuk dari Kai.
“Odiega?” Kai menanyakan dimana Naeun.
“Gikwang oppa menyuruh ku
menemuinya di bandara”
“Mwo? Jadi kau?”
“Nde”
“Pulanglah! Jangan pernah
menemuinya!” Kai
berteriak melarang Naeun untuk meneui Gikwang.
“Aku sudah hampir sampai”
“Pulanglah!” pergi dari sana!” Kai terus berteriak memerintahkan
Naeun untuk pulang.
“Akan ku telpon lagi nanti” Naeun menutup telponnya dan
keluar dari taxi setelah taxi berhenti di bandara.
Naeun berjalan masuk ke bandara dan
mencari sesosok Gikwang. Namun ia malah mendapati Yura dengan koper merah besar
di tangannya. Naeun menghampirinya.
“Yura-yaa” panggil Naeun ketika ia sudah
berada tak jauh dari Yura. Yura menoleh dan mendapati Naeun yang memanggilnya.
“Naeun-ah” Yura sedikit terkejut dengan
kemunculan Naeun di bandara.
“Odiegayo?” Naeun bertanya setelah melihat
Yura menyeret tas koper merah besar.
“Aku akan pergi ke Hongkong” jawab Yura berusaha untuk tetap
tersenyum.
“Hongkong? Bagaimana dengan
sekolah mu?”
“Aku sudah mengurus transfer ku”
“Bagaimana dengan Zelo?”
***
Chorong keluar dari mall Infinite.
Ia mengeluarkan ponselnya dari tas dan menghubungi Woohyun. Mungkin ia merasa
bersalah, meskipun Woohyun tidak mengetahui ciumannya dengan Hoya. Namun
Chorong ingin segera menghubungi Woohyun dan meminta maaf.
“Woohyun-nie” panggil Chorong begitu Woohyun
mengangkat telpon darinya.
“Chorong, waeyo?” suara Woohyun khawatir.
“Mianhe” ucap Chorong.
“Waeyo?” Woohyun heran kenapa Chorong
meminta maaf.
“Kau sudah makan siang? Traktir
aku makan spagety. Ku tunggu di resto Itali. Saranghae” Chorong mengakhiri panggilannya
dan melangkah pergi.
“Yaa! Yeoboseyeo!” Woohyun berteriak begitu Chorong
menutup ponselnya. Dan tanpa buang waktu ia pun segera meluncur ke tempat resto
Itali.
Lima belas menit kemudian, Woohyun
sampai dan melihat Chorong tengah duduk di dalam resto. Ia segera masuk dan
menghampiri Chorong yang sudah menunggunya.
“Waeseo” Chorong berdiri begitu melihat
Woohyun datang. Dan Woohyun memeluknya.
“Yaa, lepaskan Woohyun-nie. Semua
orang melihat kita”
bisik Chorong dan Woohyun melepaskan pelukkannya. Mereka duduk berhadapan.
“Kenapa kau menelpon ku dan
mengucapkan kata maaf?”
Woohyun bertanya.
“Mianhe Woohyun-nie” Chorong meminta maaf lagi.
“Yaa! Chorong-ah” Woohyun kesal. Chorong meraih
tangan Woohyun dan tersenyum.
“Aku baru saja mengundurkan diri
dari mall Infinite”
Chorong mulai bercerita.
“Jeongmal?” Woohyun tak percaya.
“Nde. Xiumin sajangnim bertanya
kenapa aku mengundurkan diri”
Chorong melanjutkan ceritanya.
“Keureom” Woohyun penasaran.
“Aku menjawab, bahwa aku akan
menikah” senyum
lebar terpancar di wajah Chorong.
“Menikah? Jadi kau” Woohyun tak sanggup lagi
mengucapkan kata-kata
“Nado saranghae Woohyun-nie” ucap Chorong bahagia. Woohyun
mencium punggung tangan Chorong dan menatap lekat-lekat mata Chorong. Mereka
berdua tampak bahagia dan berbunga-bunga.
***
Naeun akhirnya bertemu dengan
Gikwang. Mereka duduk bersebelahan.
“Untuk apa oppa menyuruh ku
menemui mu di bandara?”
tanya Naeun.
“Aku akan pergi”
“Dan sebelum pergi, kau ingin
meminta maaf?”
Naeun kembali bertanya.
“Apa kau akan memaafkan ku?” Gikwang bertanya balik. Naeun
hanya diam.
“Alasan aku melakukan itu semua
karena aku mencintai mu, aku ingin melindungi mu” ucap Gikwang.
“Kau terlalu terobsesi oppa! Aku
benci dengan mu! bukan seperti itu cara melindungi orang yang kau cintai!” Naeun berdiri marah menatap
Gikwang. Gikwang meraih tangan Naeun namun Naeun mengibaskannya.
“Pergilah! Semakin cepat kau
pergi, semakin bagus!”
Naeun mengusir Gikwang.
“Tapi aku tidak akan pergi
sendiri” suara
Gikwang dingin.
Naeun tidak menjawab apa pun. Gikwang
menjetikkan jari di hadapan Naeun, dan seketika Naeun pingsan dan terjatuh
dalam pelukkan Gikwang.
“Kau akan pergi bersama ku”
To
be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar